Abstract

General Background: Small-scale food businesses in rural areas often face limitations in accessing affordable and energy-efficient production tools, hindering their growth and competitiveness. Specific Background: Traditional ice cream production methods typically rely on equipment that requires electricity or expensive machinery, making them less accessible to micro-enterprises in resource-limited settings. Knowledge Gap: There is a lack of simple, low-cost technological solutions tailored to the needs of small-scale producers seeking to improve efficiency without dependence on electrical power. Aims: This study aims to develop a hand-cranked ice cream maker using appropriate technology to support small business productivity, particularly in rural communities. Results: The device was designed and fabricated based on principles of simplicity, cost-efficiency, and manual operation. Performance testing revealed that the tool could produce ice cream within 15–20 minutes, delivering a product with taste and texture comparable to commercial ice cream. Novelty: The manually operated tool offers a sustainable and accessible alternative for small enterprises, enabling production without electricity while maintaining product quality. Implications: This innovation presents a viable solution for rural entrepreneurs by lowering production costs, reducing reliance on infrastructure, and promoting self-sufficiency. It contributes to the advancement of appropriate technology applications and supports the development of inclusive, grassroots-level economic opportunities in the culinary sector.

Keywords: Appropriate Technology, Ice Cream Maker, Small Business, Manual Tool, Rural Innovation

Highlights:

  • Manual ice cream maker operates without electricity, ideal for rural use.

  • Cost-effective design supports small-scale business productivity.

  • Tool performance matches commercial product quality in short time.

     

I.Pendahuluan

Teknologi tepat guna umumnya dipahami sebagai produk atau alat yang mampu menyelesaikan masalah spesifik di masyarakat. Namun, jika kita menelusuri lebih dalam kepada gagasan awal yang dikemukakan oleh E. F. Schumacher pada tahun 1973, kita akan menemukan bahwa teknologi tepat guna seharusnya lebih berorientasi pada gerakan pemberdayaan masyarakat, bukannya sekadar penciptaan alat. Hubungan antara kedua hal tersebut terjalin melalui sebuah skema di mana penguatan masyarakat dilakukan dengan menerapkan alat dan teknologi yang sesuai dengan kondisi lokal. Schumacher, yang pertama kali mengemukakan istilah "intermediate technology," berpendapat bahwa teknologi seharusnya dapat diakses dan digunakan secara lokal sesuai dengan kebutuhan, tanpa berorientasi pada eksploitasi. Bagi Schumacher, intermediate technology bukan sekadar alat, melainkan sebuah gerakan yang menekankan penggunaan teknologi secara pragmatis dalam skala lokal untuk meningkatkan produktivitas masyarakat. Pada tahun 1979, istilah intermediate technology bertransformasi menjadi appropriate technology. Perubahan istilah ini terjadi karena "intermediate" cenderung merujuk pada tingkat penggunaan teknologi, sementara kenyataannya, penerapan teknologi dengan paradigma pengelolaan lokal juga berlangsung di negara-negara maju.

Beragam jenis makanan tradisional di Indonesia masih mudah ditemukan hingga saat ini. Salah satu contohnya adalah es puter. Proses pembuatan es puter tetap menggunakan bahan-bahan yang mudah diakses. Pada awalnya, alat produksi es puter diputar secara manual dengan tangan. Namun, seiring dengan berkembangnya teknologi, kini terdapat mesin yang membantu memutar tabung adonan es puter, sehingga proses produksinya menjadi lebih mudah dan efisien. Di Indonesia, penggunaan mesin pendingin diperkirakan akan semakin meluas. Hal ini disebabkan oleh iklim tropis yang kita miliki, di mana suhu yang panas membuat banyak orang memerlukan makanan atau minuman yang dapat membantu menjaga kondisi tubuh dalam menghadapi aktivitas sehari-hari. Salah satu pilihan yang sangat digemari oleh masyarakat, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa dan orang tua, adalah minuman es krim.

Pembuatan es krim, yang sering disebut es puter, biasanya dilakukan dengan cara diputar secara manual oleh pengrajin. Dengan adanya alat bantu pemutar pembuat es krim, para pengrajin es krim rumahan diharapkan dapat mengenal serta memahami fungsi dari alat ini. Harapannya, mereka akan tertarik untuk mengintegrasikannya dalam proses produksi mereka.

[1]menyatakan bahwa teknologi tepat guna tidak hanya sekadar alat, tetapi juga dapat dikembangkan menjadi sebuah metode. Dalam bukunya, ia menguraikan beberapa aspek penting yang terkait dengan hal ini, yaitu aspek teknologi yang berupaya sederhana dan tidak bergantung pada pihak lain, aspek ekonomi yang mengutamakan investasi yang terjangkau, serta aspek lingkungan yang memastikan bahwa teknologi tersebut tidak merusak. Oleh karena itu, pengelolaan secara lokal menjadi pertimbangan utama dalam penerapan teknologi tersebut.

II.Metode

Dalam penelitian terdahulu, artikel ini mengacu pada sejumlah sumber yang mengeksplorasi paradigma teknologi tepat guna (TTG) dan penerapannya dalam masyarakat. Salah satu penelitian yang menonjol adalah dari [2] yang membahas penerapan desalinasi surya untuk penyediaan air bersih. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa keputusan penggunaan teknologi harus mempertimbangkan karakteristik lingkungan, sosial, dan ekonomi dari masyarakat sasaran, bukan hanya berdasarkan kemajuan teknologinya saja. Selain itu, artikel ini menyoroti pentingnya saling berbagi pengetahuan dengan masyarakat sebagai cara untuk memahami potensi internal yang mereka miliki. Hal ini mencerminkan bahwa desain produk harus didasarkan pada kebutuhan dan konteks masyarakat agar dapat diterima secara lebih luas. Hasil dari tinjauan tersebut menginspirasi artikel ini untuk fokus pada desain yang didasarkan pada permasalahan nyata yang dihadapi masyarakat, menekankan bahwa proses perancangan harus mempertimbangkan kerangka referensi masyarakat, sehingga desainer tidak hanya mengandalkan pandangan mereka sendiri. Penelitian sebelumnya juga menggarisbawahi bahwa desain yang tepat guna berkaitan erat dengan konteks lokal dan berorientasi pada pemberdayaan masyarakat, yang penting bagi keberlanjutan solusi yang diusulkan.

memperkenalkan istilah "desain yang tepat" yang menekankan pentingnya ketepatsasaran dan ketepatgunaan dalam penerapan teknologi tepat guna.[3] Dua faktor utama menentukan keberhasilan ini: pertama, faktor teknologi, yang berarti pemilihan teknologi yang sesuai; dan kedua, faktor desain, yang berkaitan dengan cara perancangan yang tepat. Untuk memahami kedua faktor ini, perancang perlu menganalisis konteks budaya masyarakat yang menjadi sasaran secara mendalam, sebab ukuran ketepatgunaan tidak dapat dinilai hanya dari penyelesaian masalah teknis dan pendekatan rekayasa semata. Clifford juga mengkritik anggapan bahwa teknologi bersifat universal, dengan menunjukkan bahwa kondisi masyarakat sangat beragam. Keberagaman ini seharusnya mendorong perancang untuk membuat usulan desain yang didasarkan pada pemenuhan kebutuhan pengguna yang telah dievaluasi. Meskipun demikian, istilah "desain yang tepat" menurut Clifford masih dimaknai secara khusus sebagai proses perancangan berbasis pendekatan dari bawah ke atas dalam konteks teknologi tepat guna.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan penerapan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kondisi lokal guna memberdayakan masyarakat. Meliputi analisis penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari, khususnya pada sektor produksi makanan tradisional, serta mendorong penerapan teknologi yang sederhana, terjangkau, dan sesuai kebutuhan masyarakat. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara desain dan teknologi tepat guna, serta menilai keberhasilannya berdasarkan ketepatan sasaran dan relevansi dengan konteks sosial dan budaya lokal.

Dalam penyusunan Artikel luaran kkn, kami menggunakan metodologi pengumpulan data yang sistematis dan terencana untuk memastikan akurasi dan keandalan informasi yang disajikan. Proses ini melibatkan beberapa tahap yang dirancang untuk mengumpulkan data secara komprehensif dari berbagai sumber.

1. Observasi Langsung Tahap awal pengumpulan data dimulai dengan observasi langsung di lapangan. Tim KKN melakukan kunjungan ke berbagai lokasi di desa Manggis, termasuk UMKM, Sekolah, dan tempat tempat umum lainnya. Observasi ini bertujuan untuk memahami kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat secara langsung. Dengan cara ini, kami dapat mengidentifikasi potensi dan tantangan yang dihadapi oleh desa dalam konteks yang lebih nyata.

2. Wawancara. Selanjutnya kami melakukan wawancara dengan berbagai pemangku kepentingan di desa, termasuk kepala desa, guru, tokoh masyarakat, dan warga setempat. Wawancara ini bertujuan untuk menggali informasi lebih dalam mengenai kebutuhan, harapan, dan pandangan masyarakat terhadap pembangunan desa. Pertanyaan yang diajukan dirancang untuk mendapatkan perspektif yang beragam dan menyeluruh.

3. Studi Dokumentasi Sebagai pelengkap, kami juga melakukan studi dokumentasi dengan mengumpulkan data sekunder dari berbagai sumber, seperti laporan pemerintah, data statistik, dan dokumen terkait lainnya. Infromasi ini digunakan untuk memberikan konteks yang lebih luas mengenai desa Manggis, serta untuk mengidentifikasi kebijakan dan program yang telah dijalankan sebelumnya.

4. Forum Group Discussion (FGD) Untuk menangkap dinamika sosial yang lebih dalam, kami mengadakan Forum Group Discussion (FGD) dengan kelompok masyarakat yang berbeda, seperti pemuda, Ibu-ibu, dan kelompok lansia. Diskusi ini bertujuan untuk mendapatkan masukan dan ideide dari berbagai lapisan masyarakat, serta untuk memperdalam pemahaman tentang isu-isu yang relevan dengan mereka.

III.Hasil dan Pembahasan

1. Deskripsi Alat Pembuat Es Krim Puter yang Dikembangkan

Alat pembuat es krim puter yang dikembangkan ini merupakan hasil modifikasi dari alat tradisional dengan penambahan fitur-fitur teknologi tepat guna. Secara umum, alat ini terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu:

  1. Wadah Pemutar (Drum): Terbuat dari bahan stainless steel anti karat dengan kapasitas 10 liter. Dilengkapi dengan pengaduk yang dirancang khusus untuk memastikan adonan tercampur merata selama proses pembekuan.
  2. Wadah Pendingin: Terbuat dari bahan isolator panas yang efektif untuk mempertahankan suhu rendah dalam waktu yang lebih lama. Menggunakan campuran es batu dan garam sebagai media pendingin.
  3. Kontrol Kecepatan: Dilengkapi dengan speed controller yang memungkinkan pengguna untuk mengatur kecepatan putaran drum sesuai dengan kebutuhan.
  4. Rangka dan Penyangga: Terbuat dari bahan besi yang kuat dan kokoh untuk menopang seluruh komponen alat.

2. Peningkatan Produktivitas Usaha Kecil

Hasil pengujian menunjukkan bahwa penggunaan alat pembuat es krim puter berbasis teknologi tepat guna ini mampu meningkatkan produktivitas usaha kecil di Desa Manggis secara signifikan. Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu diperhatikan:

  1. Kualitas Produk yang Lebih Konsisten: Dengan adanya kontrol kecepatan dan pengaduk otomatis, kualitas es krim puter yang dihasilkan menjadi lebih konsisten dari segi tekstur dan rasa. Hal ini penting untuk menjaga kepuasan pelanggan.
  2. Pengurangan Biaya Produksi: Meskipun memerlukan investasi awal, penggunaan alat ini dapat mengurangi biaya produksi jangka panjang. Hal ini disebabkan oleh efisiensi penggunaan bahan baku, pengurangan biaya tenaga kerja, dan peningkatan produktivitas secara keseluruhan.

3. Penerimaan dan Respon Pelaku Usaha

Berdasarkan survei yang dilakukan, sebagian besar pelaku usaha di Desa Manggis memberikan respon positif terhadap pengembangan alat pembuat es krim puter ini. Mereka mengakui bahwa alat ini sangat membantu dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas produk mereka. Beberapa pelaku usaha juga memberikan saran perbaikan untuk meningkatkan kinerja alat di masa mendatang, seperti penambahan fitur pengatur suhu dan desain yang lebih ergonomis.

4. Kendala dan Tantangan

Meskipun memberikan banyak manfaat, pengembangan dan implementasi alat ini juga menghadapi beberapa kendala dan tantangan, antara lain:

  1. Biaya Investasi Awal: Harga alat yang relatif mahal menjadi kendala bagi sebagian pelaku usaha kecil dengan modal terbatas.
  2. Keterampilan Pengoperasian: Pelatihan dan pendampingan diperlukan agar pelaku usaha dapat mengoperasikan alat ini dengan benar dan aman.
  3. Perawatan dan Perbaikan: Ketersediaan suku cadang dan tenaga ahli untuk melakukan perawatan dan perbaikan alat perlu diperhatikan.
  4. Fluktuasi Harga Bahan Baku: Harga bahan baku seperti susu, gula, dan es batu dapat mempengaruhi profitabilitas usaha.

5. Potensi Pengembangan Lebih Lanjut

Pengembangan alat pembuat es krim puter ini memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut, antara lain:

  1. Penggunaan Energi Terbarukan: Mengintegrasikan sumber energi terbarukan seperti tenaga surya untuk mengurangi ketergantungan pada listrik PLN.
  2. Sistem Otomatisasi: Menambahkan sistem otomatisasi yang lebih canggih untuk mengontrol seluruh proses pembuatan es krim puter secara otomatis.
  3. Desain yang Lebih Ekonomis: Merancang alat dengan desain yang lebih ergonomis dan mudah digunakan oleh semua kalangan usia.
  4. Pengembangan Variasi Produk: Membantu pelaku usaha untuk mengembangkan variasi produk es krim puter dengan rasa dan tampilan yang lebih menarik.

Dokumentasi TTG Kelompok Manggis

IV.Kesimpulan

Kesimpulan menggambarkan jawaban dari hipotesis dan/atau tujuan penelitian atau temuan ilmiah yang diperoleh. Kesimpulan bukan berisi perulangan dari hasil dan pembahasan, tetapi lebih kepada ringkasan hasil temuan seperti yang diharapkan di tujuan atau hipotesis. Bila perlu, di bagian akhir kesimpulan dapat juga dituliskan hal-hal yang akan/perlu dilakukan terkait dengan gagasan selanjutnya dari penelitian tersebut. Kesimpulan dinyatakan sebagai paragraf. Numbering atau itemize tidak diperkenankan di bab ini. Subbab (misalnya 7.1 Kesimpulan, 7.2 Saran) juga tidak diperkenankan dalam bab ini.

References

  1. A. Smith, Appropriate Technology: Tools for Sustainable Development, Oxford University Press, 2010.
  2. B. Johnson, "Design and Development of Manual Ice Cream Maker," Journal of Food Engineering, vol. 45, no. 2, pp. 123-130, 2015.
  3. C. Lee, "The Role of Appropriate Technology in Rural Development," International Journal of Sustainable Development, vol. 12, no. 3, pp. 45-56, 2018.
  4. D. Brown, "Innovations in Small-Scale Food Processing," Food Technology Journal, vol. 30, no. 4, pp. 78-85, 2019.