Articles
DOI: 10.21070/icecrs2020404

Analysis of Character Education in Curriculum 13 to Build Moral Awareness in Education at SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo


Analisis Pendidikan Karakter pada Kurikulum 13 untuk Membentuk Kesadaran Moral Pendidikan di SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Character Education Curriculum 2013

Abstract

Character education in the 2013 curriculum aims to improve the quality of the process and educational outcomes that lead to the formation of character and noble character of students in full, integrated, and balanced in accordance with the standard competence of graduates in each educational unit. Forming good character is the primary obligation of an educator. Based on the description above, researchers conducted an analysis of character education in the 2013 curriculum to shape the moral awareness of education in schools through qualitative research. From the interviews conducted, the results obtained from the character values ​​embedded in the school are honesty.

PENDAHULUAN

Sekolah adalah lembaga pendidikan yang sifatnya formal, non formal, dan informal dimana pendirian sekolah dilakukan oleh negara untuk sekolah negeri dan swasta untuk sekolah swasta. Pendidikan yang diberikan di sekolah memiliki fungsi untuk menjamin individu manusia agar mampu melewati tahapan perkembangan dengan lancar dan optimal melalui pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Pembelajaran yang dilakukan di sekolah berguna untuk meningkatkan kemampuan dan mengetahui kekurangan individu manusia.

Dalam proses nya, Individu manusia akan terus menerus didukung apabila memiliki kekurangan dan akan didorong untuk berkembang apabila memiliki potensi. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memperlakukan semua individu manusia yang berkekurangan maupun berkelebihan sebagai manusia yang sederajat. Hal ini yang menjadikan sekolah sebagai lembaga sosial yang tepat untuk mendampingi anak di setiap tahapan perkembangannya. Salah satu perkembangan yang menjadi tugas dari sekolah ialah karakter individu manusia.

Pendidikan karakter merupakan upaya untuk membentuk pribadi anak secara lahir maupun batin agar menjadi manusia yang lebih baik. Karakter siswa yang baik adalah karakter yang menunjukkan bahwa dirinya seorang pelajar yang berpendidikan. Karakter sendiri merupakan kualitas moral dan mental seseorang yang pembentukannya dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan. Potensi karakter yang baik tersebut harus terus dibina melalui proses sosialisasi dan pendidikan. Hal ini dikarenakan pendidikan merupakan salah satu wadah dalam menunjang pembentukan karakter tiap individu.

Karakter erat kaitannya dengan moral dan etika. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal yang meliputi seluruh aktivitas manusia, yakni saat berhubungan dengan Sang Pencipta, dengan diri sendiri, dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungan sekitar, yang terwujud dalam pikiran, perasaan, dan perkataan, serta perilaku sehari-hari berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Urgensi dari karakter tersebut dalam kehidupan sehari-hari melahirkan gagasan mengenai pendidikan karakter.

Konsep pendidikan karakter di dunia pendidikan sudah dikenal sejak lama. Namun, istilah untuk pendidikan karakter itu sendiri mulai populer di kalangan masyarakat sejak diperkenalkan oleh Thomas Lickona, yang merupakan seorang psikolog dan profesor pendidikan di State University of New York, Cortland. Lickona menyebutkan bahwa pendidikan karakter mencakup tiga hal pokok, antara lain mengetahui hal yang baik, menginginkan hal yang baik, dan melakukan hal yang baik. Sementara Frye mendefinisikan pendidikan karakter sebagai suatu gerakan nasional untuk menciptakan sekolah yang dapat membina anak-anak muda ber-etika, bertanggung jawab, dan peduli melalui keteladanan dan pengajaran karakter yang baik melalui penekanan pada nilai-nilai universal yang dilakukan di sekolah.

Pendidikan karakter juga dapat dipahami sebagai upaya mengubah sifat, watak, kepribadian, dan keadaan batin manusia sesuai dengan nilai-nilai yang dianggap luhur dan terpuji. Marzuki mengatakan bahwa pendidikan karakter tidak hanya mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah kepada peserta didik, tetapi juga memiliki sisi habituasi tentang hal baik, sehingga peserta didik paham, mampu merasakan, dan mau melakukannya. Dalam hal ini dikatakan oleh Marzuki bahwa pendidikan karakter membawa misi yang sama dengan pendidikan akhlak atau pendidikan moral. Adapun terwujudnya akhlak mulia di masyarakat menjadi misi utama PAI dan juga pendidikan agama lain di sekolah.

Menurut Mulyasa “Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi, lahir sebagai jawaban terhadap berbagai kritikan terhadap kurikulum 2006, serta sesuai dengan perkembangan kebutuhan dan dunia kerja. Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia No. 23 Tahun 2013 pada pasal 1 tentang Standar Nasional Pendidikan, pengertian kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penye-lenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pada kondisi sekarang ini, guru mempunyai tugas dan peranan penting membentuk karakter anak agar tidak salah memilih dan bertindak yang tidak sesuai dengan moral Indonesia. Pendidikan karakter penting untuk diterapkan kembali guna membentuk moral dan estetika pada individu yang telah mengikuti budaya barat.

Tujuan pendidikan karakter yang selanjutnya dikemukakan oleh Gunawan yaitu: Membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriot, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berlandaskan pancasila.

Berdasarkan pernyataan di atas, bahwa pendidikan karakter memiliki tujuan membentuk jiwa kepemimpinan, bertanggung jawab, berwawasan kebangsaan, dan memiliki sikap mental baik. Mampu mengatur emosi diri, jujur, adil, amanah, mandiri, dan memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi yang baik. Pendidikan karakter adalah salah satu cara untuk membangun karakter peserta didik menjadi lebih baik. Secara khusus maksud dari pendidikan karakter adalah membentuk karakter positif pada diri peserta didik.

Pendidikan karakter dalam kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan, yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui implementasi kurikulum 2013 yang berbasis karakter, peserta didik diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya serta mengkaji nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam implementasi Kurikulum 2013, pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat dalam kurikulum, termasuk ke dalam mata pelajaran ekonomi. Materi pembelajaran dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembentukan karakter dilakukan dengan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Kecerdasan moral (moral intelligence) adalah kemampuan memahami hal yang benar dan yang salah dengan keyakinan etika yang kuat dan bertindak berdasarkan keyakinannya tersebut dengan sikap yang benar serta perilaku yang terhormat. Pendidikan karakter berbasis kecerdasan moral menjadi sesuatu yang penting, karena kecerdasan moral terbangun dari beberapa kebajikan utama yang kelak akan membantu peserta didik dalam menyikapi dan menghadapi tantangan hidup yang penuh dengan kontradiktif. Lebih lanjut, Borba menguraikan tujuh kebajikan utama yang perlu dimiliki peserta didik dalam mengembangkan kecerdasan moral, yakni: empati, hati nurani, kontrol diri, rasa hormat, kebaikan hati, toleransi, dan keadilan.

Membentuk karakter yang baik merupakan kewajiban yang utama seorang guru sebagai seorang pendidik. Berdasarkan uraian diatas, penting untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Pendidikan karakter pada kurikulum kurikulum 13 untuk membentuk kesadaran moral Pendidikan di SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo. Penelitian ini fokus mengenai persoalan karakter yang sampai saat ini menjadi permasalahan dalam dunia pendidikan, sehingga pemerintah turut andil menyelesaikan melalui Kurikulum 2013. Menurut Saptono terdapat beberapa cara untuk mengembangkan pendidikan karakter di sekolah, yaitu antara lain: jangan biarkan peserta didik berbagai bentuk ketidaksopanan terjadi di kelas, mengajarkan peserta didik mengenai kompetisi serta bantu untuk mengerti kapan hal tersebut berguna dan kapan hal tersebut tidak berguna, mengakui kesalahan dan berusaha untuk memperbaikinya, mengajarkan kesantunan secara jelas, yaitu ajarkan kepada peserta didik begaimana mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian dan tidak memotong pembicaraan orang lain.

Kegiatan pendidikan karakter di sekolah dapat dilaksanakan melalui beberapa tahapan: 1) Kegiatan rutin sekolah melalui kegiatan di dalam kelas, kegiatan sekolah, kegiatan di luar sekolah. 2) Kegiatan insidental. 3) Keteladanan. 4) Pengkondisian, dan 5) Pengintegrasian dalam mata pelajaran. PENELITIAN TERDAHULU IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER KURIKULUM 2013 DI SMK BATIK 1 SURAKARTA Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.

METODE

Penelitian ini akan memfokuskan kajiannya mengenai pelaksanaan pendidikan moral dan implikasinya terhadap perilaku siiwa di. Dilihat dari fokus dan ciri kajiannya penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Ciri utama penelitian kualitatif, menurut Lexy J. Moleong, terletak pada fokus penelitian, yaitu kajian secara intensif tentang keadaan tertentu, yang berupa kasus atau suatu fenomena. Sedangkan menurut Emzir menyatakan bahwa pendekatan penelitian kualitatif adalah salah satu pendekatan yang secara primer menggunakan paradigma pengetahuan berdasarkan konstruktivis atau pandangana advokasi partisipatori atau keduanya.

Pengertian lainnya mengenai penelitian kualitatif adalah penelitian di mana peneliti dalam melakukan penelitiannya menggunakan teknik-teknik observasi, wawancara atau interview, analisis, dan metode pengumpulan data lainnya untuk menyajikan respons-respons dan perilaku subyek. Dalam penelitian kulaitatif peneliti tidak hanya mendesikripsikan data tetapi ia harus memberikan penafsiran atau interpretasi dan pengkajian secara mendalam (verstehen) setiap kasus dan mengikuti perkembangan kasus tersebut

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Nilai-nilai Karakter di SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo

Pendidikan nilai berkaitan dengan nurani manusia, sebagai upaya pembinaan terhadap nilai yang ada pada diri manusia dalam hal ini siswa, agar berkembang menjadi perilaku dan cara lembaga sekolah untuk menanamkan karakter terhadap siswa. Nilai nurani meliputi kejujuran, keberanian, cinta damai, keandalan diri, potensi, disiplin, tahu batas, kemurnian, dan kesesuaian sehingga bisa melakukan komunikasi yang baik antara satu dengan yang lainnya tanpa ada perbedaan.

Nilai merupakan segala hal yang berhubungan dengan tingkah laku manusia mengenai baik atau buruknya yang diukur oleh agama, tradisi, etika, moral, dan kebudayaan yang berlaku dalam masyarakat. kaitannya dengan nilai-nilai karakter maka peneliti mencoba menjelaskan hasil wawancara peneliti dengan salah satu guru di sekolah ini yaitu dengan Pak Agus, beliau adalah wakil kepala sekolah yang menyatakan bahwa nilai-nilai karakter yang ditanamkan pada siswa seperti yang dijelaskan berikut ini: dengan segala macam versinya sampai dengan tema pengembangan sekolah kita sebagai sekolah kepemimpinan school of the leadership sehingga nilai-nilai karakter yang ditanamkan adalah kepemimpinan, maksudnya bukan dalam artian bukan kepemimpinan formal saja akan tetapi kepemimpinan dalam artian lebih luas termasuk memimpin dirinya sendiri.

Kemudian sekolah melatih anak-anak dengan suatu program-program kegiatan kira-kira mendukung merekomendasikan misalnya, kegiatan-kegiatan yang mereka laksanakan sekolah hanya memberikan pendampingan. Jadi, misalnya ulang tahun sekolah, ulang tahun sekolah dilaksanakan oleh siswa akan tetapi sekolah memberikan tim namanya tim pendampingan, kegiatan-kegiatan seperti kunjungan lapangan misalnya kemudian sekolah juga akan memberikan dampingan, dan ini antara lain untuk kemandirian tadi sehingga si anak akan mampu memimpin dirinya sendiri (17-12-2019).

Secara garis besar, pembelajaran nilai di sekolah teraktualisasi melalui pembelajaran. Dengan kata lain, nilai diajarkan dan diuraikan berawal dari pembelajaran dan kode etika nilai untuk dipahami oleh siswa melalui pembelajaran. hasil wawancara penelitisalah satu guru yang menyatakan dengan bahwa: Nilai-nilai karakter yang ditanamkan pada siswa bagi saya yang paling utama yang saya ajarkan yaitu karakter kedisiplinan, lalu yang kedua itu kejujuran, karena bagi saya kedua nilai tersebut sangat penting untuk siswa, misalnya disiplin waktu baik waktu belajar, waktu datang ke sekolah dengan tepat waktu, kemudian jujur dalam berbuat baik di lingkungan sekolah terutama kepada kedua orang tua. Dengan memiliki nilai-nilai karakter tersebut tentu peserta didik akan memiliki akhlak mulia sebagaimana yang dilakukan oleh siswa di sekolah ini, misalnya memberi salam ketika bertemu, mencium tangan guru, tutur kata yang baik (17-12-2019).

Tujuan utama menanamkan kedisiplinan pada siswa bukan memberikan rasa takut pada siswa, melainkan untuk mendidik para siswa agar sanggup mengatur dan mengendalikan dirinya dalam berperilaku serta bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Nilai-nilai karakter yang ditanamkan oleh Bapak/Ibu guru pada siswanya bisa dikatakan beragam sehingga terintegrasi semua, hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Pak Isdiono salah satu guru yang mengajar mata pelajaran sejarah, yang mengatakan bahwa nilai-nilai karakter itu terintegrasi semua yang kita tanamkan, misalnya kejujuran, keadilan, kedisiplinan, religius, sopan santun, mandiri, kreatif, sehingga dengan kita menanamkan nilai-nilai krakter tersebut siswa memiliki akhlak yang baik. (17-12-2019).

Berkaitan dengan pendapat Bapak/Ibu guru di atas sangat relevan dengan pendapat Lickona bahwa kejujuran adalah salah satu bentuk nilai yang harus diajarkan di sekolah. Jujur dalam berurusan dengan orang lain, tidak menipu, mencurigai, atau mencuri dari orang lain merupakan sebuah cara mendasar untuk menghormati orang lain.

Nilai-nilai karakter merupakan kewajiban bagi pengajar agar selalu menanamkan dan mengajarkan pada siswa dengan tujuan agar siswa menjadi siswa yang paham terhadap pentingnya nilai-nilai karakter, dan menjadi siswa yang berkarakter mulia. Oleh karena itu, nilai-nilai karakter yang ditanamkan olehBapak/Ibu guru di sekolah ini dapat kita ketahui melalui wawancara pada waktu peneliti melakukan penelitian di SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo yaitu, nilai-nilai karakter yang kami tanamkan pada siswa seperti, religius, terkait dengan ketuhanan itu baik dengan keyakinan karena kalau seseorang agamanya bagus maka kehidupannya juga pasti bagus, dan itu yang saya lakukan, kemudian setiap awal semester saya tidak pernah langsung masuk ke materi akan tetapi mengajari anak-anak bahwa yang paling penting sebenarnya bagaimana kita melaksanakan perintah – perintah Tuhan. (17-12-2019)

Dari hasil wawancara tersebut sejalan dengan pendapat Marzuki bahwa dalam keluarga, orang tualah yang menjadi tempat pertama pembentukan karakter anak. Di keluarga ini lah anak-anak pertama kali mendapatkan pendidikan akhlak (karakter) di samping juga mendapat sosialisasi berbagai hal yang tumbuh dan berkembang dalam keluarga. Dalam keluarga, anak banyak melakukan proses pendidikan nilai dari orang tuanya, seperti tentang cara bertutur kata, berpikir, dan bertindak. Orang tualah yang menjadi model utama dan pertama dalam hal pendidikan karakter.

Mengingat pendapat di atas, nilai-nilai karakter yang ditanamkan oleh Bapak/Ibu guru di sekolah adalah nilai-nilai karakter kejujuran sebagaimana yang dikatakan oleh Pak Rudi yaitu, nilai-nilai karakter yang terpenting yang saya tanamkan adalah kejujuran, karena seperti halnya ketika melakukan ujian kita tidak hanya mencari nilai atau poin saja akan tetapi tetap kita utamakan kejujuran dalam hal mengerjakan karena memang yang didapat di sekolah itu tidak hanya nilai namun yang lebih penting juga adalah ilmunya, dan kejujurannya. Kejujuran seperti yang dilakukan oleh siswa akan berdampak positif bagi mereka sendiri karena kalau mengawali sesuatu hal yang baik itu pasti akan banyak hal yang baik pula yang kita dapatkan, misalnya orang lain akan senang terhadap orang yang jujur, dan Alhamdulillah semua siswa di sini mereka sangat-sangat jujur (17-12-2019).

Nilai moral seperti menghormati kehidupan dan kemerdekaan, bertanggung jawab terhadap orang lain, kejujuran, keadilan, toleransi, sopan santun, disiplin diri, integritas, belas kasih, kedermawanan, dan keberanian adalah faktor penentu dalam membentuk pribadi sehingga jika disatukan, seluruh faktor ini akan menjadi warisan moral yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Unsur-unsurnilaitersebut menjadi tanggung jawab untuk menciptakan kedisiplinan dalam lingkungan sekolah sehingga tercipta siswa yang memiliki sikap yang baik, tanggung jawab serta disiplin dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari, hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Ibu Isti yaitu, nilai-nilai karakter utama yang ditanamkan pada siswa adalah tanggung jawab, kemudian selain tanggung jawab yang penting juga adalah kejujuran, sikap kepemimpinan, dan itu tampak sekali yang kita terapkan di sekolah ini, dan ini bisa terbukti dengan event-event yang dikemas olehsiswasehinggamereka sukses, kemudian Bapak/Ibu guru tinggal mendampinginya saja. Jadi, semua yang jalani itu adalah siswa, seperti itu (17-12-2019).

Sikap hormat, dan bertanggung jawab inilah yang membentuk inti dari moralitas publik secara universal. Kedua nilai ini memiliki kelayakan objektif dan dapat ditunjukkan fungsinya terhadap kebaikan individu maupun kebaikan seluruh masyarakat. Nilai sikap hormat dan tanggung jawab ini sangat penting untuk membangun kesehatan pribadi, menjaga hubungan interpersonal, membangun masyarakat yang demokratis dan berperikemanusiaan serta membentuk dunia yang adil dan damai.

Pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam pembelajaran dilakukan dengan pengenalan nilai-nilai, memfasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli,dan menginternalisasi nilai- nilai dan menjadikannya perilaku.

Pendidikan Karakter dalam kegiatan Ekstrakurikuler di SMA muhammadiyah 2 sidoarjo Kegiatan ekstrakurikuler merupakan serangkaian program kegiatan belajar siswa di luar jam pelajaran terprogram, yang dimaksudkan untuk meningkatkan cakrawala berpikir siswa dalam menumbuhkan bakat, dan minat serta semangat pengabdian pada masyarakat. Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan untuk memperoleh pengetahuan baru yang nantinya dapat diadopsi atau dikorelasikan dengan pengetahuan yang diperoleh dari proses belajar mengajar.

Melalui kegiatan ekstrakurikuler ini, merupakan upaya untuk menumbuhkan pemahaman nilai-nilai karakter atau akhlak yang baik pada siswa, sebagaimana upaya menumbuhkan pemahaman tentang toleransi, berdisiplin, jujur, dan bertanggung jawab. Menumbuhkan pemahaman ini merupakan imbas dari keyakinan dalam mengartikan dan memahami hakikat mengajar dan mendidik. Adanya kegiatan tersebut untuk mendidiksiswa menumbuhkan karakternya sebagaimana persepsi Pak Agus mengenai kegiatan ekstrakurikuler yang menyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler dapat menumbuhkan karakter siswa, seperti etos kerja, misalnya siswa ketika mereka mau melakukan pentas besar mereka harus dengan kerja luar biasa dengan pengorbanan, dengan kombinasi kerja sama. Oleh karenanya, Itu semua termasuk penumbuhan karakter, termasuk sportivitas olahraga juga, kemudian rasa keindahan di seni. Saya pikir dalam kegiatan ekstrakurikuler itu ada semua yaitu bagaimana siswa bekerja dengan tekun, kemudian siswa juga belajar untuk beretika, jujur, dan bertoleransi. Kemudian, yang mengikuti kegiatan ini bukan hanya siswa yang muslim namun yang non-muslim juga. Jadi, toleransi itu penting, kemudian religiusnya artinya, ketika waktunya salat siswa harus shalat dulu setelah itu barumelanjutkan kegiatannya (17-12-2019).

KESIMPULAN

Pendidikan karakter merupakan upaya untuk membentuk pribadi anak secara lahir maupun batin agar menjadi manusia yang lebih baik. Karakter siswa yang baik adalah karakter yang menunjukkan bahwa dirinya seorang pelajar yang berpendidikan. Pentingnya Pendidikan karakter pada kurikulum 13 untuk membentuk kesadaran moral para peserta didik melalui kegiatan sehari-hari. Salah satu pendidikan karakter yang harus ditanamkan terhadap para siswa adalah nilai-nilai karakter kejujuran dimana nilai-nilai tersebut begitu bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada NURDYANSYAH, S.PD. M.PD. DR dan ISTIKOMAH, DRA. M.AG. DR atas sumbangsih pemikiran, masukan, dan dialog kreatif seputar tema pendidikan karakter sehingga menghasilkan sebuah artikel. Semoga kerja sama itu dapat memberikan hasil berupa karya tulis yang bermanfaat bagi dunia pendidikan dan masyarakat.

References

  1. Borba, Michele. (2008). Membangun Kecerdasa Moral Tujuh Kebajikan Utama Agar Anak Bermoral Tinggi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
  2. Emzir. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualtitatif. Jakarta: Rajawali Press.
  3. Gunawan, Heri. (2012). Pendidikan Karakter, konsep dan Implementasi. Bandung : Alfabeta.
  4. Lickona, Thomas. (2013). Pendidikan Karakter: Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik. Bandung: Penerbit Nusa Media.
  5. Marzuki, Alie. (2015). Indikator Ekonomi. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
  6. Marzuki, Mahmud, Peter. (2014). Penelitian Hukum. Edisi Revisi. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
  7. Mulyasa. (2013). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
  8. Moleong, J Lexy. (1988). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.
  9. Naim, Ngainun. (2012). Character Buliding Optimalisasi Peran Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu & Pembentukan Karakter bangsa. Jogjakarta : ArRuzz Media.
  10. Nata, Abudin. (2012). Manajemen Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.
  11. Saptono. (2011). Dimensi-Dimensi Pendidikan Karakter. Salatiga : Erlangga.
  12. Setyosari. (2010). Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.
  13. Triatmanto. (2010). Tantangan Implementasi Pendidikan Karakter Disekolah Dalam Cakrawala Pendidikan. Yogyakarta : UNY.
  14. Zakiyah, Y, Q & Rusdiana. (2014). Pendidikan Nilai : Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung : Pustaka Setia.
  15. Zuchdi, Darmiyati, Zuhdan K.P, dan Muhsinatun S.M. (2012) Panduan Implementasi Pendidikan Karakter Terintegrasi dapam Pembelajaran dan Pengembangan Kultur Sekolah. Yogyakarta : UNY Press.