Articles
DOI: 10.21070/icecrs2020407

Implementation of Character Education Through Coaching Discipline of Students


Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Pembinaan Disiplin Peserta Didik

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Education of Character Disciplinary Upbuilding

Abstract

The qualitatif research about implementation of education has been applied through discipline coaching of students at SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo on December 2nd until 4th, 2019. This research objective is the implementation on character education of discipline coaching of students at Muhammadiyah 1 Junior High School Sidoarjo. The research method is qualitative research. The result of this research are: (1) discipline coaching management are divided into two strategies, which are internal coaching and external coaching, (2) discipline coaching school strategy can be applied through extraculicular activities, spiritual activities, habitual activities, uniform and attributes allowed, rules of time to come and leave the school, the lateness of the students, manner in school relationship, clean and order, following flag and celebration ceremony, and (3) external coaching strategy through parents and society cooperation, (4) the percentage of students lateness was 10% descend, the percentage of inappropriate uniform was 23% descend, also the percentage of students absence without permission was 88% descend at education year 2018/2019.

PENDAHULUAN

Pendidikan karakter sangat penting untuk segera diimplementasikan karena isu sentral pengkajian dan pengelolaan pendidikan karakter di negeri ini masih dipandang sebagai wacana dan belum menjadi bagian yang terintegrasi dalam pendidikan. Untuk itu, menurut (Susilowati, 2017) mengatakan karakter harus dibentuk sedini mungkin, pembentukan pribadi yang bermasalah di masa mendatang dikarenakan kegagalan penanaman karakter sejak dini. Oleh karena itu, lingkungan keluarga, sekolah, maupun lingkungan bermain (teman sebaya) berperan dalam pembentukan karakter sejak dini. Pada setiap satuan pendidikan memiliki tugas meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang, standar dengan kompetensi lulusan sesuai dengan tujuan pendidikan karakter. Dalam mengimplementasikan pendidikan karakter perlu manajemen yang baik agar dalam pelaksanaannya kegiatan berjalan dengan teratur dan menghasilkan karakter yang unggul. Manajemen pendidikan berbasis karakter merupakan proses manajemen yang selalu memperhatikan, mempertimbangkan, dan menginternalisasi serta mengintegrasikan nilai-nilai karakter. Salah satunya nilai karakter adalah disiplin.

Permasalahan disiplin bukan hanya merupakan problem sosial yang menarik baik di sekolah maupun di luar sekolah, melainkan juga masalah pedagogis yang sangat serius dan meresahkan keluarga dan masyarakat di negeri ini. Banyak permasalahan yang berkaitan dengan karakter bangsa yang apabila dicermati semua itu berakar pada persoalan disiplin, baik disiplin diri maupun disiplin terhadap aturan. Disiplin sekolah mendapat perhatian dari semua pihak, bahkan sering dijadikan sebagai tolok ukur untuk menilai keberhasilan peserta didik. Menurut (Bambang, 2019) para peneliti menemukan bahwa hasil belajar memiliki hubungan yang positif dengan disiplin belajar peserta didik. Sementara disiplin dalam kegiatan pembelajaran merupakan faktor non intelektual yang dominan dalam pencapaian prestasi belajar. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah implementasi pendidikan karakter melalui pembinaan disiplin peserta didik di smp muhammadiyah 1 sidoarjo?Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian adalah untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter melalui pembinaan disiplin peserta didik di smp muhammadiyah 1 sidoarjo.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut (Laxy, 2014) pendekatan kualitatif adalah “data yang dikumpulkan bukan berupa dalam bentuk angka melainkan data tersebut dari naskah wawancara, catatan lapangan dokumentasi pribadi, catatan memo dan dokumen resmi lainnya penelitian kualitatif lebih mementingka proses”. Alasan memilih penelitian kualitatif adalah penulis ingin melihat bagaimana peranan guru dalam meningkatkan nilai karakter disiplin dan kejujuran peserta didik.Jenis Penelitian deskriptif Kualitatif .Menurut Whithney (dalam Muhamad, 2003) bahwa metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Lokasi Penelitian SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo, yang direncanakan mulai tanggal 2 s/d 4 Desember 2019 . Subjek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah, wali kelas dan peserta didik. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini dipergunakan beberapa tehnik pengumpulan data, antara lain : 1. Observasi 2. Wawancara. Untuk mengolah data hasil penelitian, penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Pengumpulan data (display data) 2. Reduksi data 3. Penyajian data 4. Verifikasi data. Setelah keseluruhan data terkumpul maka pengolahan data menggunakan metode statistik dengan menggunakan rumus persentase sebagai berikut :

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tujuan pendidikan nasional secara umum belum sepenuhnya tercapai. Hal ini yang menyebabkan mutu lulusan belum sepenuhnya mencerminkan karakter yang diharapkan oleh tujuan nasional karena menurut (Zubaedi, 2011) lulusan saat ini cenderung bersifat pragmatis, sekuler, materialistis, hedonistik, rasionalistik, yaitu cerdas secara intelektual dan fisik, namun kering dari spiritual dan kurang memiliki kecerdasan emosional. Oleh karena itu, lembaga pendidikan sekolah seharusnya tidak hanya berkewajiban meningkatkan pencapaian akademis, tetapi juga bertanggung jawab dalam pembentukan karakter yang baik. Akan tetapi, menurut (Agus, 2013) tuntutan ekonomi dan politik pendidikan menyebabkan penekanan pada pencapaian akademis mengalahkan idealitas peranan sekolah dalam pembentukan karakter

Karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespons situasi secara bermoral yang diwujudkan dalam tindakan nyata melalui perilaku baik, jujur, bertanggung jawab, hormat terhadap orang lain dan nilai-nilai karakter mulia lainnya. Pendidikan karakter berkaitan dengan pendidikan moral. Akan tetapi, pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi daripada pendidikan moral. Pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar atau salah, tetapi cara menanamkan kebiasaan (habit) tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan. Dengan demikian, peserta didik memiliki kesadaran dan pemahaman yang tinggi, serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari.

  1. Pendidikan Karakter
  2. Konsep Dasar Pembinaan Disiplin Peserta Didik

Menurut (Wahjosumidjo, 2007) Pembinaan adalah usaha atau kegiatan memberikan bim bingan, arahan pemantapan peningkatan arahan terhadap pola pikir, sikap mental, perilaku serta minat, bakat dan keterampilan para peserta didik. Sedangkan pembinaan peserta didik, yaitu usaha atau kegiatan memberikan bimbingan, arahan pemantapan, peningkatan arahan terhadap pola pikir, sikap mental, perilaku serta minat, bakat dan keterampilan para peserta didik. melalui program ekstrakurikuler dalam mendukung keberhasilan kurikuler. Pembinaan peserta didik menurut (Soetjipto, 2007) adalah pemberian layanan kepada peserta didik di suatu lembaga pendidikan, baik di dalam maupun di luar jam belajarnya di kelas.

  1. Pengertian Program Pembinaan Peserta Didik
  2. Tujuan Pembinaan Peserta Didik

Menurut (Badrudin, 2014), pembinaan peserta didik ditujukan untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik melalui penyelenggaran program bimbingan, pembelajaran, dan pelatihan. Secara khusus, tujuan pembinaan peserta didik, yaitu untuk :

  1. Meningkatkan peran serta dan inisiatifnya untuk menjaga dan membina sekolah dari usaha pengaruh yang bertentangan dengan kebudayaan nasional serta menangkal tumbuhnya pengaruh negatif yang datang dari luar lingkungan sekolah;
  2. memantapkan kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler dalam menunjang pencapaian kurikulum;
  3. meningkatkan apresiasi dan penghayatan seni, menumbuhkan sikap berbangsa dan bernegara, meneruskan dan meningkatkan kesegaran jasmani dan rohani serta rekreasi dalam wadah Organisasi Peserta didik Intra Sekolah (OSIS).

Menurut (Suryosubroto, 2004), perencanaan adalah pemilihan dari sejumlah alternatif tentang penetapan prosedur pencapaian serta perkiraan sumber yang dapat disediakan untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam perencanaan terdapat beberapa tahap, yaitu: (a) identifikasi masalah (b) perumusan masalah, (c) penetapan tujuan, (d) identifikasi masalah, (e) pemilihan alternatif (f) elaborasi alternatif.

Menurut (Mangunhardjana, 2004), ada enam prosedur dalam penyusunan rencana pembinaan: (a) menemukan minat dan kebutuhan bersama para calon peserta (b) mengembangkan pokok pembinaan; (c) menentukan sasaran pembinaan; (d) memilih sumber yang sesuai; (e) memilih metode atau teknik pembinaan; (f) menyusun jalannya setiap acara dan seluruh rangkaian acara selama tahap trainıng.

Menurut (Mangunhardjana, 2004) ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pembinaan peserta didik meliputi : Susunan peserta (menyangkut jenis kelamin, umur, pendidikan, atau latar belakang budaya), jumlah peserta pembinaan, jangka waktu pembinaan, tempat pembinaan, keadaan para peserta pembinaan (menyangkut kesehatan atau pengalaman pembinaan), bahan pembinaan, peralatan pembinaan, fasilitas pembinaan dan informasi kepada peserta menyangkut hal yang harus dipersiapkan peserta pembinaan.

  1. Perencanaan program pembinaan peserta didik
  2. Pelaksanaan Program Pembinaan Peserta Didik
  3. Evaluasi/penilaian program pelaksanaan pembinaan peserta didik

Stufflebeam dalam (Badrudin, 2014) berpendapat bahwa, "Evaluation is the process ofdelineating, ontaming, and providing useful information for judgingdecision alternatives” Penilaian hasil belajar bertujuan untuk melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan Mangunhardjana menyebutkan bahwa evaluasi pembinaan memiliki tahap-tahap yang berbeda, yaitu:"

  1. evaluasi selama pembinaan adalah evaluasi yang diadakan setiap saat selama pembinaan;
  2. evaluasi pada tahap akhir tahap pembinaan dilakukan pada akhir setiap tahap pembinaan, baik berdasarkan sejumlah acara yang sudah diolah, jumlah hari yang telah dilalui, atau akhir salu seri program pembinaan
  3. evaluasi pada akhir seluruh pembinaan. Hasil evaluasi akhir seluruh pembinaan perlu dipertimbangkan bersama hasil evaluasi selama pembinaan dan evaluasi pada akhir setiap tahap pembinaan. Hal ini karena evaluasi akhir pembinaan hasilnya kerap kurang objektif.

Kata disiplin berasal dari bahasa Latin, yaitu disciplina yang menunjuk pada belajar dan mengajar. Pengendalian diri seseorang terhadap peraturan yang telah ditentukan merupakan sikap disiplin. Hakikat sikap mental disiplin adalah sikap mental yang mencerminkan kepatuhan dan ketaatan yang dilandaskan oleh kesadaran dalam melakspeserta didikan tugas dan kewajiban agar tercapai tujuan yang telah ditentukan. Disiplin berkorelasi dengan motivasi. (Menurut Arikunto, 1993) Peserta didik akan termotivasi untuk melakukan aktivitas tertentu dengan mencapai hal-hal yang diharapkan orang lain darinya, baik keluarga, guru maupun teman-temannya, dengan adanya disiplin.

Kesadaran akan sikap dan perilaku yang sudah tertanam dalam diri seseorang sesuai dengan tata tertib yang berlaku dalam keteraturan secara berkesinambungan pada suatu tujuan atau sasaran yang telah ditentukan adalah pengertian dari disiplin.

Disiplin dalam jangka pendek bertujuan untuk mengarahkan agar peserta didik belajar mengenai hal-hal positif untuk persiapan pada saat masa dewasanya sehingga kehidupan mereka menjadi bahagia, berhasil dan penuh kasih sayang. Selain itu, displin dapat menjadikan peserta didik terlatih dan terkontrol, dengan membimbing dan memberikan contoh tentang perilaku dan adab yang baik sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW sehingga menjadi kebiasaan yang melekat pada diri mereka. Sedangkan disiplin dalam waktu jangka panjang bertujuan mengembangkan pengendalian diri sendiri dan pengarahan diri sendiri (self control and self direction), yaitu peserta didik dapat mengarahkan diri sendiri tanpa pengaruh dan pengendalian dari luar. Yang dimaksud dengan pengendalian diri adalah menguasai tingkah laku diri dengan berpedoman norma dan aturan yang jelas. Oleh karena itu, butuh peran aktif guru sebagai pendidik yang secara aktif dan terus menerus membimbing dan memberikan contoh sebagai teladan yang baik sehingga peserta didik mengalami perkembangan dan mampu mengendalikan diri mereka dalam situasi apapun.

Dalam menjaga ketertiban di dalam kelas perlu adaya disiplin kelas, hal ini akan mencegah perilaku yang negatif di dalam kelas seperti ketidakhadiran, kegaduhan, tidak mengerjakan tugas, pencurian, perkelahian dll. Selain tata tertib yang telah ditentukan sekolah, pendidik atau wali kelas perlu membuat peraturan di kelas bersama peserta didik dengan cara demokratis berupa komitmen di awal pembelajaran atau biasa disebut kontrak belajar kelas berupa aturan, hukuman (punishment) dan penghargaan (reward). Menurut (Sylvia, 2003) hendaknya, pendekatan disiplin peserta didik di dalam kelas harus: 1) menggambarkan prinsip pedagogi dan hubungan kemanusiaan, 2) mengembangkan dan membentuk profesionalisme personel dan sosial lulusan, 3) merefleksikan tumbuhnya kepercayaan dan kontrol dari peserta didik, 4) menumbuhkan kesungguhan berbuat dan berkreasi, baik dikalangan guru dan peserta didik tanpa ada kecurigaan dan kecemasan, 3)menghindari perasaan beban berat dan rasa terpaksa dikalangan peserta didik. Dengan adanya disiplin kelas dengan cara demokratis, peserta didik mampu mengikuti dan melakspeserta didikan peraturan yang telah ditentukan tanpa ada beban, karena peraturan tersebut dilakukan dengan cara diskusi dan telah disepakati bersama.

  1. Pengertian Disiplin Peserta Didik
  2. Pendekatan Disiplin Peserta Didik
  3. Macam-macam Disiplin Peserta Didik

Menurut (Imron, 2012) ada tiga macam disiplin, yaitu sebagai berikut."

  1. Disiplin yang dibangun berdasarkan konsep otoritarian. Menurut konsep ini, peserta didik mempunyai disiplin tinggi ketika ia mau duduk tenang sambil memperhatikan uraian guru yang sedang mengajar.
  2. Disiplin yang dibangun berdasarkan konsep permisif. Menurut konsep ini, peserta didik harus diberikan kebebasan seluas-luasnya di kelas dan sekolah. Aturan-aturan di sekolah dilonggarkan dan tidak perlu mengikat peserta didik
  3. Disiplin yang dibangun menurut konsep kebebasan yang terkendali atau kebebasan yang bertanggung jawab. Disiplin ini memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk bertindak dengan konsekuensi harus ditanggung sendiri. Konsep ini merupakan konvergensi dari konsep otoritarian dan permisif. Kebebasan jenis ketiga ini lazim dikenal dengan kebebasan terbimbing. Terbimbing karena dalam penerapan kebebasan diaksentuasikan pada hal-hal yang konduktif.

Unsur-unsur kedisiplinan peserta didik, yaitu:

  1. mengikuti dan menaati peraturan, nilai, dan hukum yang berlaku;
  2. pengikutan dan ketaatan tersebut muncul karena adanya kesadaran diri bahwa hal itu berguna bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya dapat juga muncul karena rasa takut tekanan.

Dalam rangka menyukseskan pendidikan karakter, guru harus mampu menumbuhkan disiplin peserta didik, terutama disiplin diri. Guru harus mampu membantu peserta didik mengembangkan pola perilakunya, meningkatkan perilakunya, dan melakspeserta didikan aturan sebagai alat untuk menegaskan disiplin Pendisiplinan peserta didik perlu dimulai dengan prinsip yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu sikap demokratis sehingga peraturan disiplin perlu berpedoman pada hal tersebut, yaitu dari peserta didik

Menurut (Soelaeman, 1985) mengemukakan bahwa guru berfungsi sebagai pengemban ketertiban, tetapi tidak diharapkan sikap otoriter. Membina disiplin peserta didik harus mempertimbangkan berbagai situasi dan memahami faktor-faktor yang memengaruhinya. Oleh karena itu, guru disarankan untuk melakukan hal-hal berikut :

  1. memulai seluruh kegiatan dengan disiplin waktu dan patuh / taat aturan;
  2. mempelajari pengalaman peserta didik di sekolah melalui kartu catatan kumulatif:
  3. mempelajari nama-nama peserta didik secara langsung, misalnya melalui daftar hadir di kelas;
  4. mempertimbangkan lingkungan pembelajaran dan lingkungan peserta didik;
  5. memberikan tugas yang jelas, dapat dipahami, dan sederhana;
  6. menyiapkan kegiatan sehari-hari agar hal-hal yang dilakukan dalam pembelajaran sesuai dengan yang direncpeserta didikan, tidak terjadi banyak penyimpangan;
  7. bergairah dan semangat dalam melakukan pembelajaran agar dijadikan teladan oleh peserta didik;
  8. berbuat sesuatu yang berbeda dan bervariasi sehingga membantu disiplin dan gairah belajar peserta didik
  9. menyesuaikan argumentasi dengan kemampuan peserta didik, tidak memaksakan peserta didik sesuai dengan pemahaman guru, atau mengukur peserta didik dari kemampuan gurunya
  10. membuat peraturan yang jelas dan tegas agar dapat dilakspeserta didikan dengan sebaik-baiknya oleh peserta didik dan lingkunganya.

Dalam kondisi tertentu, pendidik tidak dapat menghindarkan diri dari pemberian hukuman. Hal tersebut terjadi jika dengan cara-cara lain sudah tidak mungkin untuk mengubah perilaku peserta didik atau demi keamanan ataupun lingkungannya. Guru yang menetapkan hukuman hendaknya mengacu pada peraturan dan hak peserta didik sehingga tidak menghambat ruang gerak peserta didik dalam berkreativitas. Peraturan juga hendaknya dibuat masuk akal dan dapat diterima sebagai hal yang wajar oleh peserta didik. Pemberian hukuman mempertimbangkan kemungkinan dampak negatif dari hukuman tersebut yaitu sebagai berikut.

  1. Pemberian hukuman tidak menunjang perkembangan dan kendali diri pada peserta didik karena peserta didik mungkin tidak belajar dari kesalahannya dan tidak belajar memikul tanggung jawab sendiri untuk mengendalikan diri.
  2. Pemberian hukuman dapat memberikan model yang negatif penerimaan suatu perilaku dapat diterima peserta didik bergantung pada siapa yang melakukannya
  3. Pemberian hukuman dapat menimbulkan agresivitas. Jika peserta didik disakiti, baik secara fisik maupun mental, ia akan memberontak
  4. Pemberian hukuman dapat menimbulkan aversi (menentang) terhadap orang tua, sekolah, dan belajar.

Keuntungan dengan penghukuman pada peserta didik didik, antara lain:

  1. menghentikan dengan segera tingkah laku peserta didik didik yang menyimpang, memberi petunjuk kepada peserta didik didik mengenai tingkah laku yang dapat diterima;
  2. pengajaran bagi peserta didik didik dengan kenyataan bahwa hukuman mampu mengurangi kemungkinan peserta didik didik dan meniru tingkah laku tersebut;
  3. pengendalian dan pengarahan orang dalam suatu kelas untuk menciptakan dan memelihara suasana belajar mengajar yang efektif.

Adapun kerugian dengan adanya penggunaan hukuman bagi peserta didik , antara lain dapat ditafsirkan salah oleh peserta didik k, menyebabkan peserta didik didik menarik diri, menyebabkan peserta didik agresif, menimbulkan reaksi negatif pada diri peserta didik atau terhadap suasana di luar dirinya. Bentuk hukuman yang mendidik dapat diberikan pengurangan nilai, misalnya dikenakan kepada peserta didik yang terlambat, tidak melengkapi/mengerjakan tugas. Pencabutan hak peserta didik, denda, mengurangi nilai dapat diberikan agar peserta didik lebih disiplin. Apabila ada pelanggaran yang sifatnya lebih serius, guru dapat menyerahkan masalahnya kepada kepala sekolah.

Sesuai dengan karakteristik peserta didik yang masih suka meniru, salah satu yang dianggap ampuh untuk membina disiplin kelas adalah sebagai berikut.

Guru adalah tokoh identifikasi bagi peserta didik. Perilaku guru yang tampak nyata bagi peserta didik akan cepat dicontoh atau ditiru. Peserta didik lebih mudah dibina kebiasaannya melalui contoh konkret yang dilihatnya sehari-hari. Pemberian contoh nyata merupakan alat pendidikan yang lebih efektif dalam pembentukan sikap, begitu juga dengan sikap disiplin. Oleh karena itu, mulailah dari diri sendiri dengan bersikap disiplin. Misalnya:

  1. Jika ingin peserta didiknya datang tepat waktu, guru membiasakan diri datang lebih awal dari peserta didiknya.
  2. Jika ingin peserta didiknya mengerjakan tugas yang berikan dengan baik, guru terlebih dahulu melakspeserta didikan pembelajaran dengan baik. Jika ingin peserta didiknya berpakaian rapi datang ke sekolah, terlebih dahulu membiasakan diri selalu rapi.

Aturan serta tingkah laku kelas yang telah ditetapkan di komunikasikan kepada peserta didik sejak awal. Dengan demikian, peserta didik akan mengetahui dan mempunyai pedoman cara berperilaku di kelas dan dapat mengontrol tingkah lakunya.

Untuk membina disiplin kelas, aturan/perilaku perlu ditetapkan dan dikomunikasikan kepada peserta didik supaya lebih diterima dan diikuti oleh peserta didik.

Setelah mengetahui faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam mengembangakan aturan/tingkah laku kelas, bagaimana caranya melibatkan peserta didik dalam mengembangkan aturan-aturan kelas tersebut?

  1. Guru membantu peserta didik mendiskusikan alasan penting mengembangkan tingkah laku bagi semua anggota kelas dan menyetujui untuk mematuhinya. Untuk merangsang terjadinya diskusi tersebut, guru dapat mengajukan pertanyaaan mengapa orang dewasa mempunyai aturan-aturan dan mematuhi, seperti mematuhi aturan lalu lintas, membayar pajak, dan saling menghormati satu sama lain. Diskusi ini membimbing peserta didik sampai ia menyadari perlunya aturan-aturan dalam mengatur kehidupan bermasyarakat/berkelompok atau kelas.
  2. Guru meminta peserta didik membuat suatu daftar tingkah laku yang dianggap penting dan memilih beberapa untuk disepakati.
  3. Guru membimbing diskusi untuk memperjelas tiap-tiap aturan dan guru menanyakan kepada peserta didik apakah mereka menerima dan akan mematuhi tingkah laku tersebut
  4. Guru memonitor perilaku peserta didik sehari-hari dan membantu peserta didik mengingat kembali tingkah laku yang telah diterimanya jika terjadi penyimpangan.

Untuk terbentuknya perilaku disiplin di kalangan peserta didik, guru dapat melakukan upaya pembinaan dalam kelas, seperti menciptakan disiplin kelas. Kelas yang penuh disiplin akan memungkinkan peserta didik belajar dengan efektif serta turut mendorong motivasi belajarnya. Di sekolah, disiplin banyak digunakan untuk mengontrol tingkah laku peserta didik yang dikehendaki agar tugas-tugas atau kegiatan sekolah dapat berjalan dengan optimal.

Pembinaan disiplin peserta didik dapat dilakukan melalui program pembiasaan dari awal sebelum pembelajaran dimulai sampai dengan akhir pembelajaran. Pembinaan disiplin menerapkan 2 strategi yaitu 1) strategi internal program pembiasaan meliputi : a) seragam sekolah, b) rambut, kuku, tato, make up dan aksesoris yang dilarang, c) tata tertib masuk dan pulang sekolah, d)keterlambatan peserta didik, e) sopan santun dalam pergaulan, f) kebersihan dan ketertiban, g) Mengikuti upacara bendera dan hari besar, h) Kegiatan keagamaan, i) kegiatan ekstrakurikuler , j) larangan-larangan tambahan seperti membawa barang terlarang (rokok, narkoba dll), berkelahi, berbicara kotor, berduaan ( laki-laki dan perempuan) yang tidak sesuai dengan syariat islam dll. 2) Strategi eksternal yaitu dengan bekerjasama dengan orangtua dan masyarat sekitar sekolah untuk mengawasi dan membimbing serta melaporkan peserta didik jika melakukan pelanggaran. Sanksi pelanggaran (punishment) pembinaan disiplin peserta didik berupa : 1) peringatan lisan, 2) peringatan tertulis, 3) pemanggilan orangtua, 4) skorsing, 5) Dikembalikan kepada orang tua. Sedangkan penghargaan (reward) berupa sertfikat terbaik dalam sikap disiplin dan pengurangan poin pelanggaran disiplin.

  1. Implementasi Pembinaan Disiplin
  2. Hasil Implementasi Pembinaan Disiplin Peserta Didik
Aspek Pelanggaran Disiplin Tahun Pelajaran2017/2018 Tahun Pelajaran2018/2019 Persentase Penurunan (%)
Keterlambatan 210 187 10%
Ketidaksesuaian seragam 150 116 23 %
Tidak mengikuti pembelajaran tanpa ijin 24 3 88%
Table 1. Pelanggaran disiplin peserta didik di SMP Muhammadiya 1 Sidoarjo

Berdasarkan tabel di atas, setelah mengimplementasikan pembinaan disiplin peserta didik di SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo tahun pelajaran 2018/2019, diperoleh hasil Presentase keterlambatan peserta didik mengalami penurunan 10%, Presentase ketidaksesuaian seragam mengalami penurunan 23% dan presentase ketidakhadiran peserta didik mengikuti pembelajaran tanpa ijin mengalami penurunan 88%.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : (1) pengelolaan pembinaan displin dapat dibagi menjadi dua strategi, yaitu pembinaan internal dan eksternal sekolah, (2) strategi pembinaan internal sekolah dapat ditempuh melalui kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan keagamaan, kegiatan pembiasaan, seragam dan aksesoris sesuai ketentuan, tata tertib masuk dan pulang sekolah, keterlambatan peserta didik, sopan santun dalam pergaulan, kebersihan dan ketertiban, mengikuti upacara bendera dan hari besar, kegiatan keagamaan, kegiatan ekstrakurikuler, dan (3) strategi pembinaan eksternal dapat ditempuh melalui kerjasama dengan orangtua dan masyarakat (4) Presentase keterlambatan peserta didik mengalami penurunan 10%, Presentase ketidaksesuaian seragam mengalami penurunan 23 % dan presentase ketidakhadiran peserta didik mengikuti pembelajaran tanpa ijin mengalami penurunan 88% di tahun pelajaran 2018/2019.

abstrak, atau cukup jelaskan hasil penelitian. Berikan penje- lasan yang jelas tentang kemungkinan aplikasi dan / atau saran yang terkait dengan temuan penelitian.

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam menyelesaikan penelitian ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Istiqomah,M.Pd selaku dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah 1 Sidoarjo yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti penelitian atas seminar nasional mataram, Dr. Nurdyansyah, M.Pd selaku pembimbing dalam menulis artikel dan seluruh stakeholder SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo khususnya: Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, guru, peserta didik serta keluarga dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.

References

  1. Badrudin.(2014).Dasar-dasar Manajemen. Bandung : Alfabeta
  2. Imron, Ali. (2012).Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta : Bumi aksara.
  3. Moleong, L. J., (2014). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
  4. Rimm, Sylvia.(2003).Mendidik dan Menerapkan Disiplin Pada Anak Pra sekolah. Alih Bahasa Lina Yusuf. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  5. Samsul A, Bambang. (2019). Manajemen Pendidikan Karakter. Bandung :CV Pustaka Setia
  6. Soetjipto.(2007). Profesi Keguruan. Jakarta : Rineka Cipta
  7. Suharsimi, Arikunto.(1993). Manajemen Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Persada
  8. Suryosubroto.(2004).Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta
  9. Wahjosumidjo.(2007). Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta : Rajawali Pers