Abstract
Schizophrenia is a psychiatric diagnosis that describes mental disorders with character abnormalities in perception or disorders regarding reality. Perception abnormalities can be in the form of disorders in the five senses, usually in the form of auditory hallucinations, paranoia, bizarre delusions, and can also be in the form of speech disorganization and disruption of real social communication. Case. Mr.SA, age 43, came with complaints of rampage to his family and surrounding community for no apparent reason. The patient was treated at Menur General Hospital Surabaya 2 years ago with a similar complaint. Psychiatric status obtained clear awareness, bad insight, blunt affect, auditory hallucinations, visuals, followed by delusions of control, suspicious. Diagnosis of axis I: paranoid schizophrenia, axis II and III: none, axis IV: Primary Support Group (Family) GAF axis scale 20.11 (danger of self-injury / others when entering hospital). Psychopharmaca therapy is chlorpromazine tab 1 x 100 mg, haloperidol tab 3 x 5 mg, and trihexyphenidyl 3 x 2 mg, and psychotherapy that is support. Conclusion The paranoid schizophrenia of this patient is due to work problems
Pendahuluan
Rumah Sakit Jiwa Menur merupakan Rumah Sakit Jiwa milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang berlokasi di Jl.Menur no 120 Surabaaya . Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya adalah Rumah Sakit kelas A yang merupakan unsur perpanjangan Pemerinta Provinsi setingkat badan yang menyelegarakan sebagian urusan di bidang pelayanan kesehatan.Moto utama Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya “Kepuasan Pelanggan Prioritas Kami” dimana manifestasi dari moto tersebut tertuang dalam fungsih Rumah Sakit Jiwa Menyelegarakan tata kelola Rumah Sakit badan layanan umum Daerah yang tertip dan bertanggung jawab. Visi Rumah Sakit Jiwa Menur adalah menjadi Rumah Sakit Jiwa kelas A Pendidikan dengan Pelayanan Holistic Komperehensif yang berahlak untuk kesejahteran bersama.
Klien memiliki istri yang bernama S. Klien memiliki jarak usia sekitar 10 tahun dengan istrinya, Klien tinggal bersama istri dan anaknya serumah. Pada saat Klien sakit, Klien baru tinggal bersama orang tua dan keluarganya di Bangkalan. Gangguan yang Klien alami dimulai pada tahun 2007 saat Klien berumur 31 tahun yaitu saat Klien sudah berumah tangga dan mempunyai anak yang ke2. Sebelum sakit Klien bekerja di Surabaya sebagai penjahit ikut usaha koveksi kakak yang pertamanya awal mulanya Klien hidup normal seperti orang lain. Kegiatan Klien setiap harinya setelah habis kerja istirahat dan malamnya biasanya keluar bersama temen-temenya. Klien pergi ke diskotik dan pulang hingga pagi hari. Klien mulai mengalami perubahan tingkah laku yang tidak biasanya dialami Klien. Maka dengan keluargnya, Klien dibawa ke orang pintar. Selama 3 bulan teryata Klien tidak sembuh-sembu. Maka keluarga Klien terus membawanya ke RSUD dr.Soetomo di Surabaya. Sejak saat itu Klien kontrol rutin ke dokter keluarga (faska tingkat 1) atau ke RSUD dr.Soetomo awal Klien opname di RSUD dr.Soetomo pada tahun 2012. Keluhan Klien adalah dirinya merasa takut pada orang lain baik yang sudah dikenal maupun yang belum di kenal. Klien juga sering mendengar suara-suara yang membuat Klien tidak bisa tidur, Klien merasa sagat terganggu dengan suara tersebut namun tidak tahu suara apa dan suara siapa. Kemudian pada tahun 2014 Klien masuk lagi ke RSUD dr.Soetomo dengan keluhan takut sama orang lain dan tidak mau mandi jarang beraktivitas kegiatan sehari-hari selalu tidur. ketiga kalinya Klien masuk RSUD dr. Soetomo pada tahun 2017 dengan keluhan badan lemas tidak mau makan dan mandi. Dan yang keempat kalinya Klien masuk RSJ Menur pada tahun 2019. Klien masuk rawat inap ruang (kenari) di RSJ Menur, diperiksa oleh dr.Lila Nurmayanti, Sp.Kj. Dengan keluhan sedikit berbeda. Klien dibawa oleh Pak Lurah dan keluarganya dengan keluan sering marah-marah, ngomel-ngomel bicara kasar bakan sering melempari batu rumah tetangganya, Klien mengalami gangguan ini pada bulan Agustus tahun 2019 sebelum dibawa ke Sumah Sakit Klien sering berbuat onar sehingga masyarakat resah dan melaporkan ke kepala desa melempar batu samapai kena tetangganya.
Klien tergolong orang yang menutup diri dan menjahui lingkungan sosialnya. Klien jarang melakukan interaksi dan komunikasi dengan tetangganya. Klien juga tidak berperan aktif dalam kegiatan lingkungan sekitarnya meskinpun di depan rumah Klien terdapat Sekolah Dasar, yang banyak dikunjungi warga dan anak-anak berkumpul, Klien jarang mengunjungi tempat tersebut, menurut kakak Klien, Klien dahulu perna mempunyai teman akrab, namun teman Klien tersebut telah dibunuh oleh teman sendiri.
Semenjak bulan Agustus tahun 2019 Klien mulai sering uring-uringan. Beberapa kali Klien menyikapi suatu permasalahan dengan belebihan Klien semakin menarik diri dari lingkungan sosialnya. Klien sering mengganggap setiap ada orang yang berbicara atau berdekatan Klien selalu menganggap orang tersebut membicarakan Klien, Klien langsung marah-marah dan mengacam orang tersebut sambil membawa senjata tajam sehingga warga sekitarnya merasa terganggu. Bahkan sempat mengancam adik kandungnya ingin dibunuh apabila ada orang yang datang kerumah adiknya. Perilaku Klien semakin memburuk saat dua Bulan yang lalu sebelum di bawa ke Rumah Sakit Munur. Klien semakin sering marah-marah jika menghadapi masalah. Akhirnya warga dan keluarga mengajak Klien pergi ke Rumah Sakit Jiwa Menur. Klien sempat memberontak dan berteriak serta memaki-maki kepala desa dan keluarganya
Skizofrenia adalah gangguan jiwa dengan gejala utama berupa waham (keyakinan salah dan tak dapat dikoreksi) dan halusinasi (seperti mendengar dan melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada). Skizofrenia adalah juga penyakit yang mempengaruhi wicara serta perilaku. Seseorang yang menderita skizofrenia mungkin mengaku bahwa diri mereka adalah 'orang besar'. Seperti halnya pengalaman Satira Isvandiary (Evie) yang dituturkan dalam psikomemoarnya bahwa ia yakin jika ia adalah Ratu Adil yang dapat berbicara dengan segala makhluk tanpa batasan bahasa dan dapat berhubungan dengan Tuhan secara langsung. Pada kasus yang lebih jarang, bahkan ada penderita yang mengaku bahwa ia adalah Tuhan itu sendiri. namun gejala itu dapat bertumpuk dengan pikiran dan perasaan bahwa mereka adalah korban dari para penyiksa (victim of persecutors). mereka tak berdaya menghadapi kenyataan hidup karena pikiran dan perasaan mereka dipenuhi oleh waham dan halusinasi yang membuat diri mereka melambung dan sekaligus terhempas. Pada banyak kasus ketersiksaan itulah yang cenderung bertahan lama di dalam diri penderita, sehingga menurut data statistik 50% penderita skizofrenia pernah berusaha bunuh diri dan 10% berhasil mati.
Menurut The Oxford English Dictionary (1989) kata schizophrenia (skizofrenia) merupakan adaptasi dari kata dalam Bahasa Jerman schizophrenie. Kata ini diciptakan oleh E(ugen) Bleuler (1857-1939) dalam bukunya Psychiatrisch-Neurol. Wochenschr. kata dalam Bahasa Jerman itu sendiri berasal dari Bahasa Yunani yaitu schizein yang artinya 'belah, pisah' (to split) dan phren yang arinya 'pikiran' (mind) . Sebenarnya skizofrenia semula dinamai dementia praecox pada tahun 1899 yang juga adalah sebuah istilah Yunani yang artinya kemunduran fungsi intelektual (dementia) di usia dini (praecox) yang ditandai dengan daya pikir yang makin lama makin memburuk dan disertai gejala berupa waham dan halusinasi. Eugen Bleuler memperkenalkan istilah skizofrenia karena penyakit ini mengakibatkan terpecahnya antara pikiran, emosi dan perilaku. Istilah skizofrenia menggantikan istilah dementia praecox semenjak ia tak selalu disertai oleh kemunduran daya pikir dan tidak selalu terjadi di usia muda.
Metode
Partisipan dalam penelitian ini merupakan klien rawat inap di RSJ menur Surabaya. Jawa Timur
a. Psikoterapi Supportif
Psikoterapi Supportif yaitu bentuk psikoterapi yang dilakukan dengan menerangkan secara masuk akal gejala penyakitnya yang timbul akibat cara berpikir,perasaan dan sikap terhadap masalah yang dihadapi. Sikap yang dilakukan oleh terapis adalah:
- Berusaha membangun mengubah dan menguatkan impuls-impuls tertentu serta membebaskan diri dari impuls yang mengganggu secara masuk akal dan sesuai hati nurani.
- Berusaha meyakinkan pasien dengan alasan yang masuk akal tentang realitas yang ada. Topik pembahasan adalah tentang ide dan kebiasaan pasien yang mengarah pada terjadinya gejala.
b. Psikoedukasi
Psikoedukasi adalah salah satu bentuk intervensi yang baik untuk keluarga maupun klien yang merupakan bagian dari terapi psikososial. Tujuan dari psikoedukasi adalah menambah pengetahuan tentang permasalahan yang sedang dihadapi dan menigkatkan fungsi dalam lingkunganya. Menurut Stuart & Laraia (2001) secara umum program psikoedukasi adalah sebagai berikut:
- Komponen didaktif berupa pendidikan kesehatan yang menyediakan informasi tentang penyakit dan system kesehatan jiwa.
- Komponen ketrampilan, menyediakan pelatian tentang komunikasi,penyelesaian konflik,pemecahan masalah, menejemen perilaku dan manajemen stress.
- Komponen emosional, memberi kesempatan berbegi perasaan disertai dukungan emosi.
- Komponen sosial, meningkatkan jejaring formal dan non formal. Peningkatan kontak dengan lingkungan dan system pendukung yang ada dimasyarakat yang akan menguntungkan keluarga dan klien.
Penelitian ini menggunakan metode Eksperimen dengan pendekatan indigenous psychology. Realisme konstruktif adalah pendekatan dalam membentuk konstrak berdasarkan realitas yang ada dalam masyarakat. Oleh karena itu, kajian tidak terlalu bergantung dengan konsep teori yang berkembang akan tetapi lebih bersumber dari pengalaman individu dalam kehidupan sehari-hari.
Prosedur
Permasalahan yang menjadi fokus Intervensi kepada Klien pada kasus ini adalah meningkatkan kesadaran klien untuk menyikapi prasangka buruk terhadap keluarga dan orang lain, dan mengontrol apabila mendengarkan suara bisikan. Dari hal tersebut Praktikan memberikan target dalam intervensi kepada klien berupa dalam kurung waktu 14 hari melaksanakan intervensi klien mampu menyikapi prasangka buruk terhadap keluarga dan orang lain didalam perasaannya.
Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner (open ended question). Kuesioner berisi empat pertanyaan terbuka, yang meliputi: (1) Sebutkan lima sifat orang yang baik menurut Anda! (2) Sebutkan salah seorang yang Anda kenal baik di dalam masyarakat, (3) Mengapa Anda menilai demikian (alasan pemilihan orang tersebut), (4) Nilai-nilai apa saja yang dimiliki orang tersebut dalam menyelesaikan berbagai masalah hidup sehari-hari. Sebelum digunakan kuesioner tersebut telah lebih dahulu diujicobakan, penilaian validitas dilakukan dengan melihat kesesuaian antara pertanyaan dengan jawaban yang diharapkan.
Teknik
a. Bentuk Intervensi ; Konseling
Konseling adalah bantuan secara professional yang diberikan oleh konselor kepada klien secara tatap muka empat mata yang dilaksanakan interaksi secara langsung dalam rangka memperoleh pemahaman diri yang lebih balk, kemampuan mengontrol diri, dan mengarahkan din untuk dimanfaatkan olehnya dalam rangka pemecahan masalah dan memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang. Pembahasan masalah yang dimaksud bersifat mendalam yang menyangkut hal-hal penting tentang kilen, bersifat luas meliputi berbagai segi permasalahan klien, serta bersifat spesifik mengarah pada pengentasan masalah klien yang urgen.
Jenis Intervensi pada kasus ini adalah dengan terapi supportif dimana dalam teori Pendekatan humanistik dalam psikologi klinis menurut Maslow menyatakan manusia adalah suatu ketunggalan yang mengalami, menghayati, dan pada dasarnya aktif, punya tujuan serta punya harga diri.Abraham H. Maslow (1908-1970) Terapi suportif digunakan untuk memulihkan dan memperkuat pertahanan Klien dan mengintergrasikan kapasitas yang terganggu. Terapi ini juga memberikan dukungan kepada Klien dalam menghadapi kesulitan yang dihadapinya cara yang digunakan adalah dengan cara memberikan periode penerimaan pada Klien yang menghadapi rasa bersalah, malu dan kecemasan dalam menghadapi frustasi tekanan eksternal yang mungkin terlalu kuat untuk dihadapi tetapi ini juga membantu Klien meningkatkan kesadaran realitas serta membantu mengembankan ketrampilan penyesuaian diri dalam perilaku adaptif realitas.
Psikoedukasi adalah suatu bentuk pendidikan ataupun pelatihan terhadap seseorang dengan gangguan psikiatri yang bertujuan untuk proses treatment dan rehabilitasi. Sasaran dari psikoedukasi adalah untuk mengembangkan dan meningkatkan penerimaan pasien terhadap penyakit ataupun gangguan yang ia alami, meningkatkan pertisipasi pasien dalam terapi, dan pengembangan coping mechanism ketika pasien menghadapi masalah yang berkaitan dengan penyakit tersebut. (Goldman, 1998 dikutip dari Bordbar & Faridhosseini, 2010)
Tujuan Intervensi yang diberikan kepada Klien adalah untuk merubah perilaku, pola fikir seorang pasien yang dilakukan dalam hubungan sukarela, dengan maksud untuk menghilangkan, mengubah atau menghambat gejala-gejala yang ada, mengoreksi perilaku yang tergangu dan mengembangkan pertumbuan kepribadian secara positif (Maramis,2005). Intervensi dilakukan dengan tujuan untuk memulihkan dan memperkuat pertahanan Klien dan mengintergrasikan kapasitas yang telah terganggu. Cara ini memberikan suatu periode penerimaan dan ketergantungan bagi Klien yang membutuhkan bantuan untuk menghadapi rasa bersalah, malu dan kecemasan dalam menghadapi frustasi atau tekanan ekternal yang mungkin terlalu kuat untuk dihadapi.
Hasil dan Pembahasan
Pada mulanya klien merasa ketakutan pada hal-hal yang tidak bisa dilihat orang lain sejak bulan Agustus tahun 2019, klien merasa ada seseorang yang ingin membunuhnya sehingga rasa ketakutan yang tidak bisa di bendung menjadi suatu ganguan pada klien. Menurut adolf Meyer Skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi sehingga timbul disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan orang tersebut menjahukan diri dari kenyataan atau realitas sosial. Pada kasus ini klien menujukan adanya gejala-gejala skizofrenia paranoid (F20.0) yaitu yaitu suatu keadaan dimana klien merasa isi fikiran dirinya sendiri yang berulang dan bergema didalam kepalanya. Klien juga mengalami halusinasi auditorik dimana iasedang membicarakan dan menggunjingkan dirinya. klien juga memiliki arus pikiran yang terputus, sehingga berakibat pada inkoherensi dan pembicaraan yang tidak relevan.
Hal pertama yang tidak boleh dilupakan adalah genetika. Walaupun ada kesulitan untuk menentukan gen mana yang mengakibatkan timbulnya skizofrenia, penelitian menunjukkan bahwa faktor pewarisan gen memiliki peranan dalam timbulnya skizofrenia pada seorang individu.Dari berbagai penelitian terhadap anak kembar. mulai yang dilakukan oleh Luxenburger (1928) hingga Gottesman dan Shields (1972) dapat diketahui potensi anak kembar satu telur (monozygotic twin) untuk menderita skizofrenia adalah 35-69%. Pada kembar dari telur yang berbeda (dizygotic twin) kemungkinannya adalah 0-27% (Atkinson, Atkinson dan Hilgard. Pengantar Psikologi. 1996).
Apabila salah satu orang tua menderita skizofrenia, maka kemungkinan anaknya menderita skizofrenia adalah 10%. Sedangkan bila kedua orang tua menderita skizofrenia kemungkinannya naik menjadi 40%. bahkan bila tak ada kerabat yang menderita skizofrenia, seseorang secara genetis masih mungkin menderita skizofrenia, karena potensi dalam populasi untuk menderita skizofrenia adalah 1%. Sehingga saat ini di kala Indonesia berpenduduk 230 juta jiwa, maka ada 2,3 juta orang yang menderita skizofrenia di negeri ini.
Kesimpulan
Klien mulai terbuka dengan keluarga, dan mau aktif mengikuti kegiatan dangan warga lain di lingkungan sekitarnya, Klien juga lebih bijaksana dalam menyikapi permasalahan dan menggukapkan pemasalahannya kepada anggota keluarga, klien sanggup bekerja dan memiliki motivasi yang positif terhadap dirinya, Klien memiliki kehidup yang teratur dan lebih terencana dengan rajin minum obat dengan tepat waktu
Berdasarkan hasil intervensi diatas diperlukan beberapa teknik terapi yang lain, yang dapat membantu klien menjadi lebih baik dan kembali beraktivitas dengan baik. Sehingga klien benar-benar dapat bergerak secara mendiri dan mampu menghadapi permasalahan hidup yang dihadapi. Pratikan juga meminta kepada klien dan keluarga untuk selalu mengikuti teknik-teknik terapi yang telah di buat oleh klien dan keluarga untuk selalu kontrol ke Rumah Sakit sesuai dengan saran dokter, selain itu diharapakn klien dan keluarga selalu menjaga pola komunikasi yang baik, seperti sering berkumpul dan bertukar pikiran serta bersama-sama memecahkan permasalahan yang ada.
Ucapan Terimakasih
Terima kasih kepada Dosen Pembimbing, Dra. Tatik Meiyuntariningsih,M. Kes., Psikolog. Terima kasih kepada Pembimbing Lapangan, Retna Mariyana.B.,M.Psi, Psikolog
References
- Stuart & Laraia (2001) The effects of maternal modeling and negative familial communication on women's eating attitudes and body image. Elsevier Ltd. https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0005789401800307
- Hall, Calvin S. & Gardner Lindzey. (1985). Intoduction to Theories Personality. New York: John Wiley and Sons Inc.
- Goldman, (1998). Diagnosis and Treatment of Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder in Children and Adolescents. Council on Scientific Affairs, American Medical Association. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/9546570/
- Maramis, F.W. (2005). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press