Articles
DOI: 10.21070/icecrs2020439

Effects of Positive Strengthening on the Crying, Anger, and Jumping Behavior of Autistic Children in Surabaya Private Schools


Pengaruh Penguatan Positif terhadap Perilaku Menangis, Marah, dan Melompat Anak Autis di Sekolah Swasta Surabaya

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Indonesia
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Indonesia
Child Development Autism, Anger Crying Jumping Behavior Therapy Positive Reinforcement

Abstract

This study aims to determine the effect of the use of behavior therapy with behavioristic methods for behavior disorders of children with autism. These behavioral disorders in the form of angry, crying, jumping behavior that appears when attending lessons at school. This research is an experimental type research. The method used is an experimental method with a single research subject or Single Subject Research (SSR). The research design used is Within Subject Design. The subject of the study was a 3-year-old boy in a private school in Surabaya. Data collection techniques through observation checklist of autistic children's behavior, and observation. The results of the analysis show that there is a positive influence on the use of behavioral therapy with positive reinforcement methods for autistic children's behavior disorders in the form of angry, crying and jumping behaviors. The behavior decreased after being given behavioristic therapy (Operant Conditioning)  by giving positive reinforcement in the form of praise and hugs. Positive reinforcement is given as a reward each time after the subject has targeted the behavior. The target behavior is angry, crying and jumping when in class. The behavior decreases when the child comes to school to take lessons in class.

P ENDAHULUAN

Individu pada umumnya bertumbuh dan berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan tersebut meliputi perkembangan dalam hal fisik, sosial, bahasa, dan kognitif. Namun terdapat pula individu-individu dengan kebutuhan khusus, salah satunya adalah individu dengan autisme. Menurut [1] Autis merupakan gangguan perkembangan secara menyeluruh yang mengakibatkan hambatan dalam kemampuan, sosialisasi, komunikasi dan perilaku.

Gangguan tersebut terbagi dua yaitu taraf ringan dan berat. Gejala autisme pada umumnya muncul sebelum anak mencapai usia tiga tahun (Rahayu, 2014). Perkumpulan autis di Amerika menjelaskan bahwa autis disebabkan karena gangguan neurologis yang mempengaruhi fungsi normal otak sehingga mempengaruhi interaksi sosial dan keterampilan komunikasi [2].

Gangguan autisme tidak dapat disembuhkan, namun bila ditangani dengan tepat serta adanya dukungan dari keluarga terutama orang tua maka dapat meningkatkan perkembangan individu dengan lebih optimal. Selain itu individu dengan gangguan autisme jika diberi penangan sejak dini, maka kondisi mereka cenderung lebih baik bila dibandingkan dengan individu yang terlambat diberi penanganan.

Perilaku autisme dapat digolongkan dalam 2 jenis, yaitu perilaku eksesif (berlebihan), dan perilaku defisit (berkekurangan). Perilaku eksesif seperti hiperaktif dan tantrum (mengamuk) berupa menjerit, menyepak, menggigit, mencakar, memukul, dan kadang menyakiti diri sendiri (self abuse). Individu dengan gangguan autisme juga memperlihatkan perilaku stimulus diri seperti berputar-putar, mengepakkan tangan seperti sayap, berjalan berjinjit dan lain sebagainya. Sedangkan perilaku defisit ditandai dengan gangguan bicara, perilaku kurang sesuai, defisit sensoris sehingga dikira tuli, bermain tidak benar dan emosi yang tidak tepat, misalnya tertawa, menangis tanpa sebab atau diam dalam keadaan melamun [3].

Berbagai perilaku yang menjadi ciri dari autisme tersebut perlu untuk ditangani agar individu dengan gangguan autisme dapat mengoptimalkan kehidupannya dan dapat beradaptasi di dalam lingkungan masyarakat luas. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan penangan untuk membantu para individu dengan gangguan autisme. Salah satunya adalah melalui terapi behavioristik, yaitu pengkondisian operan.

Faktor utama dalam pengkondisian operan (operant conditioning) yaitu pemberian penguatan (reinforcement) segera setelah respon dimana ada perilaku tertentu yang dilakukan individu dan kemudian diperkuat oleh lingkungan sekitarnya. Reinforcement dapat meningkatkan kemungkinan bahwa perilaku yang sama atau diharapkan dapat muncul kembali [4]. Menurut teori ini, konsekuensi dari perilaku individu secara langsung akan dapat mempengaruhi kemungkinan bahwa perilaku akan terjadi lagi.

M ETODE

Partisipan

Penelitian ini merupakan penelitian Single Subject dengan satu orang partisipan yaitu anak laki-laki berusia 3 tahun berinisial K. Tempat pelaksanaan intervensi akan dilakukan di sekolah K. Efektivitas program intervensi ini dilihat melalui tiga tahap, yaitu tahap asesmen melalui observasi dan wawancara, intervensi (6 sesi), dan follow up.

Prosedur Intervensi

Prosedur awal intervensi dimulai dengan melakukan Functional Behavioral Assessment (FBA) untuk dapat mengidentifikasi hubungan antara antecedent, perilaku, dan konsekuensi agar dapat membuat program modifikasi perilaku yang efektif [5]. Setelah itu, program intervensi dirancang berdasarkan hasil FBA, dan dilanjutkan dengan pengambilan baseline.

1. Baseline

Tujuan pengukuran baseline adalah untuk mengetahui gambaran perilaku menangis, marah dan melompat K dalam kesehariannya ketika berada di dalam kelas. Informasi yang diperoleh melalui baseline ini juga akan menjadi dasar pembuatan program intervensi.

Baseline ini akan dilakukan dengan mengamati dan menghitung perilaku menangis, marah dan melompat ketika K mengikuti pelajaran di dalam kelas. Rincian kegiatan saat melakukan observasi partisipan adalah praktikan akan berada di dalam kelas K selama waktu sekolah, yaitu selama 2 jam dan berpartisipasi dalam kegiatan di dalam kelas. Pencatatan pengamatan akan dibuat dengan interval waktu 30 menit. Apabila perilaku menangis, marah dan melompat muncul pada suatu interval waktu, maka observer akan memberi tanda centang pada tabel catatan observasi. Observasi berlangsung selama 10 hari untuk melihat konsistensi munculnya perilaku menangis, marah, dan melompat ketika berada di dalam kelas.

2. Intervensi

Berdasarkan hasil dari baseline, praktikan merancangkan program intervensi sebanyak 6 sesi

(masing-masing sesi dilakukan selama waktu sekolah) yang dilaksanakan selama intervensi. Teknik yang akan digunakan adalah pendampingan disertai dengan penguatan positif berupa pelukan dan pujian untuk menurunkan perilaku menangis, marah, dan melompat pada K. Pujian tersebut berupa kata-kata, seperti “Hebat sekali!”, “Good job!” “Well done!”, “Pandainya!”, Bagus sekali!”, acungan jempol, toss dan tepuk tangan.”

Ketika intervensi berlangsung, praktikan mendampingi klien saat menjalani kegiatan untuk membantu mengarahkan. Ketika K menangis, marah dan melompat, praktikan akan menenangkan. setelah K dapat tenang dan mau diarahkan untuk mengikuti kegiatan, praktikan akan memberikan penguatan positif dengan pelukan dan pujian.

Pendampingan tersebut diberikan agar dapat membantu K mencapai target perilaku yang diinginkan. Kemudian penguatan positif diberikan untuk mempertahankan perilaku yang dibentuk.

Pendampingan yang akan diberikan oleh praktikan saat menjalankan program intervensi terhadap perilaku K agar tidak menangis, marah, dan melompat adalah sebagai berikut:

  1. Physical, mengarahkan atau membimbing tangan K, atau mengarahkan tubuh K untuk bergerak, mengerjakan tugas-tugas yang diinstruksikan oleh guru, seperti makan, minum, dan membuat karya seni.
  2. Gesture, mengarahkan dengan bahasa tubuh (misal: menunjuk pada tas klien, kursi klien, lembar kerja klien)
  3. Verbal, mengarahkan dengan menggunakan instruksi secara verbal.

Di awal pelaksanaan program intervensi, klien akan didampingi oleh praktikan untuk mengikuti kegiatan belajar di kelas. Ketika perilaku menangis, marah, dan melompat dari klien muncul saat melakukan kegiatan di kelas, maka praktikan akan menenangkan klien dan memberikan arahan. Saat klien berhasil berhenti menangis dan melakukan kegiatan di kelas, maka praktikan akan memberikan penguatan positif dengan pelukan dan pujian pada klien.

Praktikan akan melakukan pengamatan selama kegiatan belajar di sekolah, yaitu selama 2 jam, kemudian membuat catatan pengamatan perilaku menangis, marah dan melompat dengan interval waktu 30 menit. Praktikan akan memberi tanda centang pada catatan observasi bila perilaku menangis, marah dan melompat muncul dalam interval waktu.

3. Follow up

Follow up dilakukan 1 minggu setelah intervensi selesai dilaksanakan, dan berlangsung sebanyak 1 sesi. Berdasarkan hasil intervensi yang telah dilakukan, Praktikan bertemu dengan pihak keluarga dan guru kelas. Praktikan meminta keluarga dan guru kelas untuk mempertahankan penguatan positif berupa pelukan dan pujian selama kurang lebih satu bulan. keluarga dan guru diminta untuk melakukan pencatatan agar diperoleh data mengenai perubahan perilaku dari klien secara mendetail. Praktikan juga meminta pihak keluarga untuk mendukung perkembangan klien, sehingga perilaku menangis, marah, dan melompat dari klien dapat menurun.

Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan membandingkan hasil pencatatan perilaku saat pengukuran awal dengan hasil pencatatan saat program intervensi berlangsung.

H ASIL DAN P EMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengukuran baseline (observasi selama 10 hari) di dalam kelas, diperoleh hasil bahwa rata-rata dalam sehari K marah sebanyak 2 kali, menangis sebanyak 3 kali, dan melompat-lompat sebanyak 2 kali ketika berada di dalam kelas

No. Hari/ Tgl Catatan Observasi saat di kel as
Rentang Waktu Marah Menangis Lompat
1. Senin, 7 Oktober 2019 10.30-11.00
11.00-11.30
11.30-12.00
12.00-12.30
Total perilaku per hari 3 4 2
2. Selasa, 8 Oktober 2019 10.30-11.00
11.00-11.30
11.30-12.00
12.00-12.30
Total perilaku per hari 2 3 2
3. Rabu, 9 Oktober 2019 10.30-11.00
11.00-11.30
11.30-12.00
12.00-12.30
Total perilaku per hari 2 2 2
4. Kamis, 10 Oktober 2019 10.30-11.00
11.00-11.30
11.30-12.00
12.00-12.30
Total perilaku per hari 2 3 2
5. Jumat, 11 Oktober 2019 10.30-11.00
11.00-11.30
11.30-12.00
12.00-12.30
Total perilaku per hari 3 4 2
6. Sabtu, 12 Oktober 2019 10.30-11.00
11.00-11.30
11.30-12.00
12.00-12.30
Total perilaku per hari 0 0 0
7. Senin, 14 Oktober 2019 10.30-11.00
11.00-11.30
11.30-12.00
12.00-12.30
Total perilaku per hari 3 3 3
8. Selasa, 15 Oktober 2019 10.30-11.00
11.00-11.30
11.30-12.00
12.00-12.30
Total perilaku per hari 3 3 2
9. Rabu, 16 Oktober 2019 10.30-11.00
11.00-11.30
11.30-12.00
12.00-12.30
Total perilaku per hari 2 3 2
10. Kamis, 17 Oktober 2019 10.30-11.00
11.00-11.30
11.30-12.00
12.00-12.30
Total perilaku per hari 3 3 3
Rata-rata jumlah perilaku per hari 2 3 2
Table 1.Catatan Observasi Perilaku (Baseline)

Setelah pemberian intervensi dengan memberikan penguatan positif dalam bentuk pelukan dan pujian saat K berada di dalam kelas, terdapat perubahan jumlah perilaku. Rata-rata dalam sehari K marah sebanyak 1 kali, menangis sebanyak 1 kali, dan perilaku melompat-lompat tidak muncul setelah mendapat perlakuan.

No. Hari/ Tanggal Catatan Observasi selama Intervensi
Rentang Waktu Marah Menangis Melompat
1. Selasa, 22 Oktober 2019 10.30-11.00
11.00-11.30
11.30-12.00
12.00-12.30
Total perilaku per hari 2 3 1
2. Rabu, 23 Oktober 2019 10.30-11.00
11.00-11.30
11.30-12.00
12.00-12.30
Total perilaku per hari 1 3 1
3. Kamis, 24 Oktober 2019 10.30-11.00
11.00-11.30
11.30-12.00
12.00-12.30
Total perilaku per hari 2 1 1
4. Senin, 25 Oktober 2019 10.30-11.00
11.00-11.30
11.30-12.00
12.00-12.30 1
Total perilaku per hari 1 1 0
5. Selasa, 26 Oktober 2019 10.30-11.00
11.00-11.30
11.30-12.00
12.00-12.30
Total perilaku per hari 0 1 0
6. Rabu, 27 Oktober 2019 10.30-11.00
11.00-11.30
11.30-12.00
12.00-12.30
Total perilaku per hari 0 1 1
7. Kamis, 28 Oktober 2019 10.30-11.00
11.00-11.30
11.30-12.00
12.00-12.30
Total perilaku per hari 0 0 0
Rata-rata jumlah perilaku per hari 1 1 0
Table 2.Catatan Observasi Perilaku (saat Intervensi)

[6] menyatakan bahwa pemberian reinforcer sebaiknya disesuaikan dengan hal-hal yang saat ini sedang digemari oleh anak mengingat reinforcer yang diberikan memegang peranan penting dalam mempertahankan serta meningkatkan motivasi anak selama mengikuti program pelatihan.

K ESIMPULAN

Program intervensi dengan total 6 sesi yang masing-masing sesi berdurasi 2 jam terbukti efektif dan bermanfaat bagi K. Intervensi menggunakan teknik behavioristik penguatan positif berupa pelukan dan pujian ini menunjukkan bahwa penguatan positif yang diberikan pada K setelah berhenti menangis, marah, dan melompat dapat menurunkan perilaku menangis, marah, dan melompat K ketika berada di dalam kelas. Rata-rata frekuensi perilaku menangis, marah, dan melompat dari K dapat berkurang dalam sehari.

U CAPAN T ER IMA K ASIH

Terima kasih pada Bapak Dekan Dr. Suroso, MS, Psikolog beserta Ibu Kepala Program Studi Dr. IGAA. Noviekayati, M.Si, Psikolog atas kesempatan yang diberikan untuk belajar dan melakukan penelitian.

Terima kasih juga atas bimbingan dan ilmu yang telah diberikan Bapak Drs. Herlan Praktikto, M. Si., Psikolog selaku dosen pembimbing sehingga jurnal ini dapat diselesaikan. Terima kasih juga pada klien, pihak keluarga klien dan juga pihak sekolah yang juga turut mendukung terlaksananya program ini sehingga pengalaman ini dapat menjadi pelajaran yang berharga bagi para peneliti yang bergerak di bidang yang sama.

References

  1. Rahayu, S. M. (2014). Deteksi dan intervensi dini pada anak autis. Jurnal Pendidikan Anak 3(1). 420-428
  2. Hayes, R.G et al. (2010). Interactive visual supports for children with autism. Focus on Autism and Other Developmental Disabilities, 14, 663-680.
  3. Handoyo Y., (2003), Autisma: Petunjuk Praktis dan Pedoman Materi untuk Mengajar Anak Normal,Autis dan Perilaku Lain, Cetakan kedua, PT. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.
  4. Davidson, G. C., Neale, J. M., & Kring, A. M. (2014). Psikologi Abnormal. (pentrj. Noermalasari Fajar). (8ed) Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
  5. Kazdin, A.E. (2013). Behavior Modification in Applied Settings (7thed.). Illinois: Waveland Press.
  6. Henderson, K. (2006). Teaching Children with Attention Deficit Hyperactivity Disorder: Instructional Strategies and Practices. U.S Department of Education