Abstract

This research aims to know the effectiveness of Blended Learning type practical application in Natural Science Education subjects in SMP Muhammadiyah 4 Gempol. Research is a descriptive quantitative study with the research design of one-group-pre test-post test. The research sample amounted to 19 students from class VIII B. The instruments used in this study are study-management sheets, student activity sheets, student response sheets and student learning outcomes. The data analysis technique of learning implementation using the formula of Percentage of agreement, student activity using activity calculation techniques, student response using the technique of response analysis and learning results using N-Gain. The results of the study gained from the implementation of learning by 95% in good category, student activity of active value and positive response is superior, and test of learning results successfully increased with a percentage of compensation ≥ 85%. Thereby learning Blended Learning by using Moodle learning apps is said to be effective.

Efektivitas Blended LearningTipe Aplikasi Praktis Pada Mata pelajaran IPA di SMP Muhammadiyah 4 Gempol

Pendahuluan

Dunia pendidikan mengalami kemajuan di era digital, khususnya pada sistem pembelajaran yang sudah beralih berbasis media technology . Hal tersebut merupakan bagian dari revolusi digital yang merupakan bagian dari disrupsi teknologi, disebut revolusi digital karena terjadinya proliferasi komputer dan otomatisasi pencatatan di semua bidang. Adanya revolusi industri 4.0 mempengaruhi landasan terciptanya inovasi-inovasi di bidang pendidikan.

Digitalisasi dalam dunia pendidikan salah satunya adalah ICT. ICT merupakan optimalisasi fasilitas pendidikan termasuk salah satu komponen yang disyaratkan UNESCO. ICT dinilai memberikan feedback bagi pengajar, peserta didik, maupun masyarakat jika desain dan rancangan kegiatan pendidikan digunakan dengan baik.

Realitanya, sekolah yang sudah maju fasilitas dan sarana prasarananya masih belum mengedepankan kecanggihan teknologi dalam mentransfer ilmu pembelajaran. Hakikatnya belajar harus fleksibel dengan tuntutan zaman.

Kemudahan akses pembelajaran via media elektronik merupakan istilah dari E-learning. E-learning memberikan kemudahan siswa dalam belajar hanya dengan memanfaatkan teknologi informasi, sehingga kegiatan belajar dan materi pembelajaran diperoleh secara mandiri

E-learning menjadi salah satu alternatif keterampilan yang harus dimiliki pada Revolusi Industri 4.0 masyarakat dituntut memiliki keterampilan digital, khususnya dalam bidang pendidikan. Dalam bidang pendidikan contohnya, seorang pendidik seharusnya menguasai berbagai macam teknologi dan diterapkan dalam pengajaran dikelas.

Pembudayaan berfikir ilmiah, kritis, dan mandiri melalui pembelajaran IPA memiliki peran yang signifikan dalam perkembangan teknologi karena IPA mampu membangkitkan minat manusia serta memiliki sumbangsih dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

Pendapat Anita (dalam fristy) Blended Learning memiliki 4 tipe,di antaranya: (1) Tipe kelas murni , pembelajaran disampaikan secara langsung dikelas, namun untuk beberapa tugas diakses melalui piranti yang terkoneksi dengan internet; (2) Tipe aplikasi praktis,pada kegiatan ini pembelajaran selangseling (artinya online-offline(tatapmuka); (3) Tipe ketiga, kombinasi dari tipe yang pertama dan kedua Kegiatan kelas-online1learning-keterampilan1lanjutan-aplikasi praktis di lapangan; (4) Tipe ke-empat, Pertemuan kelas-pertemuan kelas-aplikasi praktis-ementoring-pengalaman lapangan.

Tipe aplikasi praktis merupakan salah satu dari ke-empat tipe dalam pembelajaran Blended Learning yang sering digunakan. Nama lain tipe aplikasi praktis adalah kegiatan selangseling baik (online maupun offline). Tipe aplikasi praktis menjadi tipe yang memiliki keuntungan dibandingkan dengan tipe kelas murni, hal ini dikarenakan, siswa sebelum mendapat pembelajaran e-learning melalui sebuah aplikasi LMS (learning managment system) terlebih dahulu diberikan stimulus dalam penggunaan aplikasi pembelajaran, dalam pemberian stimulus tersebut baik berupa tugas ringkasan, soal pretest maupun diskusi mini, siswa menjadi lebih tertarik memperhatikan materi pembelajaran.

Signifikansi dan pentingnya Blended Learning terletak pada potensinya, artinya Blended Learning akan memberikan manfaat yang jelas untuk menciptakan pengalaman belajar dengan menyajikan pembelajaran yang tepat, saat dan diwaktu yang tepat kepada setiap individu

Blended Learning merupakan salah satu solusi yang ditawarkan atas minimnya tatap muka maupun alokasi waktu pembelajaran, Alokasi waktu merupakan salah satu komponen penting dalam proses pendidikan, termasuk pendidikan di SMP/MTs. Hal tersebut sesuai denga hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada sekolah tujuan di SMP Muhammadiyah 4 Gempol.

.Melton, Gran, dan Foss (dalam Budiharti) menyatakan bahwa hasil prestasi siswa ranah kognitif dalam pembelajaran dengan menggunakan Blended Learning lebih tinggi dari pada pembelajaran tradisional. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Rini budiharti yang menunjukkan bahwa hasil belajar siswa lebih tinggi pada penggunaan Blended Learning.

Berdasarkan uraian diatas peneliti memandang perlu diterapkannya pembelajaran yang mengikuti perkembangan teknologi dengan memanfaatkan sarana dan prasarana sekolah yakni menggunakan internet, serta menjawab pengalokasian waktu belajar, yang terhubung dengan aplikasi Moodle. Harapannya mampu mengungkap “Efektifitas Blended Learning tipe1aplikasi1praktis pada mata pelajaran IPA di SMP Muhammadiyah 4 Gempol”. Adapun rumusan masalah dijabarkan menjadi pertanyaan :

  1. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran Blended Learning tipe aplikasi praktis pada mata pelajaran IPA di SMP Muhammadiyah 4 Gempol ?
  2. Bagaimana aktivitas siswa dengan menggunakan Blended Learning tipe aplikasi praktis pada mata pelajaran IPA di SMP Muhammadiyah 4 Gempol ?
  3. Bagaimana respon siswa menggunakan Blended Learning tipe aplikasi praktis pada mata pelajaran IPA di SMP Muhammadiyah 4 Gempol?
  4. Bagaimana Hasil belajar siswa menggunakan Blended Learning tipe aplikasi praktis pada mata pelajaran IPA di SMP Muhammadiyah 4 Gempol ?

Metode

Penelitian ini merupakan penelitian Eksperimen dengan menggunakan metode Pre-Experiment, desain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu one-group-pre test-post test atau disebut before-after design. Peserta dari populasi kelas VIII semester genap SMP Muhammadiyah 4 Gempol Tahun Pelajaran 2018/2019 yakni kelas VIII-A, dan B dengan total 45 siswa/siswi.Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yakni dengan menggunakan teknik pengambilan purposive sampling. Teknik pengambilan data menggunakan teknik observasi guru dan siswa, angket, dan hasil belajar. Teknik analisis data meliputi : Analisis keterlaksanaan pembelajaran menggunakan rumus percentage of agreement, analisis aktivitas siswa menggunakan teknik analisis aktivitas, analisis respon siswa menggunakan analisis respon dan hasil belajar siswa menggunakan rumus N-Gain.

Hasil dan Pembahasan

Berikut merupakan penyajian data terkait hasil dan pembahasan pada penelitian yang telah dilakukan :

Data keterlaksanaan pembelajaran diperoleh melalui observasi menggunakan lembar pengamatan keterlaksanaan pembelajaran. Data keterlaksanaan pembelajaran disajikan pada Tabel 1.

Aspek yang diamati Pengamat 1 Rerata Pengamat 2 Rerata
P1 P2 P3 P4 P1 P2 P3 P4
Pendahuluan 3,7 3,8 2,7 3,2 3,3 3 3 2,8 3 3,0
Inti 3,2 3,4 2,9 3,1 3,1 2,9 3,3 3,0 3,2 3,1
Penutup 3,1 3,4 2,9 3,4 3,2 3 3,1 3,1 3,1 3,1
Alokasi waktu 3 3 3 3 3,0 2 3 3 3 2,8
Rerata Total Skor 12,9 13,6 11,43 12,6 3,2 10,92 12,4 12 12,3 3,0
Rata-rata skor 12,7 11,9
Reliabilitas 95%
Table 1.Tabel Hasil Keterlaksanan Pembelajaran sesuai RPP

Pada Pertemuan I skor yang diberikan oleh observer 3,7 dan 3,1. Pada Pertemuan ke II rerata skor yang diberikan oleh observer 3,8 dan 3. Kemudian untuk menggugah rasa penasaran siswa peneliti mengajak siswa untuk berdiskusi via kelas Virtual pada pertemuan ke III, skor yang diberikan oleh observer rerata 2,7 dan 2,8. Pada pertemuan ke IV rerata skor yang diberikan oleh observer 3,2 dan 3. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada indikator tiap aspek pendahuluan telah memenuhi kriteria dan berkategori baik. Hal yang sama diungkapkan oleh Erayanti, bahwa kesemua komponen pendahuluan telah memenuhi dan berkategori baik, maka guru mampu memanage pembelajaran.

Berdasarkan hasil keterlaksanaan pembelajaran yang diperoleh, data penelitian pada aspek inti rerata skor yang diperoleh dari masing-masing pengamat sebesar 3,1 dan 3,1.Pertemuan I rerata skor yang diberikan oleh observer 3,2 dan 2,9. Pada pertemuan ke II rerata skor yang diberikan oleh observer 3,4 dan 3,3. Pada Pertemuan ke III rerata skor yang diberikan oleh observer 2,9 dan 3,0. Dalam hal ini tidak ada kendala pembelajaran namun pengkondusifan siswa masih belum bisa maksimal. Pada pertemuan ke IV rerata skor diperikan oleh observer 3,1 dan 3,2. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada indikator tiap aspek inti telah memenuhi kriteria dan berkategori baik. Hal yang sama diungkapkan oleh Erayanti, bahwa kesemua komponen inti telah terlaksana maka guru mampu mengelola kelas dengan baik .:

Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari pengamat untuk aspek penutup pada masing-masing pertemuan tidak ada kendala, guru menyampaikan dengan seksama hasil pembelajaran yang telah dilakukan dan sesuai dengan sintaks di RPP baik pada pertemuan ke I, II, III, dan IV.

Skor rerata penilaian observer dari keseluruhan pertemuan (I,II,III,IV) adalah 3,0 dan 2,8. Perbedaan skor tersebut terletak pada pertemuan I penilaian observer kedua. Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari observer untuk Aspek Pengelolaan waktu adalah kendala utama dalam nya, perlunya manajemen waktu dalam pembelajaran Blended Learning dengan durasi mengajar si sekolah agar maksimal. Menurut Hasruddin yang menyebutkan alasan-alasan belum optimalnya IPA terpadu adalah Alokasi waktu yang tidak sesuai dengan materi IPA yang akan diajarkan. Dalam konteks yang lebih kecil, keberadaan waktu menjadi suatu keniscayaan bagi terselenggaranya proses pembelajaran. Seperti diungkapkan Suparman bahwa menghitung jumlah waktu yang dibutuhkan peserta didik penting artinya bagi berbagai pihak.

Secara keseluruhan semua aspek Keterlaksanaan Pembelajaran berdasarkan hasil skor pengamat keduanya memberikan kategori baik, senada dengan penelitian yang dikemukaan oleh Rizqiyah Aprilliya bahwa hasil kegiatan pembelajaran guru dalam pembelajaran Blended Learning mengalami peningkatan dan berkategori baik.Hal tersebut ditunjukkan dari skor kedua pengamat dan diperkuat dengan hitung realibilitasnya sebesar 95% dengan menggunakan rumus Percentage of agreement (R), seperti yang disarankan oleh Borich. Hal tersebut menunjukkan bahwa guru atau peneliti telah dapat dikatakan berhasil dalam mengelola pembelajaran.

  1. Keterlaksanaan Pembelajaran
  2. Aktivitas Siswa

Aktivitas Siswa diukur berdasarkan Aspek-aspek kegiatan siswa yang meliputi aktivitas visual, listening, writing, baik verbal, Audio/visual atau kombinasi keduanya, data hasil aktivitas siswa disajikan pada Gambar 1.

Figure 1.Aktivitas Siswa

Berikut merupakan analisis tiap aspek aktivitas siswa berdasarkan perolehan skor tertinggi hingga terendah secara berturut-turut :

Rerata skor yang diperoleh pada aspek ini sebesar 77,2. Aktivitas pretest tergolong aktivitas mental activity dalam pemecahan soal pretest.

Meningkatnya aspek awal pada saat pretest didukung oleh penggunaan aplikasi pembelajaran moodle yang relatif masih awam bagi peserta didik, slameto dalam feby menjelaskan bahwa minat adalah suatu kecenderungan tetap pada seseorang untuk memperhatikan suatu kegiatan yang disukai sehingga mampu memperhatikan secara terus-menerus, puas dan ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa adanya suruhan dari orang lain. Kegiatan belajar mengajar akan berjalan secara efektif dan efisien jika siswa memiliki minat yang tinggi untuk belajar.

Rerata skor yang diperoleh sebesar 70,8. Aktivitas ini tergolong aktivitas listening. Dalam aktivitas listening tidak lepas dari peran guru dalam menjelaskan materi.

Tingginya nilai aktivitas siswa pada penjelasan guru tidak lepas dari peran guru, yakni yang menyenangkan tidak hanya mengandalkan metode ceramah (pembelajaran satu arah). Indikator lain yang mempengaruhi meningkatnya aktivitas mendengarkan penjelasan guru antara lain minat belajar siswa.. Ormrod menjelaskan bahwa ada 2 jenis motivasi yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. .

Rerata skor yang diperoleh sebesar 70,7.Aktivitas ini tergolong mental activity yakni memecahkan soal berupa menganalisis tugas. Salah satu strategi guru yang bertujuan untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa. Hal ini tidak lepas dari telah tercapainya kematangan dalam diri siswa sehingga dia menyadari tujuan dari belajar.

Rerata skor yang diperoleh sebesar 70,0. Aktivitas verbal dalam aspek ini menunjukkan bahwa kontribusi siswa sedikit menurun 0,6 aspek ini.

Analisis faktor yang mempengaruhi menurunnya mengemukaan pendapat dalam forum diskusi elearning yang pertama adalah oleh faktor habit (habitual action) yang juga turut mempengaruhi niat pengguna (behavioral intention) untuk berpartisipasi dalam diskusi online, yang kedua adalah jaringan.

Rerata skor yang diperoleh sebesar 70,0. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi siswa relatif tetap dari aspek sebelumnya.

Analisis faktor yang mempengaruhi stagnannya nilai dalam aspek mengerjakan kuis secara online dari aspek sebelumnya adalah penyajian kuis dalam bentuk soal kurang interaktif.. Hal tersebut senada dengan penelitian Aniqotunnisa bahwa kuis interaktif merupakan salah satu media yang dapat dikembangkan sebagai alternatif belajar mandiri.

Rerata skor yang diperoleh sebesar 68,8 Dalam aktivitas oral aspek ini menunjukkan bahwa kontribusi siswa menurun. Dengan kemampuan bertanya menurun maka dapat dikategorikan nilai partisipasi siswa dalam hal kemampuan bertanya masih perlu ditingkatkan lagi.

Rerata skor yang diperoleh sebesar 64,7 aspek diatas termasuk kategori aktivitas oral,visual dan listening dengan kegiatan yang dilakukan berupa diskusi. Dengan adanya diskusi mini / Small Group Discussion seharusnya mampu mencapai tujuan atau sasaran yang sudah disetting melalui tukar menukar informasi, mempertahankan pendapat atau pemecahan masalah dan menambah pengalaman kelas dengan mengembangkan inovasi teknologi informasi, sehingga mampu meningkatkan motivasi siswa dalam berdiskusi. Namun hal tersebut masih belum efektif terkait beberapa faktor antara lain Gaya belajar siswa.

  1. Mengerjakan kuis secara online (pretest)
  2. Mendengarkan penjelasan guru dengan seksama
  3. Mengerjakan tugas secara online
  4. Mengemukakan pendapat dalam forum diskusi di e-learning
  5. Mengerjakan kuis secara online (Posttest)
  6. Mengajukan pertanyaan di kelas.
  7. Melakukan diskusi mini materi getaran, gelombang dan bunyi.
  8. Mengamati demontrasi guru.

Rerata skor yang diperoleh sebesar 62,5. Rendahnya aktivitas visual diatas menunjukkan bahwa attensi siswa perlu ditingkatkan lagi melalui strategi baru. Terkait hal tersebut diduga karena faktor motivasi siswa yang sudah menurun karena beberapa hal seperti kondisi lapar saat puasa.

Berdasarkan keseluruhan aspek penilaian aktivitas siswa, terdapat beberapa faktor baik internal maupun eksternal antara lain : faktor motivasi belajar, kemandirian belajar, kemampuan critical thingking dan habitual action, namun secara keseluruhan aktivitas siswa berkategori aktif dari penilaian Objektif Peneliti dengan rerata nilai dari seluruh aspek yang diamati 69,32 kategori B- Hingga B+.

Data hasil respon siswa dapat disajikan pada Gambar 2.

Figure 2.Hasil Respon Siswa

Penilaian tertinggi respon siswa terletak pada aspek “ Pembelajaran IPA dengan metode Blended Learning menjadi lebih menarik” Hal ini berarti siswa merasa senang dan tertarik akan adanya strategi baru dalam pembelajaran sehingga antusiasme siswa meningkat . Untuk penilaian terendah respon siswa pada aspek “ Saya jarang menanggapi pernyataan baik dari guru atau siswa lain saat pembelajaran IPA dengan metode Blended Learning”. Hal tersebut menunjukkan bahwa keterampilan bertanya siswa masih dalam kategori rendah, harusnya aspek ini menjadi penting karena keterampilan bertanya mendorong terjadinya interaksi antarsiswa. Disisi lain untuk membangkitkan minat, rasa ingin tahu, dan memusatkan perhatian siswa terhadap suatu pokok bahasan. Secara keseluruhan berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan >85% siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran Blended Learning yang telah dilakukan oleh peneliti.

  1. Respon Siswa
  2. Hasil Belajar Siswa

Hasil perolehan data pretest dan posttest disajikan pada Gambar 3.

Figure 3.Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Blended Learning

Siswa/ siswi dikategorikan telah tuntas dalam pembelajaran jika nilai Posttest ≥ 75 atau minimal sesuai KKM. Bahwa lebih dari ≥ 85% Hasil belajar siswa-siswi sebelum dan sesudah menggunakan Pembelajaran Blended Learning meningkat. Artinya siswa dengan kemandirian belajar yang tinggi & unggul dalam Blended Learning yang lebih besar kontribusi. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kemandirian siswa adalah suatu hal kritikal dalam meningkatkan hasil belajar yang perlu menjadi perhatian bagi guru dan peneliti.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:

  1. Keterlaksanaan pembelajaran berkategori baik dengan realibilitas sebesar 95%.
  2. Kontribusi keaktifan siswa adalah aktif.
  3. Siswa memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran.
  4. Hasil belajar siswa-siswi sebelum dan sesudah menggunakan Pembelajaran Blended Learning meningkat.

Ucapan Terima Kasih

Atas bantuan doa dan partisipasi dari semuapihak yang terlibat dalam penyusunan artikelilmiah ini penuiss sampaikan terimakasih. Terimakasih kepada pihak – pihak yang turut berpartisipasi dalam proses penelitian yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih kepada orang tua peneliti yang telah memberikan ridho dan bimbingan baik moril maupun materil.

References

  1. Husamah, Pembelajaran Bauran (Blended Learning), Jakarta: Prestasi Pustaka Jakarta, 2014.
  2. W. Abdullah, "Model Blended Learning dalam meningkatkan efektivitas Pembelajaran," Jurnal Pendidikan dan Manajemen Islam Fikrotuna, vol. 7 No.1,p. 856, 2018.
  3. N. S. Hanum, "Keefektifan e-learning sebagai media pembelajaran ( studi evaluasi model pembelajaran e-learning ) SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto," Jurnal Pendidikan Vokasi, vol.3 No 1, p. 92, 2013.
  4. I. Yustianti and D. Novita, "Pemanfaatan E-learning bagi para pendidikan di era 4.0 Utilization of e-learning for education in digitar era 4.0," in Prosiding seminar nasional Pendidikan program pascasarjana Universitas PGRI Palembang, Palembang, 2019.
  5. S. Rahayu and W. Suwarno, "Pembelajaran IPA melalui pendekatan kontekstual menggunakan simulasi komputer berpikir kritis dan gaya belajar," Jurnal Inkuiri, vol.2 No 3, p. 280, 2013.
  6. F. Ristiana and P. , "Implementasi Blended Learning pada IPA tema Matahari Sumber Energi Alternatif untuk meningkatkan Kemampuan Kognitif dan Motivasi Belajar siswa kelas VIII-G SMP Surakarta," in Prosiding Seminar Nasional FIsika Dan Pendidikan FIsika, Surakarta, 2014.
  7. R. Budiharti, E. Y. Ekawati, D. Wahyuningsih and D. N. Adilah, "Kajian Kuantitatif efektivitas Blended Learning IPA Terpadu Berbasis SETS di SMP Wilayah Eks Karesidenan Surakarta," Jurnal Materi dan Pembelajaran FIsika (JMPF), vol.5 No 1, p. 35, 2015.
  8. T. Eryanti, Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar oleh Guru Pada Mata Pelajaran Ekonomi kelas XI IPS 1 di SMA, Tanjungpura: Skripsi-Universitas Tanjungpura, 2017.
  9. Hasruddin, "Pembelajaran IPA dalam Upaya menciptakan Melek IPA Bagi Siswa," Jurnal Pendidikan Science, vol.25 No 3, p. 37, 2001.
  10. A. Prastowo, "Urgensi waktu belajar dalam Pendidikan Karakter di SD/MI Studi Analisis Isi terhadap Permendikbud Nomor 23 Tahun 2017," Jurnal Pendidikan Guru MI, vol.4 No 2 , no. Oktober 2017, p. 113, 2017.
  11. A. Rizkiyah, "Penerapan Blended Learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada matapelajaran ilmu bangunan di kelas X TGB SMK Negeri 7 Surabaya," Jurnal kajian pendidikan Teknik Bangunan, vol.1 No 1, p. 44, 2015.
  12. f. Inggriyani, A. R. Hamdani and T. Dahlan, "Minat Belajar Mahasiswa dengan menggunakan Blended Learning mellaui Google Classroom pada pembelajaran Konsep Dasar Bahasa Indonesia SD," Jurnal Pendidikan Keguruan dan Pembelajaran, vol.3 No 1, no. Februari 2019, p. 29, 2019.
  13. D. S. Elsap, "Analisis Faktr yang mempengaruhi peningkatan karakter dan motivasi belajar anak melalui pendidikan non formal (Studi kasus di bimbingan belajar aljabar)," Jurnal Pendidikan Non formal, vol.13 No 2, no. September 2018, p. 88, 2018.
  14. A. R. Sari, "Strategi Blended Learning untuk peningkatan kemandirian belajar dan kemampuan critical thingking mahasiswa di era Digitar," Jurnal Pendidikan akuntansi Indonesia, vol.XI No 2, p. 34, 2013.
  15. M. Sitohang and W. S. Nugroho, "Investigasi faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi diskusi online ; studi kasus student-cntered e-learning enviroment magister taknologi informasi universitas Indonesia," Journa of information System, vol.11, no. 11, p. 18, 2015.
  16. S. Aniqotunnisa, Pengembangan media pembelajaran kuis interaktif nahwu berbasis macromediaflash 8 sebagai sumber balajar mandiri di madrasah trsanawiyah ibnu qoyyum putra kelas VIII, Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga , 2013.
  17. Kemendikbud, "Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013," Kemendikbud, Jakarta, 2013.
  18. N. Fitri, Profil keterampilan bertanya siswa pada pembelajaran Biologi SMA Negeri 2 Bandar Lampung Tahun ajaran 2016/2017, Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat, 2016.
  19. G. Sandi, "Pengaruh Blended Learning terhadap hasil belajar kimia ditinjau dari kemandirian siswa," Jurnal Pendidikan dan Pengajaran , vol 45 No 3, p. 250, 2012.