Articles
DOI: 10.21070/icecrs2020456

Relationship between Emotional Intelligence with Verbal Aggressiveness in Street Children


Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Agresivitas Verbal pada Anak Jalanan.

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Indonesia
emotional intelligence verbal aggressiveness street children

Abstract

Verbal aggressiveness is a behavior that has a purpose to hurt other people’s feeling by saying harsh words, insulting, mocking, and threatening someone. Factor that underlie the emergence of verbal aggressiveness in street children, one of them is emotional intelligence. Emotional intelligence is ability to control oneself, have endurance when faced with a problem,self motivated, able to set the meed, ability to empathize and build relationships with others. The research mainly happen to understand relation between emotional intelligence and verbal aggressiveness in street children. This research method using quantitative approach. Subjects are picked by Incidental sampling techniques and involving 40 street children. Emotional intelligence scale is picked as collecting tool and also verbal aggressiveness scale. Data analysis uses Shpearman’s Rho technique. The result on Shpearman’s Rho correlation technique shows correlation (r) = -0,721 at a significant level (p) = 0,000 (p<0,05). The conclusion is there is a negative and significant correlation of the relationship between emotional intelligence with verbal aggressiveness in street children. So, if someone has low emotional intelligence, then verbal aggressiveness will be high.

Pendahuluan

Anak jalanan, tekyan, arek kere, anak gelandangan, atau kadang disebut juga sebagai anak mandiri, sesungguhnya anak-anak tersebut adalah anak-anak yang tersisih, marginal, dan teraliensi dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini sudah harus berhadapan dengan lingkungan kota yang keras, dan bahkan sangat tidak bersahabat (Suyanto, 2010) Banyak aktifitas anak jalanan yang mudah kita temukan, seperti mengemis, mengamen, menjual sepatu dan lain-lain. Untuk bertahan hidup di tengah kehidupan kota yang keras, anak-anak jalanan biasanya melakukan berbagai pekerjaan di sektor informal, baik yang legal maupun yang ilegal di mata hukum. Ada yang bekerja sebagai pedagang asongan di bus kota, mejajakan koran, menyemir sepatu, serta mengamen di lampu merah (Suyanto, 2010). Kehidupan anak jalanan sangat rentan dengan tindak kekerasan. Di jalanan banyak tuntutan yang menuntut subyek hidup secara mandiri, membiayai diri sendiri dan keluarga, serta tinggal terpisah dari keluarga. Kondisi tersebut bila disertai oleh lingkungan yang kurang kondusif dan kepribadian yang negatif dapat menjadi pemicu timbulnya perbuatan-perbuatan negatif yang melanggar hukum dan norma yang ada di masyarakat.

Berkowitz (dalam Podungge, 2014) mendifinisikan perilaku agresi verbal dapat berupa bentuk umpatan, celaan atau makian, ejekan, fitnah, dan ancaman melalui kata-kata. Menurut Setiawati (2000), tindakan agresi verbal ialah melakukan sesuatu yang kurang menyenangkan kepada orang lain dengan cara memaki orang dengan kata-kata kasar, memfitnah, dan menggertak. Hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan di Sanggar Alang-Alang Surabaya, pada tanggal 11 Oktober 2017, menunjukan bahwa anak-anak jalanan sering melontarkan kata-kata kasar kepada teman sebayanya bahkan orang-orang yang lebih dewasa. Menurut Nurul, pengurus sanggar Alang-Alang Surabaya, permasalahan yang dihadapi oleh anak-anak jalanan ketika berada dijalanan yaitu anak-anaktersebut mudah terjatuh atau pun terserempet kendaraan, terkena panasnya matahari, bahkan ada beberapa ada jalanan yang mendapatkan perlakuan kasar dari anak jalanan lainnya, seperti dipalak dan melontarkan kata-kata kasar.

Berbagai perilaku agresif yang ditunjukan oleh anak-anak jalanan tersebut merupakan bagian dari reaksi emosional. Anak jalanan yang keadaan emosinya kadang-kadang labil tentu saja tidak dapat menyelesaikan masalah dengan baik, sehingga anak-anak tersebut akan memunculkan perilaku negatif untuk mengurangi ketegangan dalam dirinya jika dihadapkan pada permasalahan yang tidak mampu diselesaikan. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku agresif adalah kecerdasan emosional (Tanjung, 2016). Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain, Goleman (dalam Tanjung 2016). Menurut Goleman (dalam Mafiroh, 2014), beberapa hal positif yang akan diperoleh bila anak diajarkan keterampilan dasar seperti kecerdasan emosional yaitu : anak akan lebih cerdas dalam mengatur emosinya, memiliki sikap penuh pengertian, mudah menerima perasaan-perasaan orang lain dan lebih banyak pengalaman dalam memecahkan permasalahannya sendiri.

Metode

Subyek Penelitian

Subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini anak jalanan berjumlah 45 anak. Pengambilan data dilakukan dengan teknik Incidental sampling. Penelitian bertempat di daerah Demak, daerah Tenggilis, daerah Sidotopo, daerah Pasar Turi Lama, daerah Nginden, dan daerah Ampel.

Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik korelasi. Penelitian dengan teknik korelasi bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada suatu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2010). Sehingga penelitian ini bermaksud untuk mengetahui ada tidaknya hubungan kecerdasan emosional (X) dengan perilaku agresivitas verbal (Y).

Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala kecerdasan emosional yang disusun berdasarkan indikator yang dikemukakan oleh Goleman (2000), sedangkan untuk skala agresivitas verbal disusun berdasarkan komponen yang telah dikemukakan oleh Kartono (dalam Kamil, 2016). Kedua skala terdiri dari pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable dengan model likert dengan 4 kategori jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Analisis Data

Hasil uji validitas butir skala Agresivitas Verbal dari 40 butir aitem yang diuji cobakan kepada 35 subyek, diperoleh 32 item valid. Item dinyatakan memiliki daya beda atau valid pada p ≥ 0,3. Adapun untuk item skala Agresivitas Verbal pada anak jalanan yang valid bergerak dari 0,3246 sampai 0,642. Sedangkan Hasil uji validitas item skala Kecerdasan Emosional, dari 40 butir item yang diuji cobakan, diperoleh 21 item yang valid. Adapun untuk item skala Agresivitas Verbal pada anak jalanan yang valid bergerak dari 0,3246 sampai 0,729. Dari hasil uji normalitas dengan teknik Kolmogorov Smirnov menggunakan SPSS versi 20.0 pada variabel Kecerdasan Emosional diperoleh Z = 0.808 dengan p = 0.531 ≥ 0.05, sedangkan pada variabel Agresivitas Verbal diperoleh nilai Z = 0.731 dengan p = 0.659 ≥ 0.05. maka sebaran variabel kecerdasan emosional dengn agresivitas verbal pada anak jalanan dikatakan normal.

Uji linieritas hubungan dilakukan untuk mengetahui dan memastikan hubungan antara variabel tergantung yaitu kecerdasan emosional dengan variabel bebas yaitu agresivitas verbal. Uji linieritas hubungan menggunakan Anova Table. Kaidah yang digunakan p < 0,05 maka sebaran dinyatakan linier dan sebaliknya jika p > 0,05 maka sebarannya dinyatakan tidak linier. Hasil Uji Linieritas diperoleh F = 33,745 dengan p = 0,000 < 0,05 maka kedua variabel Kecerdasan Emosional dengan Agresivitas Verbal mempunyai hubungan Linear. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis korelasi product moment dari Pearson, dengan menggunakan analisis SPSS (Statistic Programe for Social Sience) for windows versi 20. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai koefisien korelasi ( r ) sebesar -0,721 dengan p = 0,000 pada taraf signifikan 0,05. Berdasarkan data yang ada, karena p = 0,000 (< 0,05) maka dengan demikian hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan agresivitas verbal” diterima.

Hasil dan Pembahasan

Penelitiaan tentang hubungan antara kecerdasan emosional dengan agresivitas verbal pada anak jalanan dilakukan pada tanggal 24 sampai dengan tanggal 5 Januari 2018. Penelitian bertempat di daerah Demak, Daerah Tenggilis, Daerah Sidotopo, Daerah Pasar Turi Lama, Daerah Nginden, dan Daerah Ampel. Subyek penelitian adalah 45 anak jalanan dengan rentang usi 9-21 tahun. Proses pengambilan data dengan menggunakan 2 skala yaitu skala Kecerdasan Emosional yang terdiri dari 21 pernyataan dan skala Agresivitas Verbal yang terdiri dari 32 pernyataan. Berdasarkan data yang telah dianalisis menggunakan korelasi Product Moment dari Pearson dengan perhitungan menggunakan SPSS versi 20.0 diperoleh nilai r hitung = -0,721 dengan taraf signifikan p = 0,000 ( p < 0,05 ) yang berarti ada hubungan yang negatif antara Kecerdasan Emosional dengan Agresivitas Verbal pada Anak Jalanan. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan agresivitas verbal pada anak jalanan diterima

Dari data diatas dapat diketahui bahwa adanya hubungan yang negatif antara kecerdasan emosional dengan agresivitas verbal pada anak jalanan. Dapat juga dikatakan bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional maka akan semakin rendah agresivitas verbalnya, atau sebaliknya jika kecerdasan emosional rendah maka agresivitas verbal akan tinggi.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapat bahwa adanya hubungan yang negatif antara kecerdasan emosional dengan agresivitas verbal pada anak jalanan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakakn oleh Daniel Goleman yang menyatakan bahwa kecerdasan emosional didefinisikan sebagai suatu kesadaran diri, rasa percaya diri, penguasaan diri, serta kemampuan seseorang dalam melakukan komunikasi atau hubungan sosial dengan orang lain. Goleman juga menyatakan bahwa dengan memiliki kecerdasan emosional yang tinggi individu dapat mengendalikan emosinya agar tidak meledak dan akhirnya dapat mempengaruhi perilakunya dan menimbulkan munculnya perilaku Agresivitas, yaitu salah satunya agresivitas verbal.

Anak jalanan dalam pergaulan dengan teman-teman dan interaksi sosialnya banyak sekali ditemukan adanya perilaku yang tidak sesuai dengan yang dilakukan oleh kebanyakan anak seusia mereka. Mereka cenderung lebih agresif, berani, dan tahan terhadap permasalahan yang mereka hadapi. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Tentama (2012), bahwa dalam kehidupan sehari-hari anak memunculkan perilaku agresivitas verbal yang tinggi seperti berkatan kasar, menentang, mencela, membentak atau mengumpat.

Salah satu faktor yang menyebabkan anak jalanan sering memunculkan perilaku agresivitas verbal adalah karena rendahnya tingkat kecerdasan anak jalanan dalam mengendalikan emosionya ketika dihadapkan dalam bebagai permasalahan. Dinamika psikologi yang berlangsung didalam diri individu yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, pada saat menghadapi stres dan konflik yang tinggi akan mampu memikirkan cara untuk meredakan stres dan menyelesaikan konfli yang dihadapinya (Saptoto, 2010). Jika anak jalanan tidak memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, maka mereka kurang mampu untuk meredakan stres ataupun permasalahan yang sedang mereka hadapi.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diambil kesimpulan bahwa hipotesis penelitian ini diterima yaitu ada hubungan negatif antara kecerdasan emosional dan agresivitas verbal pada anak jalanan. Hal tersebut beraeti bahwa ketika individu memiliki kecerdasan emosional yang baik, maka agresivitas verbal yang dimilikinya akan rendah, dan sebaliknya ketika individu memiliki kecerdasan emosional yang rendah maka agresivitasnya akan tinggi. Faktor lain yang kemungkinan memiliki hubungan dengan agresivitas verbal pada anak jalanan selain kecerdasan emosional yaitu karena faktor lingkungan keluarga yang kurang harmonis serta faktor lingkungan sosial individu yang kurang kondusif.

Ucapan Terimakasih

Dengan selesainya penelitian ini, saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh rekan-rekan yang telah memberikan motivasi, dan bantuan tenaga dalam pelaksanaan penelitian ini, sehingga terlaksana dengan baik, lancar dan sukses.

References

  1. Suyanto, B. (2010), Masalah Sosial Anak. Jakarta : Kencana (Pranada Media Group)
  2. Podungge, F. (2014), Agresivitas Mahasiswa Suku Madura, Minang, Gorontalo, dan Jawa di Malang. Undergraduate Thesis. Universitas Maulana Malik Ibrahim.
  3. Goleman, D. (2000), Emotional Intelligence. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
  4. Kamil, B.A. (2016), Hubungan Kematangan Emosi dengan Perilaku Agresi Verbal Saat Masa Pramenstruasi Syndrom Pada Siswa Kelas 1 SMAN 2 Banjarmasin. Skripsi. Surabaya : Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945
  5. Tentama, F. (2012), Perilaku Anak Agresif : Asesmen dan Intervensinya. Jurnal Psikologi, Vol. 6, No. 2, hal. 162-232. Juni 2012
  6. Saptoto, R. (2010), Hubungan Kecerdasan Emosio dengan Kemampuan Coping Adaptif. Jurnal Psikologi, Vol. 37, No. 1, Juni 2010