Articles
DOI: 10.21070/icecrs2020457

Improving Knowledge Numbers Ability with Card Media in Early Age Children


Meningkatkan Kemampuan Mengenal Simbol Angka dengan Media Kartu pada Anak Usia Dini

Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Indonesia
developmental stage early childhood math

Abstract

The initial developmental stages are the basis for further developmental stages, if a stage is interrupted, it will inhibit the next stage. Likewise in the educational process, for children aged 4 to 6 years can be formally pursued in kindergarten, and is expected to obtain physical-motor, cognitive, social, and emotional stimuli in accordance with their age level. Every child has differences, so students who cannot learn as they should are called learning difficulties. Some learning difficulties experienced by young children are reading, writing and arithmetic. Especially in learning to count, mathematics is very useful for developing thinking processes in early childhood. It also cannot be separated from the role of parents who provide physical and psychological needs at the beginning of a child's life. Therefore the purpose of this study is to find out the cause of a 5-year-old child who cannot memorize numbers 1-10. The method in this study uses a qualitative research design with a single case experience with the provision of interventions, namely the introduction of numbers with the media card and assistance and counseling to parents. The intervention was carried out at the subject's home for two weeks for six meetings. The results obtained during six meetings, subjects can recognize the symbol numbers 1-10. The subject better understands numerical symbols by looking at cards or visually. This affects the subject's learning process at school and at home. The subject can continue the process of understanding number symbols using cards or learning visually

P ENDAHULUAN

Masa anak usia dini merupakan masa keemasan. Pada masa ini anak mengalami perkembangan cepat. Anak mengalami proses perubahan perilaku dari tidak matang menjadimatang, dari sederhana menjadi kompleks, suatu proses evolusi manusia dari ketergantungan menjadi makhluk dewasa yang mandiri. Anak akan belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan, berpikir, perasaan dan interaksi baik dengan sesama maupun dengan benda-benda dalam lingkungan hidupnya.

Pendidikan anak usia dini ditunjukan kepada anak usia 0 sampai 6 tahun. Pendidikan anak usia dini bertujuan untuk memberikan stimulus pertumbuhan dan perkembangan agar lebih berkembang dengan baik dan siap menuju tahap pendidikan selanjutnya.

Aspek perkembangan pada anak usia dini antara lain fisik-motorik, kognitif, sosio emosional, dan bahasa Santrock[1]. Salah satu aspek perkembangan yang harus dikembangkan dalam pembelajaran anak usia dini yaitu aspek kognitif. Pada usia 2-7 tahun, anak berada dalam periode perkembangan kognitif pra-operasional yakni usia dimana penguasaan sempurna akan objek permanen. Anak memiliki kesadaran akan eksisnya suatu benda yang harus ada atau biasa ada. Anak juga mulai mampu memahami sebuah keadaan yang mengandung masalah dan akan memecahkann masalah versi dirinya sendiri. Akan tetapi, anak belum bisa memahami jika terjadi perbedaan pandangan dengan orang lain.

Pada masa kanak-kanak awal atau pra sekolah, matematika sangar berguna sekali bagi mereka untuk mengembangkan proses berpikir. Pada tingkat usia dini, pembelajaran matematika masih bersifat non formal, dimana anak belum sepenuhnya diberikan materi matematika yang sebenarnya tetapi baru bersifat pengenalan. Bagi pendidik matematika dapat diberikan misalnya pada pengenalan bilangan, diperdengarkan angka terlenih dahulu dengan menyebut angkasatu, dua dan seterusnya. Namun para pendidik seringkali mengenalkan angka kepada anak hanya dengan menuliskan lambang bilangan dipapan tulis atau memberikan lembar kerja sehingga anak mudah bosan dan pembelajaran kurang menantang bagi anak. Hal tersebut tidak selamanya dapat berlangsung dengan baik. Terkadang lancar, terkadang tidak, terkadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari bahkan terasa sangat sulit. Demikian kenyataan yang sering dijumpai pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari.

Guru maupun orang tua hendaknya melakukan kegiatan belajar mengajar menggunakan strategi, metode, materi/bahan yang menarik dan mudah dipahami oleh anak. Cara pemberian stimulasi anak usia dini dengan memberikan atau menciptakan kegiatan yang mencakup berbagai aspek perkembangan anak dengan menyediakan berbagai fasilitas dan media yang dibutuhkan oleh anak usia dini sesuai dengan kebutuhannya, Yunikowati[2].

Berdasarkan observasi yang dilakukan di kelas B TK Al-Zaitun Waru Sidoarjo ditemukan bahwa ada salah satu siswa yang masih belum optimal mengenal simbol angka 1-10. Hal tersebut ditandai dengan belum mampu menunjuk lambang bilangan, dan bingung mengurutkan lambang bilangan. Berdasarkan observasi awal diketahui bahwa penyebab belum optimal adalah tidak ada pengulangan dirumah oleh orang tua, pemberian tugas dari guru tanpa mengulang pelajaran sebelumnya dan minimnya penggunaan media pembelajaran.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan anak yaitu dengan memberikan konseling kepada orang tua dan guru serta menggunakan media kartu untuk mempermudah anak mengenal simbol angka. Menurut Raharjo[3] menegaskan bahwa media kartu angka bergambar yaitu media yang memuat gambar suatu bilangan dengan yang terdiri dari 1-10 maupun yang belum tersusun (acak) digunakan dalam pembelajaran mengenal lambang bilangan. Gambar adalah media yang paling umum dipakai, dan merupakan bahasa yang umum yang dapat dimengerti. Secara khusus media grafis/visual (gambar) berfungsi menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan. Eliyawati[4] mengungkapkan bahwa media visual merupakan media yang paling sering digunakan oleh guru pendidikan anak usia dini untuk dapat menyampaikan isi dari tema yang sedang disampaikan.

M ETOD E

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif yaitu metode penelitian yang terbentuk dari uraian kata-kata untuk dikumpulkan kemudian dilakukan analisis guna mendapatkan bahan penulisan yang otentik. Menurut pendekatan secara kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Tipe penelitian ini merupakan studi kasus, sehingga penelitian dilakukan karena ketertarikan atau kepedulian pada suatu kasus khusus. Untuk mendukung dan mendapatkan data dalam penelitian, peneliti menggunakan observasi non partisipan dengan mengamati apa yang dilakukan subjek. Peneliti menggunakan wawancara dengan pedoman umum, yang mencantumkan pertanyaan-pertanyaan yang ingin ditanyakan. Kemudian melakukan tes psikologi untuk mengetahui tingkat kecerdasan subjek serta mengetahui kematangan emosi subjek. Subjek berjenis kelamin laki-laki berusia 5 tahun yang sedang berada di TK B.

Intervensi yang dilakukan dengan melakukan pengenalan angka dengan media kartu dan pendampingan. Pengenalan angka dilakukan dirumah subjek selama enam kali pertemuan. Intervensi juga di berikan kepada #kepada orang tua dan guru.

H ASIL DAN P EMBAHASAN

Subjek memiliki IQ dalam kategori rata-rata, sehingga subjek mampu dengan mudah merima pelajaran yang diberikan oleh guru di sekolah. Sehingga hasil selama enam kali pertemuan subjek sudah dapat mengenal simbol angka 1-10, namun urutan angka 1-20 masih dalam tahap proses pembelajaran. Subjek masih sulit membedakan belasan dan puluhan, subjek cenderung mengatakan angka 12 yaitu “satu dua”, sedangkan angka 20 “dua puluh belas”. Sedangkan untuk menghitung benda subjek membutuhkan konsentrasi lebih agar dapat mengingat angka berapa yang sudah subjek hitung. Untuk menghitung tanpa benda, subjek juga harus mengetahui dan memahami konsep simbol angka, sehingga tidak ada yang terlewatkan.

K ESIMPULAN

Berdasarkan asesmen yang dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan tes psikologi ditemukan bahwa subjek memiliki IQ dalam kategori rata-rata. Sehingga dapat dikatakan bahwa subjek merupakan anak yang mampu dalam menangkap informasi-informasi baru. Aspek-aspek juga berkembang dengan optimal, meskipun dalam hal aspek aritmatika subjek masih butuh berlatih lagi. Selama memberikan intervensi di rumah subjek dan bertemu langsung dengan keluarga di rumahnya, tidak hanya dalam hal akdemik yang harus ditingkatkan oleh subjek, namun dalam aspek psikologisnya, subjek perlu mendapatkan kasih sayang yang lebih dari keluarganya agar subjek tidak merasa dikucilkan didalam lingkungan sekolah atau sekitarnya.

U CAPAN T ERIMA K ASIH

Terimakasih kepada Allah SWT, yang memberikan berkah, rahmat dan hidayah pada penyusunan laporan jurnal ini. Kepada dosen pembimbing yang telah membantu meluangkan waktu dalam memberikan masukan, saran kepada penilis. Kepada kepala sekolah dan guru TK Al-Zaitun yang mau membantu memberikan masukan kepada penulis, serta subjek dan orang tua subjek yang bersedia meluangkan waktu.

References

  1. Rahman, U. 2009. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini. Jurnal Lentera Pendidikan. Vol 12 (1). Hal: 46-57.
  2. Sumardi,. Rahman, T. & Gustini, I.S. 2017. Peningkatan Kemampuan Anak Usia Dini Mengenal Lambang Bilangan Melalui Media Playdough. Jurnal PAUD Agapedia. Vol 1 (2). Hal 190-202.
  3. Raharjo, K. (2010). Kamus Matematika Bergambar. Jakarta: Grasindo.
  4. Eliyawati, C. (2005). Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.