Articles
DOI: 10.21070/icecrs2020474

Tackling Social Problems in Branches Muhammadiyah Porong


Penanggulangan Masalah Sosial di Cabang Muhammadiyah Porong

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Countermeasures social problems branch of Muhammadiyah Porong

Abstract

The purpose of this study was to determine social problems in the Porong Muhammadiyah branch and its remedies, and to find out the history of the establishment of the Muhammadiyah branch in Porong. This research is a descriptive qualitative research through interviews and direct observations on the chairman of Muhammadiyah Porong. Based on the results of research on social problems in Muhammadiyah Porong along with the history of the establishment of Muhammadiyah Porong, it was established in 1965 when the age is quite old until now, during the Lapindo mud disaster, as a result various social problems occurred, namely experiencing a lot of decline and the impact both from the social side social, from an economic standpoint, in terms of life diversity is very influential, because many residents have moved villages but remain in the Porong region and some have moved outside the Porong sub-district. As a result of the social impact of Lapindo mud, there is a demoralization and even crime and crime, then the spirit of life of people to practice the religion has decreased, even ethical values, spiritual values ​​have declined due to the Lapindo mud disaster. Therefore, the efforts of Muhammadiyah Porong, especially for Muhammadiyaah and Aisha residents, including their parents, first continue to carry out spiritual activities such as studies, guidance, understanding of religion, then from an economic standpoint, because almost 80% of the people in Porong are traders and merchants. who became very few farmers, because the life of the Porong community was almost a trader and a merchant, one of his da'wah was how to become an Islamic trader, honest, not cheating, really running a trade that did not harm others. In the field of education is much better, physically very good than those in the village of Mindi because the current building in the village of Lajuk is much better and wider.

PENDAHULUAN

Bencana alam menimbulkan keresahan pada masyarakat. Bencana alam dapat menimbulkan kerusakan pada sub system makhluk hidup, sehingga menimbulkan perubahan ekonomi, perubahan moral, perubahan kesejahteraan masyarakat dan lain sebagainya. Bencana alam muncul karena akibat dari ulah tangan manusia itu sendiri.

Pada tanggal 29 Mei 2009, terjadi bencana alam yaitu banjir lumpur panas atau biasa disebut dengan Lumpur Lapindo yang terjadi di Dusun Balongnongo Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo. Dalam kejadian lumpur lapindo ini, telah menenggelamkan ribuan rumah warga Kecamatan Porong. Luapan lumpur lapindo ini juga berdampak pada demoralisasi, criminal, kejahatan, semangat keagamaan yang menurun serta etika dan spiritual juga menurun.

Misbach, M. Pd selaku ketua PCM Porong saat ini, pada periode 2015-2020 telah menjelaskan keadaan yang ada di Kecamatan Porong saat ini, PCM Porong telah menjalankan organisasi pergerakan islam dalam kehidupan social maupun keagamaan. Sebagai gerakan islam, PCM Porong telah mejalankan tujuannya pada bidang social, pendidikan, dakwah dan pelayanan kemanusiaan. Hal ini dibuktikan dengan usaha yang di miliki muhammadiyah dalam bidang pendidikan yaitu dengan mendirikan lembaga pendidikan prasekolah (TK), SLB Aisyiyah, SD Muhammadiyah , SMP Muhammadiyah, SMA Muhammadiyah serta telah mendirikan 3 masjid dan 8 mushollah.

Muhammadiyah merupakan sebuah persyarikatan yang memilih dan menempatkan diri sebagai gerakan islam amar ma’ruf nahi munkar dalam masyarakat, yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat. PCM Porong mempunyai amal usaha serta aktifitas dakwah yang dijalankan oleh pengurus PCM Porong.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yaitu penelitian yang mendeskripsikan apa yang telah terjadi di lapangan yang meliputi observasi, wawancara Tanya jawab dan dokumentasi. Beberapa deskripsi digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada penarikan kesimpulan.

Menurut Cresswell dalam Muri[1], Penelitian kualitatif adalah proses penyelidikan pemahaman berdasarkan tradisi metodologi penyelidikan yang berbeda yang mengeksplorasi masalah sosial atau manusia. peneliti membangun gambar holistik yang kompleks yang menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan terperinci dari informan, melakukan penelitian dalam suasana alami.

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan analisis statistik, tetapi menggunakan pengumpulan data yang disajikan secara naratif.

Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan utama, yaitu : 1. Menggambarkan dan mengungkapkan, dan 2. Menggambarkan dan menjelaskan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sejarah berdirinya muhammadiyah cabang porong, Porong merupakan salah satu kecamatan yang berada di sidoarjo, jawa Timur, Indonesia. Munculnya muhammadiyah porong berawal sekitar tahun 1940an yang dipelopori oleh K.H. Turhan Badri, H. Ihsan Latif, Abdul Hamid Saad, Ahmad Jazuri, Abdul Wahid, R. Hadriadi, Tohir Ihsan, dan Imam Samudra. Awal mula K.H. Turhan Badri mengenal muhammadiyah dari tokoh muhammadiyah di surabaya yakni K.H. Mas Mansur, setelah berproses melewati waktu yang cukup panjang, muhammadiyah cabang porong berhasil membangun amal usaha, diantaranya pusat bacaan muhammadiyah yang berdiri pada tahun 1950an dan kemudian tutup, dikarenakan tempat yang digunakan adalah rumah anggota muhammadiyah bukan bangunan permanen. Saat ini amal usaha yang dimiliki muhammadiyah di kecamatan porong telah berkembang dari lembaga mulai dari TK ABA (Aisyiyah Bustanul Athfal), SD Muhammadiyah 5,SMP Muhammadiyah 4,SMU Muhammadiyah 4,SMPLB. Perkembangan muhammadiyah cabang porong terus mengalami peningkatan akan tetapi setelah tragedi lumpur tahun 2006 perkembangan muhammadiyah porong mengalami penurunan dari segi warga muhammadiyah yang pindah karena rumahnya yang sudah terendam lumpur maupun dari amal usaha yeng berfokus pada proses relokasi perguruan muhammadiyah dari kelurahan mindi pindah ke desa lajuk ( porong bagian barat) yang berdampak pada kegiatan dari majelis yang tidak bisa berjalan secara optimal. Muhammadiyah di porong berawal sekitar tahun 1965an yang dipelopori oleh K.H. Turhan Badri, perkembangan muhammadiyah cabang porong terus mengalami peningkatan akan tetapi setelah tragedi lumpur lapindo tahun 2006 perkembangan muhammadiyah cabang porong mengalami penurunan, karena proses yang sagat panjang mulai penyelesaian ganti rugi, pencarian tempat yang baru hingga pembangunan dan pindah secara bertahap mulai dari SD tahun 2015 hingga SMA tahun 2016.

Program-program Muhammadiyah untuk pengentasan masalah sosial yaitu dengan upaya melakukan kegiatan spiritual seperti kajian-kajian, pemahaman, dan pembinaan serta keagamaan. Dibidang ekonomi dengan dakwah menjadi pedagang yang islami, jujur, dan menjalankan perdagangan tidak merugikan orang lain. Dibidang pendidikan dengan merelokasi perguruan kelurahan mindi ke lajuk kecamatan porong bagian barat. Serta terdapat SD 1, SMP 1, SMA 1, TK 2, dan SLB bagi anak berkebutuhan khusus, terdapat masjid 3 dan mushola sebanyak 8.

Akibat musibah lumpur lapindo, Perguruan porong banyak mengalami penurunan dan imbasnya baik dari sisi sosial kemasyarakatan, dari sisi ekonomi dan dari sisi kehidupan keberagamaan itu sangat berpengaruh akibat musibah tersebut.

Secara sosial terjadi demoralisasi bahkan kriminal serta kejahatan, kemudian semngat kehidupan orang untuk menjalankan agama itu menjadi menurun.

Nilai-nilai etika, spiritual, menjadi menurun karena musibah lumpur lapindo.

KESIMPULAN

Dapat kami simpulkan bahwa munculnya muhammadiyah porong berawal sekitar tahun 1965an yang dipelopori oleh K.H. Turhan Badri, H. Ihsan Latif, Abdul Hamid Saad, Ahmad Jazuri, Abdul Wahid, R. Hadriadi, Tohir Ihsan, dan Imam Samudra. Saat ini amal usaha yang dimiliki muhammadiyah di kecamatan porong telah berkembang dari lembaga mulai dari TK ABA (Aisyiyah Bustanul Athfal), SD Muhammadiyah 5, SMP Muhammadiyah 4, SMU Muhammadiyah 4,SMPLB. Perkembangan muhammadiyah cabang porong terus mengalami peningkatan akan tetapi setelah tragedi lumpur tahun 2006 perkembangan muhammadiyah porong mengalami penurunan dari segi warga muhammadiyah yang pindah karena rumahnya yang sudah terendam lumpur maupun dari amal usaha yeng berfokus pada proses relokasi perguruan muhammadiyah dari kelurahan mindi pindah ke desa lajuk ( porong bagian barat) yang berdampak pada kegiatan dari majelis yang tidak bisa berjalan secara optimal. Nilai-nilai etika, spiritual, menjadi menurun karena musibah lumpur lapindo. Upaya untuk pengentasan masalah tersebut yaitu melakukan kegiatan spiritual seperti kajian-kajian, pemahaman, dan pembinaan serta keagamaan. Dibidang ekonomi dengan dakwah menjadi pedagang yang islami, jujur, dan menjalankan perdagangan tidak merugikan orang lain. Dibidang pendidikan dengan merelokasi perguruan kelurahan mindi ke lajuk kecamatan porong bagian barat. Serta terdapat SD 1, SMP 1, SMA 1, TK 2, dan SLB bagi anak berkebutuhan khusus, terdapat masjid 3 dan mushola sebanyak 8.

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan terselesaikannya Karya Ilmiah ini, kami mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :

Allah S.W.T. atas limpahan karunia dan hidayahnya sehingga kami dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan Karya Ilmiah.

Dosen bapak Muhlasin Amrullah, S.Ud., M.Pd.I yang telah memberikan arahan dan masukan untuk kelompok kita.

Bapak Misbach M.Pd yang telah membantu kami wawancara untuk menyelesaikan karya ilmiah ini

Tak lupa pula saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak terkait lainnya yang telah banyak membantu.

References

  1. Muri, A Yusuf. 2014. Metode Penelitian : kuantitatif, kualitatif dan penelitian gabungan. Prenada media : Padang