Abstract

Penelitian ini dilakukan karena banyak siswa yang memiliki indikasi cemas, tegang, dan takut pada saat pembelajaran matematika. Supaya indikasi ini menjadi jelas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengungkapkannya. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan matematika dan faktor penyebab kecemasan matematika yang terjadi pada siswa. Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode survei. Penelitian ini menggunakan populasi seluruh siswa kelas V sebanyak 11 orang, sedangkan sampel dalam penelitian ini menggunakan seluruh populasi. Instrumen yang digunakan ialah kuisioner. Dari hasil uji coba 25 pernyataan dalam kuisioner diperoleh 15 pernyataan yang dinyatakan valid dan 10 pernyataan dinyatakan tidak valid. Koefesien reliabilitas adalah 0,904. Data penelitian ini dianalisis menggunakan statistik deskriptif dengan presentase. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kecemasan matematika pada siswa kelas V termasuk dalam kategori kecemasan matematika pada tingkat yang sangat tinggi. Kecemasn ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti psikologis sebagai penyebabnya.

PENDAHULUAN

Siswa yang mengalami kesalahan konsep dalam suatu pelajaran matematika ini yang menyebabkan siswa merasa matematika adalah pelajaran yang sulit serta menjadikannya momok tersendiri dalam suatu pembelajaran. Matematika dianggap sulit karena sebagai ilmu yang abstrak, rumit, serta kaku untuk dipelajari. Selain itu, pelajaran matematika seringkali tidak diintregasikan dengan mata pelajaran yang lain, sehingga siswa timbul kebingungan dalam proses pembelajarannya[1].

Kesulitan yang dialami oleh siswa ini menimbulkan ketakutan ketika berhadapan dengan pelajaran matematika. Hal ini yang menyebabkan kecemasan timbul pada diri siswa. Di mana siswa akan menghindari sumber dari kecemasannya. Kecemasan merupakan reaksi emosional terhadap penilaian individu yang subyektif dan dipengaruhi oleh alam bawah sadar serta tidak diketahui secara khusus (Depkes, 2011). Sedangkan (Nursalam, 2012) menyatakan bahwa kecemasan merupakan respon emosional yang dirasakan oleh seseorang terhadap penilaian penggambaran keadaan khawatir, gelisah, takut, dan tidak tentram yang disertai berbagai situasi kehidupan manapun sebagai gangguan sakit.

Kecemasan yang biasanya dialami oleh siswa pada pelajaran matematika ini biasadisebut dengan kecemasan matematika. Kecemasan matematika [2] didefinisikan sebagai rasa cemas atau ketakutan, perasaan tegang yang dapat menggangu siswa dalam proses belajar matematika sedang berlangsung. Siswa yang mengalami kecemasan matematika akan cenderung dari situasi yang menuntut mereka mengerjakan matematika.

Pelakasanaan pengamatan yang dilakukan di SDN Kedungboto Porong Sidoarjo tanggal 19 Nopember 2018 pada kelas V menggunakan instrumen pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung dan tanya jawab dengan siswa. Berdasarkan hasil pengamatan ditemukan siswa yang tidak suka saat guru mengajar matematika. Hal ini nampak dari ekspresi siswa saat guru mengajar matematika, siswa ada yang bergemetar, berpura-pura mengerjakan sesuatu ketika guru sedang memilih siswa untuk mengerjakan soal di papan tulis. Sedangkan hasil tanya jawab dengan siswa menyatakan bahwa siswa merasa adalah momok yang menakutkan di jam pelajaran di tambah ketidak pahaman siswa dengan materi yang diterangkan oleh guru. Maka peneliti berminat untuk melakukan penelitian dengan judul “Kecemasan Matematika Pada Kelas V SDN Kedungboto Porong.”

Penelitian yang dilakukan oleh Ulfiani Rahman, Nursalam, dan M. Ridwan Tahir mempunyai persamaan serta perbedaan dengan penelitian ini. persamaannya yaitu sama-sama meneliti tentang tingkat kecemasan pada pelajaran matematika.sedangkan perbedaan dalam penelitian ini yaitu subyek yang diteliti. Ulfiani Rahman, Nursalam, dan M. Ridwan Tahir meneliti pada kelas X MA Negeri 1 Watampone. Sedangkan penelitian ini menggunakan siswa kelas V SDN Kedungboto Porong. Serta penelitian ini juga ingin mengetahui faktor penyebab kecemasannya.

Sedangkan peneltian yang dilakukan oleh Ahmad Dzulfikar juga mempunyai kesamaan serta perbedaan dengan penelitian ini. persamaannya yaitu meneliti tentang kecemasan matematika. Dengan yang menjadi pembedanya yaitu subyek penelitiannya. Subyek yang digunakan oleh Ahmad Dzulfikardalam penelitiannya menggunakan mahasiswa calon guru matematika [3].

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. tempat pelaksanaan penelitian ini dilakukan di kelas V SDN Kedungboto Porong yang dilaksanakan mulai bulan Nopember 2018.

Teknik pengumpulan data perlu dilakukan dengan tujuan agar mendapatkan data yang valid dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini melalui observasi, wawancara, dan angket kuisioner.Data dianalisis menggunakan langkah-langkah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.Teknik keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi teknik dimana triangulasi teknik adalah untuk menguji kreadibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh dari untuk menguji kreadibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh dari beberapa cara pada sumber yang sama [4].

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil observasi pada siswa kelas V SDN Kedungboto Porong saat proses belajar matematika dapat dilihat melalui tabel 1.

Kondisi yang diamati Jawaban Catatan
Siswa mengalami kesulitan berkonsentrasi pada saat proses belajar matematika berlangsung Ya Terlihat masih banyak siswa yang sulit untuk berkonsentrasi, karena ketika guru meminta siswa untuk mengulangi apa yang sedang guru jelaskan, siswa tidak bisa.
Siswa mengikuti proses belajar matematika dengan tenang Tidak Sebagian besar siswa berbuat gaduh ketika proses belajar matematika berlangsung. Namun ada beberapa siswa yang duduk dengan tenang di bangkunya.
Siswa bersikap waspada ketika guru memberikan kuis atau soal matematika Ya Ketika guru memberikan kuis atau soal yang harus dikerjakan di papan tulis, sebagian besar siswa tiba-tiba terdiam di tempat duduknya dan berpura-pura mengerjakan atau menyalin yang ada di papan tulis ke buku catatannya. Seolah menandakan bahwa dia memperhatikan guru.
Siswa aktif ketika proses belajar matematika berlangsung Tidak Sebagian besar siswa terlihat aktif mengikuti proses belajar, namun ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran
Table 1.

Berdasarkan pada tabel 1 menunjukkan bahwa siswa SDN Kedungboto Porong kelas V belum siap ketika pelajaran matematika akan berlangsung. Sehingga ketika siswa diterangkan oleh guru, siswa tidak meperhatikan apa yang guru terangkan. Namun disaat guru memberikan pertanyaan langsung maupun soal matematika yang harus dipecahkan mereka tidak dapat menyelesaikannya.

Hasil observasi pada siswa kelas V SDN Kedungboto Porong saat proses belajar matematika dapat dilihat melalui tabel 2.

Topik Pertanyaan No. Item Hasil Wawancara
Latar belakang yang berkaitan dengan timbulnya kecemasan 1 dan 2 Siswa tidak merasakan senang ketika berlangsungnya pelajaran matematika dan menganggap pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit. Siswa beranggapan seperti itu karena ketidak pahaman terhadap materi yang sedang diajarkan. Sehingga siswa tidak dapat menjawab soal matematika.
Keyakinan diri 3 dan 4 Selama proses belajar matematika berlangsung di kelas, siswa tidak mempunyai rasa percaya diri akan kemampuan dirinya. Kebanyakan dari mereka takut salah untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Dukungan sosial 5, 6, 7 dan 8 Ketika guru melihat siswanya mengalami kesulitan, tak segan untuk guru memberikan bantuan atau menjelaskan ulang tentang materi tersebut. Siswa mendapat bantuan dari temannya dalam memecahkan soal matematika. Namun mereka membantu dengan memberikan jawaban sekaligus bukan hanya cara memecahkannya saja. Beberapa orang tua siswa memberikan perhatian dengan menanyakan setiap mereka pulang sekolah. Siswa didampingi setiap mengerjakan tugas rumah dan memberikan bantuan jika tidak bisa memecahkan soal matematika.
Karakteristik pribadi 9 dan 10 Siswa menganggap matematika sebuah momok yang menyeramkan. Terlebih adanya ujian matematika. Ketidak pahaman siswa serta kesalahan siswa pada konsep matematika yang mengakibatkan mereka tidak lancar dalam menyelesaikan soal matematika.
Gejala kecemasan 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, dan 20 Kebanyakan siswa jika mereka diminta untuk mengerjakan soal di papan tulis atau guru menunjuk mereka dan memberikan pertanyaan, mereka tidak tenang hingga bersikap waspada dan menjawab pertanyaan tersebut dengan ragu-ragu. Mereka kesulitan berkonsentrasi jikaberlangsungnya proses belajar matematika. Ketidak beranian dari mereka untuk bertanya dan memilih diam ketika guru sedang menanyakan apakah ada hal yang tidak dimengerti setalh diterangkan materi. Tidak hanya itu saja, sedikit dari mereka mengalami telapak tangan yang berkeringat, bergemetar, namun tidak mengalami sesak pada dada. Dan tidak semua siswa dapat tidur dengsn nyenyak jika diberitakan besok akan ada ujian.
Table 2.

Dari tabel 2 peneliti dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa kebanyakan dari siswa memiliki ketakutan ketika belajar matematika. Ketakutan yang mereka alami pada pelajaran matematika karena pelajaran matematika masih dianggap sulit untuk dipelajari, serta kesalahan konsep belajar matematikalah yang menjadi kendalanya. Dan dari jawaban siswa pada saat sesi kegiatan wawancara, mereka mengungkapkan mengalami tanda-tanda kecemasan.

  1. Observasi
  2. Wawancara
  3. Angket Kuisioner

Secara keseluruhan hasil tentang kecemasan matematika pada kelas V SDN Kedungboto Porong memperoleh nilai maksimum sebesar 68 dan nilai minimum 20 dari 15 butir pernyataan dengan skor skala 1 sampai dengan 5. Rata-rata yang diperoleh 62,47 dan standart deviasi 11,06. Kemudian data dikategorikan sesuai dengan rumus yang telah ditentukan menjadi 5 kategori, yaitu katagori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi berdasarkan nilai mean dan standart deviasi. Distribusi tingkat kecemasan matematika pada kelas V SDN Kedungboto Porong disajikan pada tabel 3.

Interval Kategori Frekuensi Frekuensi Relatif
1 > 79,06 Sangat Rendah - -
2 68,00 – 79,06 Rendah - -
3 56,94 – 68,00 Sedang 3 18,09%
4 45,88 – 56,94 Tinggi 3 14,27%
5 < 45,88 Sangat Tinggi 5 15,91%
Table 3.

Dari tabel 3 diperoleh data tingkat kecemasan siswa kelas V SDN Kedungboto Porong yaitu sebanyak 5 siswa dengan jumlah presentase 15,91% mempunyai tingkat kecemasan matematika sangat tinggi, siswa sebanyak 3 orang dengan presentase 14,27% mempunyai tingkat kecemasan matematika yang tinggi, dan siswa sebanyak 3 orang dengan presentase 18,09% mempunyai tingkat kecemasan matematika sedang. Frekuensi terbanyak terletak pada interval dengan kategori tingkat kecemasan matematika yang sangat tinggi, maka dapat dikatan bahwa tingkat kecemasan siswa kelas V SDN Kedungboto Porong secara keseluruhan berada pada kategori kecemasan matematika yang sangat tinggi.

Jika dilihat dari perolehan skor tiap faktor, maka besarnya presentase tingkat kecemasan matematika dari faktor psikologis sebesar 25,27% dan faktor fisiologis sebasar 23,00%. Maka dapat dikatakan bahwa tanda-tanda kecemasan dari faktor psikologis lebih tinggi presentasenya dari pada faktor psikologis.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kecemasan matematika serta faktor penyebab dari kecemasan matematika yang terjadi pada siswa kelas V SDN Kedungboto Porong. Instrummen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan observasi, wawancara, serta angket angket dengan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan perhitungan menggunakan presentase.

Penelitian yang dilakukan oleh Ulfiani Rahman, Nursalam, dan M. Ridwan Tahir dengan judul “Pengaruh Kecemasan dan Kesulitan Belajar Matematika pada Siswa Kelas X MA Negeri 1 Watampone Kabupaten Bone” menyatakan bahwa hasil kecemasan 16% dengan tingkat kecemasan rendah, sedangkan hasil kecemasan siswa dengan tingkat kecemasan sedang sebanyak 64%, dan hasil dari kecemasan dengan tingkat tinggi sebesar 20%. Sedangkan hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kecemasan matematika siswa kelas V SDN Kedungboto Porong tergolong dalam kategori kecemasan matematika dengan tingkat sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa presentase secara keseluruhan sebesar 48,27%. Hal ini dapat membedakan bahwa siswa kelas V lebih cenderung mengalami kecemasan pada saat pembelajaran matematika dibandingkan dengan siswa kelas X. Menurut Gail w. Stuart (2006), tingkat kecemasan matematika yang sangat tinggi ini tergolong pada kecemasan yang berat. Dimana kecemasan berat ini membuat seseorang berfokus pada suatu yang spesifik serta rinci dan tidak memikirkan tentang lainnya. Perilaku yang ditunjukkan bertujuan untuk mengurangi ketegangan yang ia alami, seseorang yang mengalami ini perlu arahan untuk fokus terhadap area lain. Kecenderungan siswa kelas V mengalami kecemasan pada saat pembelajaran matematika ini dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori menurut Trujilo dan Hadfield (Peker,2009), yaitu faktor kepribadian, faktor sosial atau lingkungan, dan faktir intelektual.

Penelitian yang dilakukan pada kelas V SDN Kedungboto Porong ini termasuk ke dalam klasifikasi faktor kepribadian. Dimana faktor tersebut tergolong ke dalam psikologis ataupun emosional, seperti; siswa yang mengalami perasaan takut akan kemampuan yang dimilikinya, siswa memiliki kepercayaan diri yang kurang sehingga menyebabkan rendahnya nilai harapan siswa, siswa memiliki motivasi yang rendah dan memiliki pengalaman yang kurang menyenangkan pada masa lalu terhadap matematika yang menimbulkan trauma pada siswa. Sedangkan hasil presentase yang dilihat dari faktor psikologis dan faktor fisiologis menunjukkan bahwa faktor psikologis lebih tinggi yaitu sebesar 25,27% dari pada faktor fisiologis yang sebesar 23,00%. Dari hasil yang menyatakan bahwa faktor psikologislah yang lebih menonjol menyebabkan kecemasan pada diri siswa, maka peneliti sepaham dengan apa yang diungkapkan oleh Buklew (1980) bahwa tanda-tanda kecemasan dari faktor psikologis yaitu seseorang yang merasakan tegang, bingung, khawatir, sulit berkonsentrasi, bersikap was-was, tidak pecaya diri, ragu-ragu, gelisah atau tidak tenang, dan lain sebagainya. Hal ini sejalan dengan apa yang peneliti lihat saat dilapangan.

Seperti yang telah disampaikan [2] bahwa kecemasan matematika merupakan sebagai rasa cemas atau ketakutan, perasaan tegang yang dapat menggangu siswa dalam proses belajar matematika sedang berlangsung. Gejala atau tanda yang dialami siswa tersebut [5] termasuk bersifat mental. Siswa yang mengalami kecemasan matematika akan cenderung dari situasi yang menuntut mereka mengerjakan matematika. Kemunculan reaksi ini terjadi apabila siswa pada saat pembelajaran matematika berlangsung. Siswa akan mengalami terjadi perubahan perasaan dan juga pikiran yang dapat mempengaruhi dirinya ketika sedang cemas. Seperti yang dialami oleh siswa kelas V SDN Kedungboto Porong. Selain itu dapat juga disebabkan ketika siswa menjawab pernyataan pada angket hanya asal jawab, sehingga hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan apa yang sedang dialami siswa. Maka hasil penelitian tantang kecemasan matematika pada siswa kelas V SDN Kedungboto Porong secara keseluruhan berada pada kategori kecemasan matematika tingkat sangat tinggi.

KESIMPULAN

Hasil data dari penelitian serta pembahasan yang telah dilaksanakan mengenai kecemasan matematika pada kelas V SDN Kedungboto, maka dapat disumpulkan bahwa tingkat kecemasan matematika yang terjadi pada kelas V di SDN Kedungboto Porong berada dikategori kecemasan matematika dengan tingkat yang sangat tinggi yaitu dengan jumlah siswa sebanyak 5 orang. Kemudian yang menjadi faktor penyebab terjadinya kecemasan matematika pada kelas V di SDN Kedungboto Porong adalah faktor psikologis.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terselesaikannya penelitian serta tulisan ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari dosen pembimbing. Untuk itu, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada Mahardika Darmawan K. W., M. Pd selaku Dosen Pembimbing yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.

References

  1. Tobias. 1993. Proses Pembelajaran yang Membingungkan. Furner & Berman. Gresham. 2007
  2. Anita, Ika Wahyu. 2014.“Pengaruh Kecemasan Matematika (Mathematics Anxiety) Terhadap Kemampuan Koneksi Matematika Siswa SMP”, Infinity Vol. 3 No. 1
  3. Dzulfikar, Ahmad. 2016. Kecemasan Matematika pada Mahasiswa Calon Guru Matematika, Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika Vol.1 No.1.
  4. Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Jakarta : Alfabeta.
  5. Sudarjo, Siska. 2003. “Kepercayaan Diri dan Kecemasan Komunikasi Interpersonal pada Mahasiswa”, Jurnal Psikologi No. 2.