Articles
DOI: 10.21070/icecrs2020481

Increased Human Resources by Muhammadiyah Payaman Branch Chairperson


Peningkatan Sumber Daya Manusia oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah Payaman

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Muhammadiyah Gerakan Dakwah

Abstract

Muhammadiyah adalah sebuah Gerakan dakwah islam, sebagai Gerakan pembaharuan Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang Berdirinya Ranting Muhammadiyah di Desa Payaman dalam rangka mengembalikan sesuatu hal kepada hal – hal yang benar sesuai ajaran Al – Qur’an dan As – Sunnah, dan membrantas hal – hal yang menyimpang, dengan penyempurnaan agama serta ibadah dan memurnikan ajaran Islam, dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif, data melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara. Dapat diketahui hasil penelitian bahwa Ranting Muhammadiyah dapat mensejaterahkan dan memajukan masyarakat Muhammadiyah. Melalui program unggulan yang telah diterapkan. Sehingga mampu menjadikan Ranting Muhammadiyah semakin maju.

PENDAHULUAN

Muhammadiyah adalah Gerakan Islam di Indonesia dengan semboyan Gerakan Dakwah Islam Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Dalam Gerakan Dakwah meliputi dua aspek penting ; aspek kurifikasi (pemurnian) dan tajdid [1]. Dengan memiliki tujuan yaitu menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Untuk mewujudkan maksud dan tujuan Muhammadiyah tersebut maka, dibentuklah program-program kerja dan kegiatan yang menghasilkan amal usaha – amal usaha sebagai bentuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar - benarnya. Dalam keorganisasian Muhammadiyah ada Struktur persyarikatan Muhammadiyah yang diatur dalam AD (Anggaran Dasar) Muhammadiyah Bab V pasal 9, yakni; Ranting, Cabang, Daerah, Wilayah, dan Pusat. Untuk struktur persyarikatan Muhammadiyah tingkat Ranting, salah satunya di desa Payaman yang mendirikan organisasi Muhammadiyah tingkat Ranting. Ranting Muhammadiyah di desa Payaman ini berdiri setelah merdeka.

Ranting Muhammadiyah desa Payaman berkembang sangat baik. Dengan memiliki program – program unggulan yang baik bertujuan kesejahteraan warga dan masih terus berjalan sampai saat ini, diantara tujuannya yaitu itu pemberantasan TBC (Tahayul. Bid’ah, Churafat). Meskipun banyak tantangan – tantangan yang terjadi pada Ranting Muhammadiyah, tapi para tokohnya mampu untuk mengatasti segala tantangan dan problem yang ada.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan bentuk wawancara, observasi, dan dokumentasi. Metode penelitian ini mencakup sumber data, pengumpulan data, dan analisis data [2] penelitian ini bersifat pembahasan yang mendalam terhadap isi suatu informasi yang terjadi dalam masyarakat Desa Payaman di Ranting Muhammadiyah. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian data kualitatif. metode penelitian kualitatif yang dimaksudkan dengan data adalah segala informasi baik lisan maupun tulis. Di dalam metode penelitian kualitatif, lazimnya data dikumpulkan dengan beberapa teknik pengumpulan data kualitatif, yaitu; 1) Wawancara, 2) Observasi, 3) Dokumentasi, dan 4) Diskusi terfokus (Focus Group Discussion).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sejarah Berdirinya Ranting Muhammadiyah Desa Payaman

Faham dan ideologi Muhammadiyah di Payaman mulai tampak dari Gerakan kepanduan Hizbul Wathan (HW). Kepanduan ini diprakarsai oleh Bapak H. Abu Ma’sum sekitar tahun 1952, dan sekaligus pada saat itu beliau menjabat sebagai ketua HW Payaman.

Pada dekade berikutnya, Muhammadiyah Ranting Payaman beserta ortom – ortomnya berdiri pada tahun 1963. Hal ini berawal dari masa kevakuman ideologi berorganisasi sejak tahun 1960, ketika partai politik Masyumi dibubarkan oleh pemerintah. tahun 1960 sampai dengan 1963, masyarakat desa Payaman dalam melaksanakan kegiatan dan amalan-amalan sosial keagamaan bergabung menjadi satu atap di bawah bimbingan KH. Abdur Rohman (ayahnya KH. Ahmad Rofi’ pemangku Pon Pes Darul Ma’arif).

Pada saat yang bersamaan tokoh-tokoh Masyumi desa Payaman diantaranya H. Chudlori, H. Abdul Karim, Marzuki S, Nuryadi, Sriyadi K. Muntasam dan kawan-kawan mempunyai keinginan dan inisiatif untuk mendirikan organisasi Muhammadiyah, dan terinspirasi dari Cabang Muhammadiyah desa Blimbing. Maka pada tahun 1963 atas izin dan restu KH. Abdur Rohman secara resmi didirikan organisasi Muhammadiyah di bawah pimpinan Bapak H. Chudlori yang sekaligus sebagai ketua. Untuk tahapan pertama sampai dengan tahun 1995 Ranting Muhammadiyah ikut Cabang Paciran karena dulu desa Payaman ikut Kecamatan Paciran. Kemudian tahun 1995 baru mengikuti Cabang Solokuro dan masuk pada Kecamatan Solokuro.

Seiring berjalannya waktu. Organisasi Ranting Muhammadiyah mengalami perkembangan pesat, pada perkembangan sekitar tahun 1980 Muhammadiyah Ranting Payaman yang diakibatkan kondisi demografi, mengharuskan Pimpinan Ranting Muhammadiyah untuk mengadakan pemekaran wilayah Ranting, yaitu Ranting Palirangan dan Ranting Bango. Ranting payaman pada waktu itu di bawah pimpinan Bapak S. Nuryadi. Sedangkan organisasi otonom Ranting Muhammadiyah Payaman juga mengalami hal yang sama yaitu pemekaran wilayah Ranting. Meskipun adanya pemekaran wilayah, hal tersebut tidak menjadi halangan untuk memajukan Ranting Muhammadiyah di berbagai desa.

Program Unggulan Pencerahan Ranting Muhammadiyah Payaman

Budaya dan tradisi dalam masyarakat desa Payaman: Gerakan Ranting Muhammadiyah tergerak untuk mengadakan program kegiatan yang di unggulkan yaitu memberantas hal-hal yang di anggap kurang benar, termasuk TBC (Tahayul, Bid’ah, Churafat). Dengan cara mengadakan pengajian atau pencerahan. Karena masyarakat desa Payaman masih memiliki kebudayaan dan tradisi yang kurang baik, salah satunya masih adanya slametan jumat wage, tahlilan untuk orang yang meninggal, dan lain sebagainya. Juga banyak budaya-budaya dan tradisi kurang baik yang tidak ada hubungannya dengan TBC, tapi tidak menguntungkan masyarakat kecil. Seperti kalau ada sunatan, warga yang datang ke acara sunatan tersebut wajib memberikan uang, entah itu warga kaya ataupun tidak dan undangannya pun di kelompok-kelompokkan antara yang kaya dan miskin, dan itu sudah di berantas oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah secara bertahap dengan adanya program pemberantasan hal yang di anggap kurang baik dan menyimpang.

Sedangkan dalam Situasi: untuk menanggapi masyarakat yang masih mengikuti ajaran-ajaran dahulu dalam bentuk budaya dan tradisi yang kurang baik. Maka Ranting Muhammadiyah bergerak untuk memberikan bimbingan rohani terhadap masyarakat. Dimulai dari kepemimpinan Bapak Nuryadi dan A’isyiyah Ibu Maysaroh yang paling menonjol, sehingga sampai kepemimpinan sekarangpun masih terus berjalan. Bimbingan rohani tersebut seperti adanya kegiatan ta’lim, seminggu sekali yang diadakan melalui organisasi otonom Muhammadiyah yang berada di desa Payaman. Seperti pada organisasi A’isyiyah dilakukan pengajian setiap malem senin. Nasyi’atul Aisyiyah dilakukan pengajian setiap malem jumat dan untuk Ranting Muhammadiyah dilakukan setiap malem sabtu, selain pengajian bimbingan rohani tersebut bisa diterapkan juga seperti mengajarkan nilai-nilai kecil, seperti halnya duduk ketika setelah melakukan sholat itu sudah bernilai ibadah, dosanya di ampuni, di rahmati. Begitupun duduk sebelum shalat. Dari pengertian itulah yang diterapkan kepada masyarakat agar mereka bisa berpartipasi untuk melakukan perubahan-perubahan yang baik, seperti berjamaah dan mengaji bersama. Dan biasanya kegiatan tersebut memang sangat berdampak, sehingga setiap jamaah selalu bertambah barisan sholatnya.

Dalam mengatasi problem social seperti ini. Ranting Muhammadiyah di bantu juga melalui organisasi otonom yang ada, seperti Aisyiyah, NA (Nasyiatul Aisyiyah), Pemuda dan IPM. Dari sisi generasi muda terhadap masyarakat, melakukan program unggulan seperti pembinaan bahaya narkoba, dan lain sebagainya. Terkait pada bulan Ramadhan juga biasanya terdapat banyak penjual, yang ditakutkan adalah mereka lupa dengan ibadahnya, sehingga mereka di datangi dan diberi beras atau uang secukupnya, tidak serta merta mengusir atau melarang untuk berjualan. Sebagai bentuk kepedulian Muhammadiyah. Agar mereka sadar tentang pelaksanaan ibadah dan sholat. Mengingat jualan pada bulan Ramadhan itu memberi peluang yang lumayan besar.

Muhammadiyah juga memiliki program unggulan yang bertujuan untuk mensejaterahkan masyarakat kedepannya. Dengan mengumpulkan dan memberikan infaq shadaqoh setiap panen, setiap rumah warga Muhammadiyah yang mampu didatangi, khusus bagi yang memiki padi memberikannya, kalau tidak ada padi maka digantikan dengan uang. Lalu dikumpulkan untuk dibagikan kepada masyarakat yang kurang mampu, untuk sosial yang berhubungan dengan orang sakit maupun orang meninggal yang kurang mampu. Maka Ranting Muhammadiyah membantu dengan mengadakan santunan, dengan mengumpulkan dana dari berbagai sumber.

Masyarakat yang sejaterah harus memiliki kecerdasan intelektual secara umum mulai sejak dini, sehingga Muhammadiyah mempunyai program untuk mencerdaskan masyarakat melalui berbagai pendidikan. Mulai dari TK, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah, selain Pendidikan sekolah terdapat pendidikan TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) yaitu kegiatan ngaji. Dengan kegiatan megenalkan dan mempelajari tentang membaca dan menghafal Al-Qur’an, di mulai dari juz ke 30 yaitu Juz’amma, kemudian para guru memberikan dan menjandi contoh yang baik bagi anak didiknya dengan mengajarkan etika dan sopan santun yang baik dan benar. Ranting Muhammadiyah juga mengadakan kegiatan yang bernama diniyah ula, diniyah wustha yang baru terembrio.

Dengan kegiatan-kegiatan tersebut atau program itu di harapkan bisa mencerdaskan masyarakat Muhammadiyah di desa payaman. Tapi tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak problem dalam ke-ummatan. Sehingga Ranting Muhammadiyah selalu berinisiatif untuk mengadakan program-program yang bisa mengatasi problem dalam ummat. Seperti yang banyak terjadi dalam hal keorganisasian, pimpinan memang harus pandai harus mampu memilih hal yang benar- benar baik atau buruk bagi masyarakatnya, untuk mengatasi hal tersebut Ranting Muhammadiyah memasang 0° karena hal ini terkait masalah perbedaan persepsi tentang keorganisasian. Perbedaan persepsi inilah yang menjadi panduan beramal pada Muhammadiyah yang bernama Himpunan Tarjih, artinya dipilihkan apa yang lebih bagus, namun demikian dalam terapannya tidak terlalu ragu, semisal untuk berdzikir biasanya Muhammadiyah menerapkan untuk sendiri-sendiri, sedangkan yang lain di komando, pelajaran inilah yang disampaikan pada masyarakat yang berbeda persepsi, tidak memaksakan tapi juga megajarkan yang menurut hadits. Tapi untuk saat ini bisa dilihat jika masyarakat desa payaman sudah sangat damai dan jarang di temukan permasalahan ummat yang mengakibatkan perpecahan.

Tantangan dan Trobosan Ranting Muhammadiyah Dalam Pemberdayaan Ummat

Tantangan untuk masyarakat saat ini yang paling mengkhawatirkan yaitu media, seperti halnya televisi saja hanya sekedar untuk hiburan tanpa ada manfaatnya, pengajian-pengajian dalam bentuk apapun di media tersedia. Yang artinya untuk berkumpul itu mengalami kesulitan karena alasan adanya media-media tersebut, sehingga para tokoh-tokoh Muhammadiyah berpikir apa yang mau mereka dapat, dengan pemikiran itu Gerakan Ranting Muhammadiyah sering mengadakan pengajian dalam rangka peringatan atau menyaji kembali sejarah. Seperti Nuzulul qur’an, atau Maulid Nabi. Untuk sebagai trobosan. Dengan mengambil kiai dari luar kemudian khutbah setelah khutbah ngaji lalu berpisah satu jam, dan berkumpul kembali pada jumatan. Trobosan itulah yang menjadikan agar masyarakat bisa berkumpul untuk mendengarkan pengajian secara langsung, sehingga penyampaian dari pengajian tersebut juga jelas dan tidak lagi terlalu mengandalkan pada media, walaupun tidak ada larangan tertentu.

Selain itu tatangan bagi pemberdaya umat yaitu sulitnya mengadakan infaq dan shadaqah karena para tokoh Muhammadiyah harus pergi dari rumah ke rumah untuk meminta sumber dana tersebut agar bisa dibagikan kepada masyarakat yang lebih membutuhkan. Terkait dengan tantangan tersebut termasuk para guru ngaji atau diniyah itu juga memiliki jumlah keuangan yang kecil, sehingga ada bantuan dari HTKP (Himpunan Tenaga Kerja Perantau) dari negara- negara lain tenaga dari Malaysia. Setiap bulan itu 250 setiap guru, dalam rangka mensupport, untuk proses perbaikan dan pembangunan Menara masjid Al - Jihad juga dapat dukungan dari perantau Malaysia dengan memberikan dana 100juta. Trobosan-trobosan tersebutlah yang membantu pendanaan ranting Muhammadiyah.

KESIMPULAN

Dalam analisis diatas dapat di simpulkan bahwa. Ranting Muhammadiyah adalah jenjang struktural Muhammadiyah setingkat desa, dan merupakan ujung tombak bagi Gerakan dakwah Islamiyah yang dilaksanakan Muhammadiyah [3], dimana kawasan anggotanya mengadakan pengajian secara berkala sekurang-kurangnya satu bulan sekali. Memiliki Mushallah atau surau sebagai pusat kegiatan.. dan memiliki tugas serta tujuan Gerakan Muhammadiyah di Desa tersebut yaitu untuk mengembalikan masyarakat kepada hal yang benar, menurut Al Qur’an dan As Sunnah dan meninggalkan hal-hal yang menyimpang. Dengan adanya struktural yang ada diberbagai desa maupun kota, dengan Gerakan pembaharuan Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Muhammadiyah melakukan pemurnian ajaran Islam, sehingga Muhammadiyah mampu mensejaterahkan dan memajukan masyarakatnya. Dan mengatasi segala tantangan dan masalah ke-ummatan dengan baik.

UCAPAN TERIMA KASIH

Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo yang selalu memberikan dukungan sehingga kami dapat menyelesaikan artikel ini.

References

  1. Jauhari, A. Aktivitas Muhammadiyah dalam bermasyarakat dan bernergara Kabupaten Lamongan, Jurnal politik muda, vol. 5, No. 2, 2016.
  2. Bungin, M. Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
  3. Mukhtar Ali. Teknologi pengelasan untuk meningkatkan sumber daya manusia Ranting Muhammadiyah Tlogomas, Seminar Nasional dan Rekayasa,2018.