Abstract
The study aims to describe the moral sensitivity of students by applying a meaningfull learning model of use in the topic of global warming in secondary school. Research methods use descriptive quantitative research, with pre-experimental design. The data retrieval technique uses Pre-Test and Post-test of moral sensitivity tests. The meaningfull learning model of packaging in secondary school can increase the moral sensitivity of students with N-Gain score of 0.31 which means there is an increase in the medium category, it is also supported by the implementation of learning with good average and the relevant student activity during the learning process. The learning model of the method has 7 syntax, where the use of moral sensitivity is in 6th syntax which is the syntax of usage. In this syntax the concept of natural science is interpreted by associating moral values. Further studies are expected to increase the moral sensitivity of students with high category, so that the learning model of the method is undoubtedly the excess.
PENDAHULUAN
Pendidikan bukan hanya sebuah kegiatan yang bertujuan untuk memberikan ilmu dari seorang pendidik kepada siswa. Lebih luas dari itu pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa dalam hal keagamaan (spiritual), kecerdasan dan juga kecakapan siswa dalam hidup bermasyarakat. Kemajuan dalam bidang teknologi tidak hanya memberikan dampak positif, namun sebagian masyarakat belum siap dengan kemajuan ini sehingga belum dapat memanfaatkan teknologi dengan bijak. Moral juga memiliki faktor penting untuk kehidupan manusia sehari-hari dalam menjalani kehidupan bersama masyarakat [1].
Dalam panduan pendidikan moral untuk siswa SMP dijelaskan bahwa indikator sensitivitas moral dikembangkan menjadi 3 tahapan pendidikan karakter. Pertama, pengetahuan (knowing), kedua, pelaksanaan (acting), dan ketiga, kebiasaan (habit). Lulusan SMP sebagai terminal dari pendidikan dasar, seharusnya memiliki sifat dasar yang memadai. Kemampuan untuk memiliki sifat itu dilandasi oleh pemikirannya terhadap etos kerja, tanggung jawab, sejumlah keterampilan, kesungguhan, ketuntasan, kemandirian, jati diri, dan kerjasama, serta sifat sosial dan budaya yang adaptif terhadap lingkungannya. Lulusan SMP merupakan akhir dari wajib belajar 9 tahun [2].
Berdasarkan hasil observasi awal diperoleh bahwa 75% orang belajar lewat pengamatan terhadap sesuatu yang terjadi di lingkungannya. Melalui pengamatan seseorang melihat berbagai bentuk perilaku, “merekam” perilaku itu didalam benaknya, selanjutnya meniru, kemudian memproduksinya pada saat mereka membutuhkannya [4]. Penelitian yang dilakukan Putra, dkk diperoleh bahwa perangkat pembelajaran IPA Biologi berbasis model pembelajaran inovatif melalui pemaknaan pada pokok bahasan sistem pernapasan manusia efektif membelajarkan IPA dan menumbuhkan sensitivitas moral siswa SMP [5]. Penelitian selanjutnya oleh Pertiwiningrum, dkk diperoleh bahwa hasil belajar sikap moral pada aspek pengetahuan moral (moral knowing), perasaan moral (moral feeling), dan tindakan moral (moral acting) mencapai 100% tuntas dengan kategori sangat baik. Saran yang diusulkan adalah perlu dikembangkan perangkat pembelajaran berkarakter pada pokok bahasan yang berbeda untuk menanamkan nilai-nilai karakter kepada peserta didik [6].
Hal ini juga didukung oleh penelitian oleh Sartika dengan hasil sensitivitas moral sebesar 91,6, di mana hasil belajar ini meningkat signifikan dari nilai pretestnya. Berdasarkan hasil dan diskusi penelitian, dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran fisika berorientasi model pembelajaran inovatif melalui pemaknaan yang berkualitas mampu meningkatkan hasil belajar dan sensitivitas moral siswa SMP [7]. Penelitian oleh Markiah, dkk diperoleh hasil penerapan model pembelajaran inovatif melalui pemaknaan dapat meningkatkan hasil belajar dan menumbuhkan karakter disiplin dan tanggung jawab siswa SMP kelas VII [8]. Penelitian dilakukan oleh Sudiyono, dkk diperoleh hasil kepraktisan perangkat pembelajaran ditinjau dari keterlaksanaan RPP dan aktivitas siswa sesuai dengan tahap-tahap pada model pemaknaan; dan perangkat pembelajaran efektif ditinjau dari ketuntasan hasil belajar siswa pada aspek sensitivitas moral. Peningkatan sensitivitas moral dengan kategori sensitif yang ditunjukkan 80,98% siswa setelah pembelajaran mencapai tingkatan sensitif, dan efektif untuk melatihkan sensitivitas moral siswa SMP [9].
Berdasarkan kajian tentang penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka peneliti bermaksud untuk mengukur sensitivitas moral siswa pada materi IPA yang berbeda yaitu Pemanasan Global. Sensitivitas moral pada diri seseorang mempunyai tingkatan yang berbeda, secara garis besar juga menyebutkan hal yang serupa dari setiap perasaan moral (moral feelings). Berikut akan dijabarkan tingkatan dari sensitivitas moral: Tingkatan Sensitif, Tingkatan Egosentris, Tingkatan Rasional, Tingkatan Tidak Sensitif. Harapan peneliti adalah dengan adanya peningkatan sensitivitas moral siswa dengan mengimplementasikan model pembelajaran pemaknaan pada mata pelajaran IPA di SMP Bilter Al-Amanah Junwangi yaitu dengan menghubungkan konsep materi IPA dengan kehidupan di sekitarnya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif deskriptif jenis eksperimen dengan menggunakan desain pre-eksperimen dengan populasi kelas VII di SMP Bilter Al-Amanah Junwangi, dengan sampel kelas VII F sebanyak 32 siswa. Perangkat pembelajaran yang dibuat adalah silabus, RPP, BAS, dan LKS. Instrumen penelitian meliputi lembar keterlaksanaan RPP dan soal sensitivitas moral. Teknik pengumpulan data adalah observasi dan tes. Teknik analisis data menggunakan analisis statistika deskriptif kuantitatif, dengan menggunakan Nilai N-gain dan dibandingakan dengan hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data hasil penelitian tentang keterlaksanaan pembelajaran selama 3x pertemuan disajikan dalam Tabel 1.1 berikut ini: Table 1
Sintaks | Rerata Skor Pertemuan ke- | |||||
I | Ket | II | Ket | III | Ket | |
Mengorientasikan siswapada masalah dari fenomena | 3,80 | SB | 3,80 | SB | 3,91 | SB |
Merancang prosespenyelesaian masalah | 3,50 | SB | 3,50 | SB | 3,75 | SB |
Melakukan penyelidikan | 3,75 | SB | 4,00 | SB | 3,75 | SB |
Mengkomunikasikan hasil | 4,00 | SB | 4,00 | SB | 4,00 | SB |
Negoisasi dan konfirmasi | 4,00 | SB | 4,00 | SB | 4,00 | SB |
Pemaknaan | 3,50 | SB | 4,00 | SB | 4,00 | SB |
Refleksi | 4,00 | SB | 3,50 | SB | 4,00 | SB |
Keterangan: SB = Sangat Baik
Berdasarkan Tabel 1.1, diperoleh bahwa keterlaksanaan pembelajaran dengan rata-rata kategori sangat baik. Hal ini terbukti dalam setiap sintaks model pembelajaran pemaknaan terlaksana dengan kategori sangat baik (SB).Table 2
Aspek Aktivitas | Pertemuan ke- (%) | Koef.R (%) | |||
1 | 2 | 3 | |||
Siswa memahami fenomena untuk merumuskan masalah. | 72,92 | 75,00 | 70,83 | 73,96 | 95,95 |
Siswa mampu merancang proses penyelesaian masalah. | 68,75 | 85,42 | 70,83 | 73,44 | 85,98 |
Siswa melakukan investigasi/ penyelidikan. | 70,83 | 75,00 | 72,92 | 73,96 | 95,95 |
Siswa memperesentasikan hasil investigasi/ penyelidikan. | 85,42 | 68,75 | 66,67 | 76,56 | 89,63 |
Siswa membuat kesimpulan dari konsep yang disampaikan. | 75,00 | 75,00 | 68,75 | 71,88 | 95,83 |
Siswa memaknai konsep ke dalam nilai-nilai yang terkandung dalam Al Quran dan Al Hadis. | 85,42 | 79,17 | 77,08 | 75,00 | 79,17 |
Siswa melakukan refleksi dari konsep dan maknanya. | 75,00 | 90,00 | 82,81 | 92,98 | 80,21 |
Siswa melakukan perilaku yang tidak relevan. | 8,33 | 8,33 | 8,33 | 8,33 | 100,00 |
Pada Tabel 1.2, menunjukkan bahwa aktivitas siswa lebih dari 70% untuk aktivitas yang relevan dengan kegiatan pembelajaran, sedangkan aktivitas siswa yang tidak relevan sangat rendah yaitu sebesar 8,33% untuk masing-masing pertemuan.
- Data Keterlaksanaan Pembelajaran
- Data Aktivitas Siswa
- Data Hasil Tes Sensitivitas Moral Siswa
3. Data Hasil Tes Sensitivitas Moral Siswa Table 3Table 3Table 3
Kategori N-gain | Persentase(%) |
Tinggi | 31,25 |
Sedang | 31,25 |
Rendah | 37,50 |
Berdasarkan Tabel 1.3, nilai sebaran hasil tes sensitivitas moral siswa dengan kategori rendah paling besar yaitu 37,50%. Pada kategori rendah, rata-rata nilai post-test siswa mengalami penurunan dari nilai pre-test.
Dari tabel 1.1 menunjukkan bahwa proses pembelajaran pada pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga telah terlaksana dengan sangat baik. Meskipun masih ada beberapa kekurangan dan hambatan. Hambatan yang paling sering ditemui adalah kurang efektifnya waktu pembelajaran dengan waktu yang telah disusun sebelumnya dalam perangkat pembelajaran. Selain itu siswa juga masih belum terbiasa dengan model pembelajaran inovatif melalui pemaknaan sehingga pada pertemuan pertama mereka masih kebingungan dalam melaksanakan pembelajaran. Masalah yang dialami pada sintaks pertama pertemuan pertama adalah siswa yang diamati adalah siswa kelas VII F yang masih melakukan adaptasi dari lingkungan Sekolah Dasar (SD) menuju Sekolah Menengah Pertama (SMP) sehingga rasa individualnya masih sangat besar.
Menurut Mulyasa (2006), perencanaan yang baik akan membantu guru dalam proses kegiatan belajar mengajar [11]. Ketercapaian tujuan pembelajaran juga dipengaruhi oleh bagaimana strategi RPP dirancang yang pastinya sesuai dengan karakteristik siswa yang akan diajar. Guru dalam mengajar IPA selain memperhatikan karakteristik siswa juga perlu untuk memperhatikan karakteristik materi ajarnya.
Berdasarkan Tabel 1.2, menunjukkan bahwa aktivitas siswa relevan dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan yaitu dengan impmentasi model pembelajaran pemaknaan. Persentase aktivitas siswa melebihi 70%, artinya siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Yamin (2007), aktivitas belajar dapat terindikasikan pada saat siswa belajar secara aktif. Definisi belajar aktif yaitu usaha manusia dalam membangun pengetahuan yang ada pada dirinya, di mana akan menghasilkan suatu perubahan dan peningkatan baik kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan [12].
Berdasarkan Tabel 1.3, diperoleh bahwa persentase peningkatan nilai sensitivitas siswa dengan kategori rendah paling besar yaitu 37,50%. Hal ini dikarenakan kenaikan skor yang terjadi tidak begitu besar. Berdasarkan Tabel 1.2, terdapat 62,50% siswa mengalami peningkatan sensitivitas moral siswa, dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada pengaruh peningkatan sensitivitas moral siswa sebelum dan sesudah terjadinya proses pembelajaran inovatif melalui pemaknaan.
KESIMPULAN
Berdasarkan rumusan masalah serta temuan penelitian dan pembahasan diperoleh hasil bahwa simpulan pada penelitian ini adalah implementeasi model pembelajaran pemkanaan terlaksana dengan kategori Sangat Baik (SB) pada tiap pertemuan; aktivitas siswa cukup relevan dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan; dan ada peningkatan sensitivitas moral siswa sebesar 62,50% dengan kategori peningkatan sedang.
UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Guru IPA SMP Bilter Al-Amanah Junwangi bu Rosita, S.Pd. yang membantu peneliti dalam melaksanakan pengambilan data hingga selesai, serta siswa kelas VII F SMP Bilter Al-Amanah Junwangi tahun ajaran 2017/2018 yang telah bersedia menjadi sumber data dan subjek penelitian.
References
- Megawangi, R. 2007. Pendidikan Karakter Solusi yang Tepat Untuk Membangun Bangsa. Jakarta:Indonesia Heritage Foundation.
- Djohar. 2003. Pendidikan Strategik: Alternatif untuk Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta. Halaman 48
- Tim Pendidikan Karakter Kemendiknas.2010. Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. Tidak Diterbitkan. Hal 19-20
- Ibrahim,muslimin.2014. Model Pembelajaran Inovatif melalui Pemaknaan (Belajar perilaku positif dariAlam).Surabaya. UNIVERSITY PRESS. Hal.56
- Putra, Irwan Syah, Muslimin Ibrahim, ZA. Imam Supardi.(2014).Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Biologi Berbasis Model Pembelajaran Inovatif Melalui Pemaknaan dalam Pembelajaran IPA Dan Penumbuhan Sensitivitas Moral. Vol. 3.304
- Pertiwiningrum .Agustina,Muslimin Ibrahim,Yuni Sri Rahayu. (2013). Implementasi Perangkat Pembelajaran Berkarakter.Vol 2.204
- Sartika,Septi Budi. (2011).Pemaknaan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.Vol 1.Hal 65
- Markiah, Dewi, Rudiana Agustini, Toeti Koestiari,(2015)Model pembelajaran inovatif melalui pemaknaan Pada Materi Sistem Organisasi Kehidupan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Menumbuhkan Karakter Siswa SMP . Vol 4. Hal 591
- Sudiyono, Abdul Hamid, Wahono Widodo,Endang Susantini.Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model Pemaknaan Pada Materi Gelombang Dan Bunyi Untuk Melatihkan Sensitivitas Moral Siswa SMP. Vol 5.
- Hal 811
- Fraenkel, Jack R. 1977. How to Teach about Value an analytic Approach. New Jersey: Prentice Hall.
- Mulyasa, E. (2006). Kurikulum yang disempurnakan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
- Yamin, Martinis. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press dan Center for Learning Innovation (CLI).