Abstract

The purpose of this study was to determine the relationship of peer conformity and permissive parenting with the discipline behavior of class XI and XII students at Sidoarjo High School. This research is a quantitative correlational study using multiple regression methods. The research subjects used 222 students consisting of grade XI and XII Natural Sciences and Social Sciences students. Determination of research subjects using quota sampling techniques. The method of data collection uses a psychological scale, namely the Likert scale. The results of the study indicate that there is a negative relationship between peer conformity and permissive parenting with the discipline behavior of class XI and XII students at Sidoarjo High School. With a significance value of 0,000 <0.05 with a correlation coefficient of 0, 285 and a coefficient of determination of 7.3%. But this research cannot provide a large contribution. The implications for this study for students are expected to be more selective in choosing friends, while for parents it is expected to be more selective with whom children make friends, for the school can choose activities that are good for students and give parenting to parents about parenting.

PENDAHULUAN

Salah satu periode dalam perkembangan manusia adalah masa remaja. Remaja dari kata adolescere yang berarti tumbuh ke arah kematangan yaitu berupa kematangan fisik dan sosial-emosi [1]. Perkembangan yang terjadi pada masa remaja yaitu : 1) perubahan fisik: merupakan sebuah perubahan yang berlangsung secara fisik, tak terkendali di bagian otak serta seksualitas 2) perubahan kognitif: menurut teori Piaget pada masa remaja individu menjadi lebih mampu berfikir abstrak, idealis, dan logis dan lebih mampu bernalar secara hipotesis-deduktif, juga dalam memproses informasi hingga remaja mampu mengambil keputusan dan berfikir kritis 3) perubahan sosial-emosi [2]. Usia remaja berada pada usia 11-18 tahun, biasanya pada usia ini remaja tengah menempuh pendidikan di SMA ( Sekolah Menengah Atas). Pendidikan formal Sekolah Menengah Atas ( SMA ) yaitu merupakan jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan penyiapan siswa untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dengan pengkhususan [3].

Remaja yang mampu dalam menuntaskan tugas perkembangannya, menimbulkan dampak perilaku ke arah positif. Yang dibuktikan dengan hasil wawancara dengan guru BK dan siswa-siswi yang ada di sekolah SMA Swasta di Sidoarjo :

“tingkat disiplin siswa-siswa yang berada di SMA Swasta di Sidoarjo sudah cukup bagus walaupun ada beberapa siswa yang tidak disiplin dan terkadang mereka berangkangkatnya mepet dengan jam masuk”

Namun di dalam perilaku disiplin siswa, juga muncul kurangya perilaku disiplin. Salah satu contohnya seperti yang di kutip dari media masa di bawah ini :

“ 18 pelajar bolos di Sidoarjo terjaring razia, 6 di antaranya diamankan saat teler usai pesta miras. Jumat (15/3) siang tadi, Yudi Kurniawan seharusnya tengah duduk di kelas mendengarkan penjelasan guru. Namun, dia bersama tujuh temannya justru sedang asyik ngopi di warkop. Alhasil siswa salah satu SMAN itu pun terjaring operasi pekat yang digelar Satpol PP. Dalam razia tersebut total 18 siswa diamankan [4]”

Hasil observasi pada hari rabu 20 maret pada pukul 08.00 wib, di sebuah warung X terdapat segerombolan siswa SMA Avisena yang masih berseragam lengkap tengah nongkrong di salah satu warung. Aktivitas yang mereka lakukan di warung tersebut di antaranya merokok, bermain handphone.

Hasil kutipan wawancara dengan beberapa siswa yang sedang membolos dan berada diwarung X pada hari rabu tanggal 20 maret 2019 dan melakukan wawancara dengan guru BK SMA Swasta di Sidoarjo :

“ di sekolah tersebut siswa yang membolos memang sengaja tidak hadir dan terkadang mereka sudah berangkat namun pergi nongkrong di warung belakang sekolah. Faktor yang mempengaruhi yaitu salah satunya karena memang mereka rata-rata dari pondok sehingga mereka tidak hadir karena ketiduran sampai sini sudah masuk tetapi banyak juga yang di pengaruhi oleh teman-temanya. Yang terlihat saat ini kelas XI dan kelas XII karena yang kelas X baru masuk.”

Berdasarkan fakta di atas baik informasi dari media massa maupun hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti di dapatkan gambaran tentang perilaku disiplin yang dilakukan oleh siswa dan gambaran tentang kurangnya perilaku disiplin.

Menurut Prijodarminto [5] disiplin merupakan sebuah kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan, dan ketertiban. Aspek-aspek dalam perilaku disiplin yaitu ada tiga aspek mengenai kedisiplinan yaitu : 1) sikap mental 2) pemahaman yang baik mengenai peraturan 3) sikap yang wajar [5]. Faktor-faktor yang mempenaruhi perilaku disiplin yaitu menurut Unaradjan dalam Yuliantika [6] yaitu: 1) faktor eksternal, yang meliputi keadaan keluarga ( pola asuh orang tua, keharmonisan keluarga ) , keadaan lingkungan sekolah ( sarana prasarana sekolah, teman sebaya, guru, siswa, teman bermain ), keadaan lingkungan masyarakat ( interaksi individu dengan lingkungan yang lebih luas ) . 2) faktor internal ( keadaan fisik dan psikis seseorang ). Perilaku manusia yang di mulai dari masa kecil di pengaruhi oleh keluarga salah satunya yaitu pola asuh, namun seiring berjalannya perkembangan anak lingkungan juga dapat mempengaruhi yaitu konformitas teman sebaya.

Menurut Baron & Byrne [7] konformitas adalah tendensi untuk mengubah keyakinan atau perilaku seseorang agar sesuai dengan perilaku orang lain. Sedangkan menurut Yusuf dalam Darussalam [8] Konformitas teman sebaya adalah kecenderungan individu untuk mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran (hobby) atau keinginan teman sebaya. Dapat disimpulkan bahwa konformitas teman sebaya merupakan tendensi untuk merubah opini, pendapat, kebiasaan yang sesuai dengan teman sebaya yang dianutnya.

Penelitian yang di lakukan oleh Gommans et al., [9] yang berjudul “popularity, likeability, and peer conformity: four field experiments” di dapatkan hasil bahwa remaja lebih cenderung untuk menyesuaikan diri dengan teman sebayanya yang memiliki status yang lebih tinggi, remaja juga lebih cenderung suka dengan hal yang di sukai oleh temannya daripada kesukaan mereka sendiri.

Selain faktor konformitas teman sebaya, pola asuh juga dapat mempengaruhi perilaku seseorang karena sejak kecil mereka sudah berada pada setting keluarga, Pola asuh merupakan proses interaksi antara orang tua dan anak dalam mendukung perkembangan fisik, sosial, intelektual dan spiritual sejak anak dalam kandungan sampai dewasa. Bentuk-bentuk pola asuh orang tua menurut Baumrind dalam Santrock [2] yaitu : 1) pengasuhan otoritarian 2) pengasuhan otoritatif 3) pengasuhan yang melalaikan 4) pengasuhan yang memanjakan.

Menurut Iqbo, dalam Muin [10] menyebutkan bahwa masalah disiplin dan prestasi akademik yang buruk yang menyebabkan siswa tidak datang ke sekolah disebabkan dari orang tua.Hal ini di dukung oleh penelitian yang di lakukan oleh Katsura & Toshiki [11] yang berjudul “role of parenting style in children’s behavioral problems through the transition from preschool to elementary school according to gender in japan” yang didapatkan hasil bahwa gaya pengasuhan permisif dan otoriter orang tua dapat mempengaruhi perilaku anak secara negatif, dalam penelitian ini juga di sebutkan bahwa anak yang memperoleh gaya pengasuhan permisif yaitu anak yang cenderung memiliki kontrol diri rendah dan memiliki agresifitas tingggi.

Siswa yang memiliki konformitas teman sebaya tinggi dan pola asuh permisif tinggi, dimana remaja mendapatkan sosial normatif dan pengaruh informasional tinggi dari teman sebayanya di tambah dengan kontrol yang rendah dari orang tuanya, perasaan tidak di terima di dalam keluarga membuat remaja tidak disiplin saat di sekolah, karena anak yang mendapatkan pola asuh permisif dia tidak tahu aturan dan norma sebab orang tuanya tidak memberikan itu di rumah di tambah dengan konformitas teman sebayanya yang tinggi yang selalu memberikan tuntutan-tuntutan atau aturan yang ada di komunitas tersebut yang harus ditaati oleh remaja tersebut. sedangkan siswa yang memiliki konformitas teman sebaya rendah dan pola asuh permisif rendah, dimana remaja mendapatkan sosial normatif dan informasional rendah dari teman sebayanya di tambah dengan kontrol yang tinggi dari orang tuanya, perasaan di terima di dalam keluarga membuat remaja disiplin saat di sekolah, karena remaja tau tugas-tugas yang harus dia lakukan aturan-aturan apa saja yang harus dia taati saat berada di sekolah sebab saat dia berada di rumah hal itu sudah diterapkan oleh orang tuanya mengenai aturan sehingga saat di sekolah remaja bisa menerapkan dan saat dia mendapatkan sosial normatif dan pengaruh informasional dari teman sebayanya dan itu tidak sesuai dengan dirinya dia akan menolak, sehingga berdampak pada perilaku disiplinnya yang tinggi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Antara Konformitas Teman Sebya dan Pola Asuh Permisif dengan Perilaku Disiplin Pada Siswa Kelas XI dan XII SMA Swasta Di Sidoarjo.

Manfaat secara teoritis dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan ide-ide atau masukan yang dapat bermanfaat dan berguna bagi psikologi, salah satunya psikologi pendidikan dalam siswa yang nantinya akan berguna sebagai acuan dalam melakukan penelitian tentang Konformitas Teman Sebaya dan Pola Asuh Permisif Dalam Perilaku Disiplin. Manfaat Praktis :Bagi siswa Sebagai bahan informasi bagi siswa untuk dapat memperoleh gambaran tentang konformitas, pola asuh permisif, perilaku disiplin, dampak konformitas dalam perilaku disiplin, dan dampak pola asuh permisif terhadap perilaku disiplin siswa. Bagi sekolah : Sebagai informasi untuk pihak sekolah sebagai upaya untuk meningkatkan kedisiplinan siswa berdasarkan konformitas yang di jalani oleh siswa dan pola asuh yang di peroleh oleh siswa terutama pola permisif.

TINJAUAN PUSTAKA

SMA merupakan jenjang pendidikan menengah atas yang mengutamakan kesiapan siswa untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dengan pengkhususan [3]. Perwujudan pengkhususan tersebut berupa diselenggarakanya penjurusan di mulai di kelas XI (sebelas), yakni, penjurusan pada Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Berdasarkan ketentuan dan syarat PPDB SD, SMP dan SMA, rata-rata usia siswa SMA di indonesia adalah sekitar 15-18 tahun. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Siswa Sekolah Menengah Atas ( SMA ) Kelas XI dan XII adalah individu yang memiliki usia 15-18 tahun yang sedang berusaha mengembangkan dirinya melalui jenjang dan jenis pendidikan tertentu, yang lebih mengutamakan kesiapan diri untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dengan menggunakan sistem pengkhususan yaitu IPA atau IPS sebagai lanjutan dari SMP atau MTS atau sederajat.

Menurut Prijodarminto [5] perilaku disiplin merupakan suatu kondisi yang tercipta atau terbentuk dimulai dari serangkaian proses perilaku yang menunjukkan ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan atau ketertiban. Dampak dari perilaku disiplin yaitu : 1) tidak menganggap remeh suatu pekerjaan 2) mempergunakan waktu sebaik mungkin atau tidak banyak mengulur waktu 3) mempunyai sikap tanggung jawab yang besar [12]. Aspek dalam perilaku disiplin yaitu Sikap mental ( mental attitude ) , Pemahaman yang baik mengenai sistem peraturan perilaku, norma, kriteria dan standar, Sikap kelakuan yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib [5]. Faktor-faktor yang mempenaruhi perilaku disiplin yaitu menurut Unaradjan dalam Yuliantika [6] yaitu: 1) faktor eksternal, yang meliputi keadaan keluarga ( pola asuh orang tua, keharmonisan keluarga ) , keadaan lingkungan sekolah ( sarana prasarana sekolah, teman sebaya, guru, siswa, teman bermain ), keadaan lingkungan masyarakat ( interaksi individu dengan lingkungan yang lebih luas ) . 2) faktor internal ( keadaan fisik dan psikis seseorang ). Perilaku manusia yang di mulai dari masa kecil di pengaruhi oleh keluarga salah satunya yaitu pola asuh, namun seiring berjalannya perkembangan anak lingkungan juga dapat mempengaruhi yaitu konformitas teman sebaya.

Menurut Baron & Byrne [7] konformitas merupakan suatu tendensi yang dapat mengubah keyakinan atau perilaku seseorang agar sesuai dengan perilaku orang lain atau standar orang lain. Aspek-aspek dalam konfromitas teman sebaya yaitu Pengaruh sosial normatif (normative social influence) sosial normatif terjadi ketika seorang individu mengubah perilaknya agar dapat menyesuaikan dirinya dengan norma atau aturan yang ada pada kelompok atau standar kelompok agar kita diterima secara sosial [13]. Pengaruh informasional (informational social influence) individu bergantung pada kelompok sebagai sumber informasi untuk dirinya. Dampak konformitas teman sebaya Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Tome, Matos, Simoes, Camacho, & AlvesDiniz [14] dengan judul “how can peer group influence the behavior of adolescents: explanatory model” di dapatkan hasil bahwa peran teman sebaya mungkin berhubungan dengan perilaku berisiko seperti : kekerasan, kesejahteraan, kesehatan dan pendapat tentang sekolah, secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh dari teman sebaya apakah berdampak positif atau negatif dapat dikaitkan dengan jenis perilaku yang diadopsi oleh anak itu sendiri.

Menurut Hurlock [15] pola asuh permisif merupakan pola asuh yang menggunakan peraturan sedikit terhadap anak, anak di perbolehkan berbuat apa saja yang dia inginkan, orang tua tidak memberi pengarahan tentang perbuatan anaknya yang benar atau salah, sehingga menyebabkan anak sulit untuk di bombing dan anak lebih mementingkan dirinya karena pola asuh orang tua yang terlalu longgar. Menurut Hurlock dalam, Rahman, Mardhiah, & Azmidar [16] aspek-aspek pola asuh permisif yaitu : Kontrol terhadap anak kurang, Pengabaian keputusan, Orangtua bersifat masa bodoh, Pendidikan bersifat bebas. Dampak dari pola asuh permisif berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Niaraki & Rahimi [17] dengan judul “the impact of authoritative, permissive and authoritarian behavior of parents on self-concept, psychological health and life quality” mengatakan bahwa anak yang mendapatkan pola asuh permisif memiliki kesehatan mental yang kurang, harga diri yang kurang baik dan kualitas hidup yang kurang.

HIPOTESIS

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu : 1) Ada hubungan negatif antara konformitas teman sebaya dan pola asuh permisif dengan perilaku disiplin siswa kelas XI dan XII SMA swasta di Sidoarjo 2) Ada hubungan negatif antara konformitas teman sebaya dengan perilaku disiplin siswa kelas XI dan XII SMA swasta di Sidoarjo 3) Ada hubungan negatif antara pola asuh permisif dengan perilaku disiplin siswa kelas XI dan XII SMA swasta di Sidoarjo.

METODE PENELITIAN

Penlitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode penelitian kuantitatif korelasional ganda dan regresi ganda. Tujuan menggunakan metode ini yaitu untuk mengukur hipotesis mayor dan hipotesis minor.

Subjek penelitian ini merupakan siswa kelas XI yang berjumlah 160 siswa dan kelas XII berjumlah 160 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan quota Sampling dan menggunakan tabel Isaac dan Michael dengan taraf kesalahan 5% sehingga di peroleh sampel sebanyak 110 siswa untuk kelas XI dan XII.Table 1 Table 2

Kelas Jumlah siswa
XI IPA 1 32/160 ×110 = 22
XI IPA 2 32/160 ×110 = 22
XI IPA 3 32/160 ×110 = 22
XI IPS 1 32/160 ×110 = 22
XI IPS 2 32/160 ×110 = 22
Table 1.quota sampling kelas XI
XII IPA 1 40/160 ×110 = 28
XII IPA 2 40/160 ×110 = 28
XI IPS 1 40/160 ×110 = 28
XI IPS 2 40/160 ×110 = 28
Table 2.quota sampling kelas XII

Jadi jumlah sampel untuk setiap kelas XI yaitu sebesar 22 dan untuk setiap kelas XII yaitu sebesar 27,5, karena nilainya pecahan maka di bulatkan menjadi 28 sehingga jumlah sampel untuk setiap kelas XII yaitu 28.

Teknik pengumpulan data menggunakan 3 skala yaitu skala konformitas teman sebaya yang disusun oleh peneliti berdasarkan aspek dari Baron dan Byrne [7] yang di uji menggunakan validitas isi dengan nilai validitas yang bergerak dari 0,163 samapi 0,72 dan nilai reabilitas 0,855. Skala pola asuh permisif yang disusun oleh peneliti berdasarkan aspek dari Hurlock [15] yang diuji menggunakan validitas isi dengan nilai validitas yang bergerak dari 0,304 samapi 0,776 dan nilai reabilitas 0,942.Skala perilaku disiplin yang disusun oleh peneliti berdasarkan aspek dari Prijodarminto [5] yang di uji menggunakan validitas isi dengan nilai validitas yang bergerak dari -0,565 samapi 0,760 dan nilai reabilitas 0,929. Selain menggunakn validitas isi ini juga menggunakan pertimbangan dari professional judgment untuk menentukan kesesuaian aitem-aitem yang ada dengan kaidah penyusunan skala. Analisis data untuk uji asumsi prasyarat yaitu menggunakan uji normalitas, linearitas dan multikolinearitas, sedangkan analisis data untuk uji hipotesis menggunakan korelasi ganda dan regresi ganda dengan bantuan program SPSS 18 for windows.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sebelum melakukan uji hipotesis di lakukan uji prasyarat diantaranya yaitu : a) Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data bertribusi normal atau tidak. Hasil analisis di dapatkan bahwa konformitas teman sebaya memiliki distribusi normal dengan nilai 0,281 > 0,05. Pola asuh memiliki distribusi normal dengan nilai 0,511 > 0,05. Analisis uji normalitas data perilaku disiplin berdistribusi normal karena nilai 0,794 > 0,05. Sehingga dapat dikatakan bahwa semua data berdistribusi normal. b) Uji linearitas digunakan untuk mengatahui kedua variabel memiliki hubungan linear atau tidak. Analisis data konformitas teman sebaya (X1) memiliki pola data linear karena nilai deviation from linearity sebesar 0,849 > 0,05. Analisis data pola asuh permisif (X2) memiliki data linear karena nilai deviation from linearity sebesar 0,404 > 0,05. c) Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah di antara variabel terjadi hubungan atau tidak. Variabel yang menyebabkan multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance yang lebih kecil dari 0,1 atau nilai VIF yang lebih besar daripada nilai 10 Hair et al dalam Purnomo [18]. Hasil analisis data uji multikolinearits di dapatkan nilai tolerace sebesar 0,946 yang memiliki arti bahwa nilai 0,946 > dari 0,1 maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi multikorelinearitas, sedangkan nilai VIF sebesar 1,057 yang memiliki arti bahwa nilai 1,057 < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas. Sehinga dua variabel X ini yaitu konformitas teman sebaya dan pola asuh permisif tidak memiliki hubungan antara satu dan lainya dan dapat digunakan untuk melakukan uji hipotesis.

Setelah uji prasyarat di penuhi maka peneliti melakukan uji hipotesis yaitu yang pertama ada hubungan negatif antara konformitas teman sebaya ( X1) dan pola asuh permisif (X2) dengan perilaku disiplin (Y) siswa kelas XI dan XII SMA Swasta di Sidoarjo hasil penelitian dapat di lihat pada tabel 1 analisis regresi ganda tabel 1.

Model Summary

Table 3

Model R R Square Adjusted R Square Adjusted R Square Change Statistics
R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change
1 ,285a ,081 ,073 12,806 ,081 9,697 2 219 ,000
Table 3.a, Predictors; (Constant), pola asuh permisif, konformitas teman sebaya
a. Predictors: (Constant), pola asuh permisif, konformitas teman sebaya
Table 4.

Berdasarkan hasil uji Regresi Ganda di peroleh hasil signifikansi sebesar 0,000. 0,000 < 0,05 yang artinya kedua variabel yaitu konfomitas teman sebaya dan pola asuh permisif secara simultan memiliki hubungan dengan varibael y yaitu perilaku disiplin. Sehingga H1 di terima yang artinya ada hubungan negatif antara konformitas teman sebaya dan pola asuh permisif dengan perilaku disiplin siswa kelas XI dan XII SMA Swasta Di Sidoarjo. Sedangkan nilai koefisien korelasi sebesar 0, 285.

Hal ini disebabkan karena perilaku manusia pada masa kecil di pengaruhi oleh keluarga salah satunya yaitu pola asuh, dimana remaja sudah di terapkan perilaku kurang disiplin dengan seiring masa perkembanganya remaja mencari sosok lain yang ada dalam dirinya karena pada masa remaja ini berada tahap pencarian jati diri sehingga remaja mudah terpengaruh. Pola asuh merupakan proses interaksi antara orang tua dan anak dalam mendukung perkembangan fisik, sosial, intelektual dan spiritual sejak anak dalam kandungan sampai dewasa. Bentuk-bentuk pola asuh orang tua menurut Baumrind dalam Santrock [2]

Penelitian ini di perkuat oleh Budikuncoroningsih [19] dengan judul “pengaruh teman sebaya dan persepsi pola asuh orang tua terhadap agresivitas siswa di sekolah dasar gugus sugarda” di dapatkan hasil bahwa ada pengaruh antara teman sebaya dan persepsi pola asuh orang tua terhadap agresivitas siswa di sekolah dasar gugus sugarda dan disimpulkan juga bahwa persepsi pola asuh orang tua yang paling dominan adalah pola asuh acuh tak acuh yaitu dengan presentase 83,87%, pola asuh otoriter, pola asuh permisif dan pola asuh otoritatif. Di perkuat dengan penelitian yang di lakukan oleh Setyaningrum [20] dengan judul “hubungan konformitas dan pola asuh orangtua dengan perilaku tawuran remaja di kelurahan loa buah samarinda” di dapatkan hasil bahwa terdapat hubungan konformitas dan pola asuh orangtua dengan perilaku tawuran remaja di kelurahan loa buah samarinda.

Uji hipotesis yang kedua yaitu ada hubungan negatif antara konformitas teman sebaya ( X1) dengan perilaku disiplin (Y) siswa kelas XI dan XII SMA Swasta di Sidoarjo. Berdasarkan uji Korelasi Ganda Pearson pada tabel 2 di peroleh hasil signifikansi sebesar 0,016 yang artinya nilai 0,016 < 0,05. Sehingga H2 diterima yang artinya ada hubungan negatif antara konformitas teman sebaya dengan perilaku disiplin siswa kelas XI dan XII SMA Swasta Di Sidoarjo. Sedangkan nilai rxy sebesar -0.144

Siswa yang banyak menyesuaikan diri dengan norma atau aturan yang ditetapkanoleh kelompok dan selalu bergantung pada informasi dari kelompoknya maka siswa mudah sekali untuk terpengaruh dan bisa berbuat apa yang di lakukan oleh kelompok dan bisa mengarah ke hal yang negatif yaitu dalam hal perilaku disiplin namun ketika siswa tidak banyak menyesuaikan diri dengan kelompok dan tidak bergantung pada informasi yang diberikan oleh kelompok maka perilaku disiplin nya akan nampak.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lahno & Serra-Garcia [21] dengan judul “peer effects in risk taking: envy or conformity?” di dapatkan hasil bahwa pengaruh teman sebaya sangat besar untuk penentuan sikap seseorang di dalam sebuah lingkungan. Diperkuat dengan penelitian yang di lakukan oleh Gommans et al [9] yang berjudul “popularity, likeability, and peer conformity: four field experiments” di dapatkan hasil bahwa remaja lebih cenderung untuk menyesuaikan diri dengan teman sebayanya yang memiliki status yang lebih tinggi, remaja juga lebih cenderung suka dengan hal yang di sukai oleh temannya daripada kesukaan mereka sendiri. Menurut Charlotte & Yulia [22] bahwa teman sebaya merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan seseorang menjadi baik atau bahkan menjadi buruk. Keinginan untuk diterima menjadi anggota kelompok membuat remaja melakukan hal-hal yang tidak biasa ia lakukan, menyingkirkan penilaian akal sehat, mengaburkan hal yang benar dan yang salah sehingga cenderung melakukan hal-hal negatif yang dilakukan kelompok.

Uji Korelasi GandaTable 5

Correlations
konformitas teman sebaya pola asuh permisif perilaku disiplin
konformitas teman sebaya Pearson Correlation 1 ,232** -,144*
Sig. (1-tailed) ,000 ,016
N 222 222 222
pola asuh permisif Pearson Correlation ,232** 1 -,273**
Sig. (1-tailed) ,000 ,000
N 222 222 222
perilaku disiplin Pearson Correlation -,144* -,273** 1
Sig. (1-tailed) ,016 ,000
N 222 222 222
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
Table 5.Uji Korelasi Ganda

Uji hipotesis yang ketiga yaitu ada hubungan negatif antara pola asuh permisif (X2) Dengan perilaku disiplin (Y) siswa kelas XI dan XII SMA Swasta di Sidoarjo. Berdasarkan uji Korelasi Ganda Pearson pada tabel 2 di atas di peroleh hasil signifikansi sebesar 0,000 yang artinya nilai 0,000 < 0,05. Sehingga H3 diterima yang artinya ada hubungan negatif antara pola asuh permisif dengan perilaku disiplin siswa kelas XI dan XII SMA Swasta Di Sidoarjo dengan nilai rxy sebesar -0, 273.

Siswa yang tidak mendapatkan kontrol dari orang tua, tidak di ajarkan reward dan punisment ketika dia berbuat salah maka saat di sekolah anak mudah sekali melanggar peraturahn karena dia tidak tahu punisment itu digunakan untuk mengukum ketika dia berbuat salah dan ia mengangap bahwa punisment merupakan hal yang biasa, hal ini pun bisa terjadi ketika di dalam rumah anak tidak diajarkan aturan-aturan maka dia juga akan mengamalkan dan menerapkan di lingkungan sekolah maka akan muncul perilaku tidak disiplin.

Hal ini sejalan dengan Penelitian yang di lakukan oleh Katsura & Toshiki [11] yang berjudul “role of parenting style in children’s behavioral problems through the transition from preschool to elementary school according to gender in japan” yang di dapatkan hasil bahwa gaya pengasuhan permisif dan otoriter orang tua dapat mempengaruhi perilaku anak secara negatif. Di perkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Susanti & Ginting [23] dengan judul “Pengaruh Pola Asuh Permisif Orangtua Terhadap Kedisiplinan Belajar Anak di Lingkungan Pasar Baru Kelurahan Padang Masiang, Barus Kabupaten Tapanuli Tengah” didapat kan hasil bahwa pola asuh permisif mempengaruhi kedisiplinan belajar anak di Lingkungan Pasar Baru Kelurahan Padang Masiang Barus.

Setelah melakukan uji hipotesis selanjutnya peneliti menghitung Hasil Koefisien Determinasi yang pertama hasil koefisien determinasi antara konformitas teman sebaya ( X1) dan pola asuh permisif (X2) dengan perilaku disiplin (Y) siswa kelas XI dan XII SMA Swasta di Sidoarjo

Tabel 3

Hasil Koefisien Determinasi MayorTable 6

Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
dimension0 1 ,285a ,081 ,073 12,806
a. Predictors: (Constant), pola asuh permisif, konformitas teman sebaya
Table 6.Hasil Koefisien Determinasi Mayor

Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi pada tabel 6 menunjukkan 0,073 (Adjusted R Square) bahwa dalam penelitian ini besarnya kontribusi konformitas teman sebaya dan pola asuh permisif terhadap variabel perilaku disiplin secara simultan sebesar 7,3 %.

Yang kedua yaitu hasil koefisien determinasi antara konformitas teman sebaya ( X1) dengan perilaku disiplin (Y) siswa kelas XI dan XII SMA Swasta di Sidoarjo Berdasarkan hasil pada tabel 4 dibawah ini menunjukkan 0,021 (R Square) bahwa dalam penelitian ini variabel konformitas teman sebaya memberikan sumbangan sebesar 2,1 % terhadap variabel perilaku disiplin.

Hasil Koefisien Determinasi Konformitas Teman SebayaTable 7

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 ,144a ,021 ,016 13,192
Table 7.Hasil Koefisien Determinasi Konformitas Teman Sebaya

Yang ketiga yaitu hasil koefisien determinasi antara pola asuh permisif (X2) dengan perilaku disiplin (Y) siswa kelas XI dan XII SMA Swasta di Sidoarjo. Berdasarkan hasil pada tabel 4 di bawah ini menunjukkan 0,074 (R Square) bahwa dalam penelitian ini variabel pola asuh permisif memberikan sumbangan sebesar 7,4 % terhadap variabel perilaku disiplin.

Hasil Koefisien Determinasi Pola Asuh Permisif Table 8

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 ,273a ,074 ,070 12,825
Table 8.Hasil Koefisien Determinasi Pola Asuh Permisif

a. Predictors: (Constant), pola asuh permisif

Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa pola asuh permisif memiliki sumbangan terbesar dalam perilaku disiplin siswa. karena remaja sejak kecil berada pada setting keluarga hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Bronfenbrenner menjelaskan bahawa perkembangan anak-anak adalah sebagai hasil interaksi antara alam persekitaran dengan anak-anak tersebut. Dalam konteks ini, interaksi antara anak dengan lingkungan dipercayai mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Yang di dalamnya dapat mempengaruhi proses tersebut adalah keluarga dan salah satunya yaitu pola asuh yang diberikan oleh orang tua yang juga dapat mempengaruhi perkembangan anak.

Maka dari itu pola asuh permisif paling besar memiliki hubungan dengan perilaku disiplin seorang siswa, karena sejak kecil sudah di setting oleh gaya pengasuhan orang tuanya dan ketika remaja tidak mampu menerima setting itu maka dia akan mencari setting lain yang ada di lingkunganya salah satunya yaitu konformitas teman sebaya nya.

Hal ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh oleh Mariyati & Habibah [24] dengan judul “Social Support Teman Sebaya, Tipe Kepribadian Dan Kecenderungan Merokok Pada Siswa Smk(T) Di Kecamatan Sidoarjo” didapatkan hasil rhitung= -0,073 dengan ρ (0,146) >0,05, artinya hubungan variabel social support dengan kecenderungan merokok tidak signifikan dan hasil koefisien korelasi rhitung= 0,006 dengan ρ (0,904) > 0,05, artinya hubungan variabel tipe kepribadian dengan kecenderungan merokok tidak signifikan. Di perkuat dengan hasil penelitian Sheppard [25] mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku membolos seorang siswa berasal dari faktor keluarga yang meliputi pola asuh orang tua, dimana kurangnya perhatian dan dukungan yang ditunjukan oleh orang tua terhadap pendidikan anaknya, dan Yusuf [26] juga mengatakan bahwa anak yang dibesarkaan dalam ruang lingkup pola asuh permisif akan memiliki karakter yang inplusif, agresif, tidak patuh, kurang mandiri, atau menang sendiri, kurang percaya diri dan kurang matang.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian diatas maka terdapat beberapa kesimpulan yaitu : a) Ada hubungan negatif antara konformitas teman sebaya dengan perilaku disiplin siswa kelas XI dan XII SMA Swasta Di Sidoarjo dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 dengan nilai koefisien determinasi sebesar 7,3% b) Ada hubungan negatif antara konformitas teman sebaya dengan perilaku disiplin siswa kelas XI dan XII SMA Swasta Di Sidoarjo dengan nilai signifikansi 0,016 < 0,05 dengan nilai koefisien determinasi sebesar 2,1 % c) Ada hubungan negatif antara pola asuh permisif dengan perilaku disiplin siswa kelas XI dan XII SMA Swasta Di Sidoarjo dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 dengan nilai koefisien determinasi sebesar 7,4 %

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan maka peneliti memberikan saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut : a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong siswa lebih selektif dalam memilih teman dan memikirkan sebab akibat sebelum memilih teman untuk masa depan dirinya. b) Hasil penelitian ini diharapkan agar orang tua lebih memperhatikan dan lebih mendorong anaknya untuk lebih selektif untuk memilih teman dan memikirkan dampak sebelum memilih teman, orang tua harus lebih menyaring dan teliti dengan siapa anaknya berteman. c) Hasil penelitian ini diharapkan agar sekolah dapat memilih kegiatan-kegiatan yang baik untuk siswa dan orang tua. Untuk siswa lebih mengarah ke hal-hal yang positif misalkan diadakan lomba untuk mengukur prestasi siswa, untuk orang tua mengadakan pertemuan atau parenting tentang bagaimana memberikan pola pengasuhan kepada anak serta dampak-dampak yang diperoleh dari pola pengasuhan tersebut. d) Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu faktor yang diungkap hanya memberikan sumbangan yang sedikit untuk penelitian ini, sehingga diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat mengungkap faktor lain yang mempengaruhi perilaku disiplin.

References

  1. Sarwono, S. W. (2010). In Psikologi Remaja. Jakarta: Pt Rajagrafindo Persada.
  2. Santrock, John W. (2012). In Life Span Deveplopment Perkembangan Masa Hidup Edisi Ketiga Belas Jilid 1 Alih Bahasa Benedictine Wisdyasinta (13th Ed.). Jakarta: Erlangga
  3. Depdiknas. Kerangka Dasar Kurikulum. , (2004).
  4. Taufik, M. (2019, March 15). Satpol Pp Bekuk Pelajar Yang Bolos Yang Bolos Saat Jam Sekolah Temukan Siswa Mabuk Mabukan. Tribun Madura.
  5. Prijodarminto, S. (1994). Disiplin : Kiat Menuju Sukses. Jakarta: Pradnya Paramita.
  6. Yuliantika, S. (2017). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Belajar Siswa Kelas X, Xi, Dan Xii Di Sma Bhakti Yasa Singaraja Tahun Pelajaran 2016/2017. Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha, 9(1), 35. Https://Doi.Org/10.23887/Jjpe.V9i1.19987
  7. Baron, R. A., & Byrne, D. (2005). Psikologi Sosial Edisi Kesepuluh Jilid 2 Alih Bahasa Ratna Djuwita (R. M. Wisnu C. Kristiaji, Ed.). Jakarta: Erlangga.
  8. Darussalam, I. H. (2016). Hubungan Konformitas Teman Sebaya Dengan Sikap Disiplin Siswa Di Smp Thoriqotun Najah Singosari Malang. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibarahim Malang.
  9. Gommans, R., J.Sandstrom, Marlene, W.J.M.Stevens, Gonneka, Bogt, … H.N.Cillessen, A. (2017). Popularity, Likeability, And Peer Conformity: Four Field Experiments. Journal Of Experimental Social Psychology, 73, 279–289. Retrieved From Https://Www.Sciencedirect.Com/Science/Article/Pii/S0022103116307715
  10. Muin, S. (2015). Peran Pola Asuh Permisif , Iklim Sekolah , Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Perilaku Membolos Siswa. Psikopedagogia, 4(2), 93–103.
  11. Katsura, R. H., & Toshiki. (2018). Role Of Parenting Style In Children’s Behavioral Problems Through The Transition From Preschool To Elementary School According To Gender In Japan. Int J Environ Res Public Health, 16.
  12. Biruni, S. Al. (2015). Pentingnya Disiplin Bagi Pelajar. Retrieved From Http://Sekolahislamterpadualbiruni.Com/Pentingnya-Disiplin-Bagi-Pelajar-Detail-5613.Html
  13. Sears, D. O. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.
  14. Tome, G., Matos, M. G. De, Simoes, C., Camacho, I., & Alvesdiniz, J. (2012). How Can Peer Group Influence The Behavior Of Adolescents: Explanatory Model. Global Journal Health Science, 4. Retrieved From Https://Www.Ncbi.Nlm.Nih.Gov/Pmc/Articles/PMC4777050/
  15. Hurlock, E. B. (1990). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Alih Bahasa: Soedjarwo Dan Iswidayanti. Jakarta: Erlangga.
  16. Rahman, U., Mardhiah, & Azmidar. (2015). Hubungan Antara Pola Asuh Permisif Orangtua Dan Kecerdasan Emosional Siswa Dengan Hasil Belajar Matematika Siswa. Auladuna, 2(1), 116–130.
  17. Niaraki, F. R., & Rahimi, H. (2013). The Impact Of Authoritative , Permissive And Authoritarian Behavior Of Parents On Self-Concept , Psychological Health And Life Quality. 2(1), 78–85.
  18. Purnomo, R. A. (2016). Analisis Statistik Ekonomi Dan Bisnis Dengan SPSS. Ponorogo: CV. WADE GROUP Bekerjasama Dengan UNMUH Ponorogo Press.
  19. Budikuncoroningsih, S. (2017). Pengaruh Teman Sebaya Dan Persepsi Pola Asuh Orang Tua Terhadap Agresivitas Siswa Di Sekolah Dasar Gugus Sugarda. Jurnal Sains Sosial Dan Humaniora, I(September), 85–92.
  20. Setyaningrum, H. A. (2018). Hubungan Konformitas Dan Pola Asuh Orangtua Dengan Perilaku Tawuran Remaja Di Kelurahan Loa Buah Samarinda. Psikoborneo, 82–91.
  21. Lahno, A. M., & Serra-Garcia, M. (2015). Peer Effects In Risk Taking: Envy Or Conformity? Journal Of Risk And Uncertainty, 50, 73–95. Retrieved From Https://Link.Springer.Com/Article/10.1007/S11166-015-9209-4
  22. Charlotte, S. R., & Yulia, S. (2006). Bimbingan Dan Konseling SMP. Jakarta: Erlangga.
  23. Susanti, S., & Ginting, E. Y. (2017). Pengaruh Pola Asuh Permisif Orangtua Terhadap Kedisiplinan Belajar Anak Di Lingkungan Pasar Baru Kelurahan Padang Masiang, Barus Kabupaten Tapanuli Tengah. Jurnal Psikologi Konseling, 11, 87–95.
  24. Mariyati, L. I., & Habibah, N. (2016). Social Support Teman Sebaya, Tipe Kepribadian, Dan Kecenderungan Merokok Pada Siswa SMK(T) Di Kecamatan Sidoarjo. Psikologia : Jurnal Psikologi, 3(1), 172. Https://Doi.Org/10.21070/Psikologia.V3i1.120
  25. Sheppard, A. (2009). School Attendance And Attainment: Poor Attenders’ Perceptions Of Schoolwork And Parental Involvement In Their Education. Journal Of Special Education, 35(2), 104–111. Retrieved From Https://Eric.Ed.Gov/?Id=EJ850801
  26. Yusuf, S. (2007). Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.