Articles
DOI: 10.21070/icecrs.v12i2.1743

Opening of Seven Enchantments: Transformative Initiative with Martopuro Village


Pembukaan Tujuh Pesona: Inisiatif Transformatif Gandeng Desa Martopuro

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
The unique charm of the village Tourist participation transformative initiatives society participation

Abstract

The aim of this service is to: introduce and increase tourist awareness: introduce the unique charms of Martopuro Village to tourists and increase awareness of the various tourist attractions it offers. The service method carried out is Community Participation: Involving the local community in planning and implementing the program, ensuring active participation and a sense of community ownership of this initiative. The result of this service is increasing income. A larger number of visitors can increase income through the sale of local tourism goods and services. . The implication of this service is in the form of improving the image of the village, increasing the perception of Martopuro village as an attractive tourist destination, attracting investors, and supporting regional tourism promotion. Therefore, by increasing capacity, infrastructure and promoting the seven charms of local tourism, this project is expected to help develop and empower Martopuro Village.

Highlight:

  • Community Engagement: Involving locals in program planning and execution fosters a sense of ownership and active participation, vital for sustainable tourism development.
  • Economic Impact: Increased tourist visits lead to improved income opportunities through the sale of local goods and services, boosting the village's economy.
  • Tourism Promotion: Enhancing the village's image attracts investors and supports regional tourism, aiding in the development and empowerment of Martopuro Village.

Keyword: The unique charm of the village, Tourist participation, transformative initiatives, society participation

Pendahuluan

Penyebaran Tujuh Pesona bergema dalam inisiatif transformatif yang dikatalisasi oleh upaya kolaboratif Gandeng Desa Martopuro. Kajian ini dimulai dengan mengkaji dimensi multifaset dari kolaborasi transformatif ini, mengontekstualisasikannya dalam konteks sosio-ekonomi dan budaya yang lebih luas [1]. Dengan mengungkap hubungan simbiosis Gandeng Desa Martopuro dengan perwujudan Tujuh pesona, pengabdian ini dilakukan.

Dalam Tujuh Pesona, pesona dan kekayaan desa Martopuro terekam. Usaha koperasi, Gandeng Desa Martopuro, muncul sebagai kekuatan penting dalam membentuk kisah yang mempesona ini. Pengabdian ini bertujuan untuk mengeksplorasi inisiatif transformatif yang telah dilakukan Gandeng Desa Martopuro, mengungkap interaksi yang kompleks antara inisiatif yang didorong oleh masyarakat dan tindakan yang dilakukan oleh manusia.

Meskipun literatur terdahulu mengakui inisiatif peran komunitas dalam pembangunan pedesaan dan keindahan alam budaya, belum banyak pengabdian yang memberikan analisis menyeluruh tentang dampak transformasional dari kolaborasi, seperti yang ditunjukkan oleh Gandeng Desa Martopuro dalam mewujudkan Tujuh Pesona [2]. Studi sebelumnya seringkali berfokus pada satu dimensi, gagal memahami secara menyeluruh bagaimana kolaborasi komunitas berkontribusi pada keanekaragaman daya tarik lokal [3].

Kebaruan ilmiah artikel ini terletak pada fokusnya pada peran transformatif Gandeng Desa Martopuro dalam mewujudkan Tujuh Pesona desa [4]. Studi ini berkontribusi pada wacana yang berkembang mengenai inisiatif berbasis komunitas dan dampak holistiknya terhadap dimensi budaya, ekonomi, dan sosial daerah pedesaan dengan membedah dinamika dan hasil kolaboratif [5]. Eksplorasi penuh nuansa hubungan simbiosis ini memberikan wawasan baru mengenai potensi transformatif dari upaya kolaboratif komunitas [6].

Selama ini, pengabdian sebagian besar fokus pada upaya komunitas atau keindahan alam pedesaan yang terpisah, tetapi kurang memahami hubungan yang mendasari transformasi yang dilakukan oleh organisasi kolaboratif seperti Gandeng Desa Martopuro [7]. Dengan memberikan analisis menyeluruh dari dinamika khusus yang ada, ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman kita tentang dampak yang luas yang dapat dihasilkan oleh upaya kolaboratif seperti Gandeng Desa Martopuro.

Ini adalah pengabdian yang sangat penting karena menunjukkan potensi transformasi dari inisiatif kolaboratif di lingkungan pedesaan, khususnya yang berkaitan dengan desa Tujuh Pesona di Martopuro. Memahami dinamika yang kompleks dari transformasi yang gerakan masyarakat membantu menyusun strategi untuk rencana masa depan, mendorong kemajuan yang berkelanjutan, dan mempertahankan identitas budaya daerah seperti Martopuro [8]. Selain itu, informasi yang diperoleh dari pengabdian ini akan sangat bermanfaat.

Tujuan utama pengabdian ini adalah untuk menjelaskan secara utuh peran transformatif Gandeng Desa Martopuro dalam mencapai Tujuh Pesona. Melalui analisis menyeluruh, pengabdian ini bertujuan untuk menemukan mekanisme kerja sama masyarakat yang berkontribusi terhadap pembangunan holistik desa Martopuro. Dengan merinci secara eksplisit dinamika-dinamika tersebut, studi ini berupaya memberikan informasi dan memandu inisiatif-inisiatif di masa depan, mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang hubungan simbiosis antara keduanya.

Metode

Proses pembukaan Tujuh Pesona dimulai dengan pendahuluan yang memperkenalkan inisiatif transformatif yang melibatkan kolaborasi dengan Desa Martopuro. Tujuan utama dari inisiatif ini adalah untuk meningkatkan potensi Tujuh Pesona sebagai daya tarik wisata dengan mendorong aktivitas dan partisipasi masyarakat Desa Martopuro dalam setiap tahap pengembangan.

Langkah awal melibatkan tim analisis untuk melihat bagaimana Tujuh Pesona dapat menjadi destinasi wisata. Setiap pesona, baik alam, budaya, maupun kearifan lokal, akan diperiksa secara menyeluruh untuk mendapatkan pemahaman tentang fitur unik yang dapat menarik pengunjung.

Melakukan konsultasi dan koordinasi yang intens dengan pihak Desa Martopuro akan menjadi tindakan berikutnya. Akan ada diskusi partisipatif untuk memahami keinginan dan kebutuhan masyarakat setempat. Dalam pengembangan Tujuh Pesona, tujuan utamanya adalah membangun kerja sama yang menguntungkan dan mengintegrasikan kearifan lokal.

Kegiatan ini melibatkan pembentukan tim kerja bersama antara pihak inisiatif transformatif dan warga Desa Martopuro. Tim ini akan terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi setiap fase pengembangan Tujuh Pesona, sehingga masyarakat terlibat aktif dan merata.

Program pemberdayaan masyarakat akan dikembangkan dengan bekerja sama dengan Desa Martopuro. Untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan masyarakat dalam mengelola destinasi wisata sambil mempertahankan dan menghormati nilai-nilai budaya dan tradisional, akan diadakan pelatihan dan workshop [9].

Pengembangan infrastruktur dan fasilitas wisata di sekitar Tujuh Pesona akan dipimpin oleh inisiatif transformatif [10]. Fokus utama dari inisiatif ini adalah meningkatkan aksesibilitas, membangun area rekreasi, dan memperbaiki fasilitas pendukung untuk mewujudkan lingkungan wisata yang berkualitas tinggi dan ramah pengunjung.

Pengelolaan berkelanjutan dan promosi bersama adalah tindakan terakhir [11]. Inisiatif transformatif bersama Desa Martopuro akan membuat rencana promosi yang efektif untuk meningkatkan daya tarik Tujuh Pesona. Selain itu, akan dibuat mekanisme pengelolaan berkelanjutan yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Ini akan memungkinkan tujuan pembukaan Tujuh Pesona untuk tetap ada dan berkembang seiring waktu.

Hasil dan Pembahasan

Komunitas Martopuro memiliki banyak potensi alam dan budaya yang luar biasa. Oleh karena itu, inisiatif transformatif untuk membuka Tujuh Pesona, keajaiban alam Indonesia yang memukau, adalah tujuan yang tepat [12]. Untuk menghasilkan perubahan yang positif bagi Desa Martopuro, kolaborasi antara pemerintah, komunitas, dan bisnis swasta sangat penting. Tujuan dari inisiatif ini tidak hanya untuk menunjukkan keindahan Desa Martopuro kepada dunia, tetapi juga untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan mengembangkan pariwisata yang berkelanjutan.

Selama peluncuran Tujuh Pesona, pemerintah setempat berkolaborasi dengan pihak berwenang untuk mengidentifikasi dan mengembangkan potensi alam Desa Martopuro. Semua aspek alam, termasuk keindahan alam, kekayaan flora dan fauna, dan adat istiadat lokal, dikenal dan dijaga dengan baik [13]. Untuk mengembangkan pengelolaan pariwisata yang berkelanjutan yang mengimbangi pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan, langkah ini akan menjadi dasar [14].

Desa Martopuro menggandeng komunitas lokal untuk mengembangkan atraksi dan kegiatan yang mencerminkan keberagaman Tujuh Pesona melalui inisiatif transformatif. Dirancang untuk memberikan pengalaman yang luas kepada pengunjung, mulai dari wisata alam, makanan lokal, seni dan budaya, hingga petualangan ekstrim [15]. Selain meningkatkan keragaman tempat wisata, partisipasi aktif komunitas lokal mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat [16].

Figure 1.Sapta pesona desa Mrtopuro

Salah satu pilar utama inisiatif transformatif ini adalah pendekatan edukatif [17]. Program edukasi tentang keberagaman Tujuh Pesona dilaksanakan oleh Desa Martopuro dalam kerja sama dengan institusi pendidikan dan lembaga pengabdian [18]. Oleh karena itu, baik masyarakat lokal maupun wisatawan mengetahui betapa pentingnya pelestarian alam, warisan budaya, dan nilai-nilai lokal, yang merupakan daya tarik utama Desa Martopuro [19].

Inisiatif ini mendorong penggunaan teknologi hijau dan praktik ramah lingkungan dalam upaya menciptakan destinasi yang ramah lingkungan [20]. Desa Martopuro berkomitmen untuk menjaga kelestarian lingkungan dan memberikan contoh yang baik bagi tempat wisata lainnya, mulai dari pengelolaan limbah hingga penggunaan energi terbarukan [21].

langkah penting adalah melibatkan sektor swasta sebagai mitra strategis[22]. Ini adalah upaya transformasional yang dapat dipercepat dan diperluas jika bisnis lokal dan nasional berpartisipasi [23]. Pengalaman bisnis dan dukungan keuangan dari sektor swasta dapat meningkatkan manajemen pariwisata, meningkatkan infrastruktur, dan meningkatkan layanan untuk pengunjung[24].

Desa Martopuro tidak hanya berusaha membangun destinasi wisata, tetapi juga berusaha memperbaiki kehidupan masyarakat lokal. Ini adalah upaya transformatif yang mencakup peningkatan akses pendidikan, pemberdayaan ekonomi masyarakat, dan program pelatihan keterampilan [25]. Dengan cara ini, Desa Martopuro berusaha untuk mencapai pembangunan berkelanjutan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Figure 2.Pemberdayaan Masyarakat dengan Penanaman sayur dan Toga

Selain itu, program ini mendorong partisipasi masyarakat melalui program kegiatan budaya dan seni[26]. Warisan budaya Desa Martopuro dapat dipertahankan melalui pertunjukan budaya, festival tahunan, dan pemberdayaan seniman lokal [27]. Dengan cara ini, upaya transformatif tidak hanya menghasilkan keuntungan finansial, tetapi juga mempertahankan kearifan lokal dan menumbuhkan rasa hormat terhadap budaya kita sendiri[28].

Untuk memastikan bahwa upaya transformatif ini bertahan, pengawasan dan evaluasi terus-menerus sangat penting [29]. Dengan melibatkan pakar, pemangku kepentingan, dan masyarakat, Desa Martopuro dapat terus meningkatkan dan mengembangkan program yang telah dilaksanakan. Menjaga keseimbangan antara pembangunan pariwisata, keberlanjutan lingkungan, dan kehidupan masyarakat setempat sangat penting[30].

Kesimpulannya, inisiatif transformatif di Desa Martopuro membuka Tujuh Pesona, yang membawa destinasi wisata yang menakjubkan dan berdampak positif pada masyarakat dan lingkungan. Potential besar Desa Martopuro sebagai destinasi wisata yang berkelanjutan dan mempesona dapat dicapai melalui kerja sama yang erat antara pemerintah, komunitas lokal, dan bisnis swasta.

Simpulan

Menurut Desa Martopuro, kolaborasi antara inisiatif transformatif seperti yang dilakukan oleh pihak yang terlibat dengan Desa Martopuro memungkinkan Tujuh Pesona menjadi sumber daya pariwisata yang beragam dan menarik. Desa Martopuro telah memainkan peran penting dalam mengembangkan pariwisata dengan menawarkan pengunjung pengalaman yang menarik. Pengembangan Tujuh Pesona sebagai daya tarik utama didorong oleh inisiatif transformatif yang melibatkan berbagai pihak terkait, seperti pemerintah, lembaga pendidikan, pelaku usaha, dan masyarakat setempat. Selain daya tarik alam, budaya, sejarah, kuliner, kearifan lokal, dan daya tarik lainnya, Desa Martopuro menarik wisatawan. Dengan bekerja sama, Desa Martopuro dapat memperkuat masyarakatnya melalui peluang ekonomi baru seperti bisnis pariwisata, seni dan kerajinan lokal, serta layanan pendukung lainnya. Dalam kasus.

References

  1. R. E. Purwanto, L. Lidiawati, and null Mardiana diana, “Pelatihan Sadar Wisata Berbasis Budaya Sapta Pesona Bagi Host dan Guest di Manahayu Resort and Farm Desa Giripurno Bumiaji Kota Batu,” J. Abdimas Pariwisata, vol. 4, no. 2, pp. 150–157, 2023, doi: 10.36276/jap.v4i2.441.
  2. Y. Suryani, D. Anggraini, and V. Kumala, “PELAKSANAAN PENGABDIAN MASYARAKAT TOURISM EXPLORE NAGARI PARIANGAN TANAH DATAR,” Menara Pengabdi., vol. 1, no. 1, 2021, doi: 10.31869/jmp.v1i1.2676.
  3. E. Ernawati, “PEMBERDAYAAN MASYARAKAT LOKAL NAGARI HARAU KECAMATAN HARAU KABUPATEN 50 KOTA MENUJU PARIWISATA HALAL.” 2018. [Online]. Available: https://lens.org/055-064-740-228-691
  4. L. Hendriyati, “UPAYA MASYARAKAT DI DESA WISATA PENGLIPURAN DALAM MENJALANKAN SAPTA PESONA,” J. Tour. Econ., vol. 3, no. 1, pp. 49–57, Apr. 2020, doi: 10.36594/jtec.v3i1.54.
  5. J. Roy, M. Hadjaat, D. C. Darma, S. Z. Za, and J. Kasuma, “EKSPLORASI PARIWISATA PEDESAAN DI HUTAN DESA MERABU, BERAU (INDONESIA),” J. Pariwisata Pesona, vol. 6, no. 1, pp. 36–48, 2021, doi: 10.26905/jpp.v6i1.5641.
  6. A. Setyani, “PERAN KELOMPOK SADAR WISATA DALAM MENGEMBANGKAN POTENSI PARIWISATA DI SENDANG BULUS DESA PAGER.” 2020. [Online]. Available: https://lens.org/137-503-464-700-578
  7. L. Zulkifli et al., “Pengembangan Objek Wisata Kampung Wisata Sasak Ende Melalui Penataan Destinasi Melalui Optimalisasi Digital Promotion dan Sumber Daya Manusia di Desa Sengkol,” J. Pengabdi. Magister Pendidik. IPA, vol. 4, no. 4, pp. 514–523, 2021, doi: 10.29303/jpmpi.v4i4.911.
  8. S. Setiawan, “MASYARAKAT LOKAL TERHADAP BIDANG PARIWISATA BERBASIS KOMUNITAS DI DUSUN GUNUNG TIGA, DESA CINTA RATU, PANGANDARAN,” KABUYUTAN, vol. 2, no. 1, pp. 22–41, 2023, doi: 10.61296/kabuyutan.v2i1.124.
  9. I. Nurwahyuni, “PENGETAHUAN DAN PERAN KELOMPOK SADAR WISATA(POKDARWIS) DAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGANOBJEK WISATA WADUK SEMPOR KABUPATEN KEBUMEN.” 2019. [Online]. Available: https://lens.org/053-551-494-917-373
  10. H. Ferdiansyah, “INSEKTORAL PEMBANGUNAN PARIWISATA LOKAL DI PANGANDARAN : BUDAYA, KREATIVITAS DAN MASYARAKAT,” Tornare, vol. 1, no. 1, pp. 46--, Sep. 2019, doi: 10.24198/tornare.v1i1.25782.
  11. F. N. N. Hidayah, “Peranan pembangunan sektor pariwisata dalam peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) Kota Batu / Feny Novianti Nur Hidayah.” 2011. [Online]. Available: https://lens.org/010-392-841-633-995
  12. A. Wijayanti, H. Widyaningsih, A. Yulianto, and W. Hadi, “Pelatihan Sadar Wisata Dan Sapta Pesona Bagi Masyarakat Desa Sidomulyo, Pengasih, Kulon Progo,” Reson. J. Ilm. Pengabdi. Masy., vol. 4, no. 1, pp. 58–68, 2020, doi: 10.35906/resona.v4i1.468.
  13. Z. Kemala and R. Astiana, “Pelatihan Sadar Wisata dan Sapta PESONA Bagi Kelompok Pemuda Pokdarwis Eka Harapan Desa Suntenjaya Lembang,” J. Sos. Abdimas, vol. 4, no. 1, pp. 33–41, 2022, doi: 10.51977/jsa.v4i1.672.
  14. null Kadek Krisnata Adi Putra and T. K. Dewi, “SOSIALISASI KEBERLANJUTAN PELESTARIAN LINGKUNGAN PANTAI DI DESA RANGKO, KECAMATAN BOLENG,” ABDI SATYA DHARMA, vol. 1, no. 2, 2023, doi: 10.55822/absd.v1i2.464.
  15. S. Sarmiadi, N. Y. Yanita, and Y. S. Suryani, “Pelatihan Pengelolaan Desa Wisata Bagi Kelompok Sadar Wisata Saiyo Desa Tungkal Selatan Kecamatan Pariaman Utara Kota Pariaman.” 2021. [Online]. Available: https://lens.org/046-936-215-714-885
  16. R. Pujiasih, “Pengembangan Desa Wisata Dalam Meningkatkan Ekonomi Lokal (Studi Pada Desa Joho Kecamatan Semen Kabupaten Kediri).” 2017. [Online]. Available: https://lens.org/034-197-766-883-181
  17. null Nurhadji N, P. Parji, null Dhinar A.M, null Nico P.P, and null Tanti Y, “PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI MELALUI KEGIATAN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DESA WISATA,” J-ABDI J. Pengabdi. Kpd. Masy., vol. 1, no. 2, pp. 203–208, 2021, doi: 10.53625/jabdi.v1i2.2756.
  18. R. Setiawati and P. S. T. Aji, “Implementasi Sapta Pesona Sebagai Upaya Dalam Memberikan Pelayanan Prima Pada Wisatawan di Desa Wisata Pentingsari,” J. Adm. Bisnis Terap., vol. 2, no. 2, 2020, doi: 10.7454/jabt.v2i2.98.
  19. M. A. Sastradi, M. Murianto, I. Indrapati, and M. Mahsun, “PARTISIPASI MASYARAKAT LOKAL DALAM PENGEMBANGAN TAMAN WISATA ALAM GUNUNG TUNAK,” J. Responsible Tour., vol. 3, no. 2, pp. 793–802, Nov. 2023, doi: 10.47492/jrt.v3i2.2858.
  20. T. Sumarni, K. Yurlisa, H. T. Sebayang, K. P. Wicaksono, and A. Nugroho, “Penerapan teknologi budidaya bunga matahari di kelompok tani hortikultura,” J. Inov. Has. Pengabdi. Masy., vol. 5, no. 1, p. 45, 2021, doi: 10.33474/jipemas.v5i1.11460.
  21. I. M. Widiastuti, A. H. Rukka, J. Y. Walalangi, and S. Ndobe, “Gerakan Bersih Pantai Dalam Menjaga Kelestarian Pesisir Di Desa Lero Kecamatan Sindue Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah,” J. Cendekia Mengabdi Berinovasi dan Berkarya, vol. 1, no. 3, p. 109, Sep. 2023, doi: 10.56630/jenaka.v1i3.476.
  22. R. S. Ponnalia, A. F. Sebayang, and A. Y. Marfuhat, “Strategi Peningkatan Kinerja Sektor Pariwisata untuk Mendukung Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bandung.” 2018. [Online]. Available: https://lens.org/098-432-797-444-711
  23. W. Torsina, R. Loesida, and B. Budiyono, “PARTISIPASI SEKTOR PERHOTELAN DALAM MENSUKSESKAN PROGRAM TUJUAN WISATA DI KOTA BENGKULU STUDI PENELITIAN DI GRAGE HORIZON HOTEL BENGKULU.” 2010. [Online]. Available: https://lens.org/101-478-076-485-96X
  24. F. Elida, “POLA PENGEMBANGAN PARIWISATA YANG BERBASISMASYARAKAT DI KEPULAUAN KARIMUNJAWA.” 2005. [Online]. Available: https://lens.org/158-424-056-430-843
  25. Z. Nafisah, “Pemberdayaan Potensi Desa Wisata River Walk Di Desa Papasan Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara,” War. Pengabdi., vol. 13, no. 4, pp. 157--, 2019, doi: 10.19184/wrtp.v13i4.13409.
  26. A. H. Hia, “Wisata Budaya Berbasis Komunitas dan Kearifan Lokal Yang Berkelanjutan.” 2018. [Online]. Available: https://lens.org/001-009-811-286-901
  27. N. Rochman, “MODEL PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT,” EQUILIBRIA Pendidik. J. Ilm. Pendidik. Ekon., vol. 1, no. 1, pp. 59–70, 2017, doi: 10.26877/ep.v1i1.1831.
  28. N. Komariah, E. Saepudin, and P. M. Yusup, “Pengembangan Desa Wisata Berbasis Kearifan Lokal,” J. Pariwisata Pesona, vol. 3, no. 2, pp. 158–174, 2018, doi: 10.26905/jpp.v3i2.2340.
  29. R. Y. Widaswara, N. P. S. Dewi, S. K. Jelantik, I. K. P. Suardana, and N. N. Harnika, “Pembinaan Potensi Kearifan Lokal dalam Mewujudkan Generasi Muda Hindu Sadar Wisata,” Dharma Sevanam J. Pengabdi. Masy., vol. 1, no. 2, pp. 133–141, 2022, doi: 10.53977/sjpkm.v1i2.778.
  30. R. N. M. S. P. Dewi, “Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Pengelolaan Pariwisata Berkelanjutan di Daya Tarik Wisata Taman Ayun Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung Bali,” J. Hosp. dan Pariwisata, vol. 4, no. 1, 2021, doi: 10.35729/jhp.v4i1.56.