Abstract
General Background: Ecotourism is increasingly recognized as a sustainable approach to tourism that balances environmental conservation with community empowerment. Specific Background: Gunung Tumpeng in Desa Gerbo, Pasuruan, possesses significant ecotourism potential due to its natural beauty and cultural richness. Knowledge Gap: However, limited research has explored how local initiatives and stakeholder collaboration can effectively address the persistent challenges in underdeveloped ecotourism sites. Aims: This study aims to examine the development of ecotourism in Gunung Tumpeng by identifying its potentials, existing challenges, and the contributions of local programs, particularly the KKN-P 31 UMSIDA initiative. Results: Using observation, interviews, and direct community involvement, the study found that despite the area’s natural appeal, critical issues such as inadequate infrastructure, insufficient promotional efforts, and weak community-based management hinder its growth. Novelty: The installation of directional plaques by KKN-P 31 UMSIDA represents a practical and context-sensitive intervention to improve visitor safety and experience, demonstrating a replicable model of university-community collaboration. Implications: These findings underscore the necessity for multi-stakeholder engagement and strategic planning in ecotourism development, offering insights for policymakers, academic institutions, and local communities aiming to enhance the sustainability and appeal of emerging tourist destinations.
Keywords: Ecotourism, Gunung Tumpeng, Community Empowerment, Infrastructure, Stakeholder Collaboration
Highlights:
-
Local initiatives like KKN-P 31 UMSIDA play a key role in safety improvements.
-
Stakeholder collaboration is vital to overcome development barriers.
-
Sustainable planning is needed to maximize ecotourism potential.
I. PENDAHULUAN
Setiap desa memiliki ciri khas serta potensi sumber daya yang berbeda-beda. Jika dikelola dengan baik dan maksimal, potensi tersebut dapat menjadi pendorong utama dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengelolaan yang tepat tidak hanya berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi lokal, tetapi juga mendorong kemajuan sosial, menciptakan lapangan kerja, serta memperkuat identitas dan kearifan lokal. Dengan strategi yang tepat sasaran, desa dapat berubah menjadi fasilitas inovasi dan kemandirian yang berkelanjutan, memberikan manfaat jangka panjang bagi generasi sekarang dan masa depan. [1].
Ekowisata adalah salah satu bentuk pariwisata yang mulai berkembang pesat sejak era 1990-an. Konsep ini mengutamakan keberlanjutan lingkungan, pelestarian budaya, serta pemberdayaan masyarakat setempat dalam setiap aktivitas wisatanya [2]. Ekowisata bukan hanya sekedar program wisata yang bertumpu pada kemampuan alam dan budaya, namun juga memerlukan partisipasi aktif dari kelompok lingkungan dalam melaksanakan berbagai kegiatan. Oleh karena itu, konsep ini dikenal sebagai ekowisata berbasis masyarakat [3]. Ekowisata merupakan aktivitas pariwisata yang dirancang untuk melestarikan alam dan lingkungan, sekaligus memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian masyarakat setempat. [4].
Sebagai negara kepulauan yang kaya akan keanekaragaman alam, Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan ekowisata. Dengan keindahan lanskap tropis, hutan hujan yang lebat, terumbu karang yang menakjubkan, serta kekayaan flora dan fauna yang unik, Indonesia merupakan salah satu lokasi favorit para wisatawan, khususnya yang mencari wisata alam. Pemberdayaan sumber daya alam (SDA) sebagai destinasi wisata diharapkan mampu menggerakkan roda perekonomian di Desa Gerbo. Salah satu potensi yang dapat dikembangkan adalah MT Tumpeng sebagai daya tarik wisata. Menurut Yoeti, potensi wisata mencakup segala sesuatu yang terdapat di suatu destinasi dan mampu menarik minat pengunjung, sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setempat dengan tetap memperhatikan berbagai aspek penting lainnya [5]. Ada tiga macam potensi wisata yaitu: potensi alam, potensi kebudayaan dan potensi manusia [6].
Desa Gerbo giat mengembangkan pariwisata untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Salah satu upayanya adalah pemberdayaan Gunung Tumpeng, yang memiliki panorama indah dan jalur pendakian menantang, namun belum dimanfaatkan secara optimal. Untuk meningkatkan daya tariknya, dipasang plakat penunjuk arah di setiap persimpangan jalur pendakian, menggunakan limbah pemotongan kayu. Kata pariwisata tentu sudah tidak asing lagi di telinga kita. Ketika kita mendengar kata pariwisata, yang terlintas di benak kita adalah lokasi yang mempesona, pemandangan yang mempesona, kesulitan, pemandangan, kesejukan, udara segar, dan hal-hal lain yang membuat kita ingin berwisata untuk melakukan dekompresi. Bepergian dapat membantu Anda mengurangi rasa lelah dan bosan, terlepas dari apakah Anda stres karena pekerjaan atau memiliki banyak kewajiban. Mengenai tujuan wisata dan penduduknya, pariwisata memiliki asal muasal yang beragam. Pada hakikatnya, masyarakat merupakan hal yang krusial dalam pengembangan suatu destinasi pariwisata. Masyarakat yang mengunjungi tempat wisata serta masyarakat lokal yang menjalankan usaha di kawasan wisata sebagai pemilik dan pengelola [7].
Istilah "pariwisata" mengacu pada praktik orang yang bepergian sendiri atau berkelompok karena berbagai alasan, asalkan mereka tidak tinggal untuk mencari nafkah. [8]. Pariwisata. merupakan industri yang kompleks karena melibatkan berbagai pelaku dan sektor yang saling terhubung. Sekilas, istilah “wisata” dan “pariwisata” mungkin tampak serupa, namun sebenarnya memiliki cakupan makna yang berbeda. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pariwisata didefinisikan sebagai aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh individu atau kelompok ke suatu tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan diri, atau memahami keunikan destinasi tersebut dalam jangka waktu tertentu[9]. Pariwisata melibatkan berbagai aktivitas perjalanan yang didukung oleh fasilitas dan layanan dari masyarakat, pelaku usaha, serta pemerintah, termasuk pemerintah daerah. Mereka yang terlibat dalam kegiatan pariwisata disebut wisatawan. [10]. Desa Gerbo yang terletak di lereng Gunung Bromo dan terkenal dengan daya tarik alamnya yang mempesona, menjadi salah satu lokasi. wisata menarik yang patut. untuk disaksikan. Desa ini merupakan tempat yang tepat bagi Anda yang ingin beristirahat dari kesibukan perkotaan, karena menawarkan pemandangan memukau, udara yang segar, serta suasana yang tenang dan damai..
Terletak di lereng Gunung Bromo, Desa Gerbo secara geografis terletak ideal sebagai kawasan perkebunan yang memadukan pertanian dan pemanfaatan lainnya. Saat ini Desa Gerbo menjadi destinasi wisata populer yang menjadi tempat perlindungan bagi pengunjung yang ingin berkunjung ke Gunung Bromo. Petani dan pedagang merupakan mayoritas penduduk Desa Gerbo. Karena potensi Desa Gerbo yang luar biasa dalam bidang pertanian dan seni, maka masyarakat Gerbo mendirikan komunitas bernama PLANKER pada tahun 1996. Komunitas inilah yang merupakan cikal bakal Lembah Gunung Tumpeng, sebuah desa wisata .edukasi dan .budaya di Desa Gerbo. Ide ini. terinspirasi dari kerja sama para petani, pedagang, dan seniman dalam mengembangkan pariwisata di Desa Gerbo[11].
Desa Gerbo adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Desa ini merupakan desa terbesar kedua di Kabupaten Pasuruan setelah Desa Gempol. Jumlah penduduk Desa Gerbo mencapai 10.195 jiwa, dengan 2.759 kepala keluarga. Desa ini berbatasan langsung dengan Desa Nongkojajar, yang dikenal cukup luas di kalangan masyarakat[12]. Letak Desa Gerbo berada pada daerah dataran tinggi dengan ketinggian 700-800 mdpl. Desa Gerbo memiliki 6 dusun yang terdiri dari: Dusun Lor Kali, Dusun Tengah, Dusun Jajang, Dusun Rojopasang, Dusun Kejoren, dan Dusun Pager Gunung. Jarak Desa Gerbo ke kecamatan bisa dibilang cukup jauh dengan jarak ± 10 Km dan ke Kabupaten Pasuruan ± 37 Km.
Pemerintah menjadikan industri pariwisata sebagai sektor penggerak perekonomian masyarakat dan menunjang pertumbuhan nasional karena kontribusi industri yang cukup besar. Fasilitas yang terjangkau serta potensi pariwisata yang besar di Indonesia diharapkan dapat berkembang secara optimal guna mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan memberikan. kesempatan kepada pengunjung. untuk merasakan lingkungan alam dan sosial, suatu bentuk wisata minat yang unik wisata bahari, misalnya sangat penting bagi pembangunan ekonomi wilayah tersebut. Hal ini membantu masyarakat menyadari potensi sumber daya alam yang terdapat di destinasi wisata[13].
Pada tahun ini, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA) kembali melaksanakan program pengabdian masyarakat yang rutin diadakan setiap tahun. Program ini dikenal dengan sebutan KKN (Kuliah Kerja Nyata). Di UMSIDA, KKN terbagi menjadi dua jenis, yaitu KKN-P (Kuliah Kerja Nyata Pencerahan) dan KKN-T (Kuliah Kerja Nyata Terpadu). Pada kesempatan ini, Kelompok 31 KKN-P UMSIDA 2025 mengangkat tema mengenai Peningkatan Potensi Desa Gerbo Melalui Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Gunung Tumpeng. Melalui program ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan dan peningkatan potensi pariwisata, terutama dalam memajukan sektor wisata yang terdapat di Desa Gerbo.
Salah satu potensi wisata yang menonjol adalah Lembah Gunung Tumpeng, sebuah destinasi wisata yang menawarkan pengalaman edukasi alam pertanian, peternakan, dan budaya lokal. Lembah Gunung Tumpeng menawarkan pemandangan perbukitan yang indah dan udara yang segar di ketinggian 725 meter di atas permukaan laut. Tempat wisata ini dirintis sejak Agustus 2018 oleh komunitas pemuda PlANKER bersama kelompok 88 tani dan kelompok sadar wisata (pokdarwis) setempat, dengan membangun berbagai fasilitas seperti pendopo, toilet, omah pondok, kamar mandi, dan area perkemahan di lahan pertanian dan perkebunan. melalui inisiatif Pokdarwis, Destinasi wisata dapat menjadi lebih autentik dan menawarkan pengalaman lokal yang beragam, sehingga mampu meningkatkan daya tariknya di mata wisatawan[14]. Dengan demikian, peran Pokdarwis memiliki peran krusial dalam mendorong pertumbuhan dan pengembangan destinasi wisata yang bercitra positif dan berkelanjutan.
Pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Gunung Tumpeng dapat menjadi strategi yang efektif untuk meningkatkan potensi Desa Gerbo. Ekowisata tidak hanya memberikan pengalaman wisata yang menarik, tetapi juga memberdayakan masyarakat setempat untuk berperan aktif dalam pengolahan dan pelestarian lingkungan. Dengan melibatkan masyarakat, manfaat ekonomi dari pariwisata dapat di distribusikan secara lebih merata, sekaligus meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian alam dan budaya. Namun, pengembangan ekowisata di Desa Gerbo mengahadapi tantangan, seperti kurangnya sarana dan prasarana. Selain itu, pengelolaan wisata yang masi tradisional dan kurangnya promosi yang efektif juga menjadi kendala dalam menarik wisatawan. Oleh karena itu, diperlukan upaya terencana dan terkoordinasi untuk mengatasi tantangan ini dan mengoptimalkan potensi ekowsiata.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalis potensi serta tantangan pengembangan ekowisata berbasis masyarakat Gunung Tumpeng yang ada di Desa Gerbo. Selain itu, penelitian ini juga akan merumuskan strategi pengembangan ekowisata yang berkelanjutan dan partisipatif, dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan seperti pemerintah desa, kelompok masyarakat, pelaku usaha wisata, dan akademisi. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan yang bermanfaat bagi pemerintah desa dan masyarakat dalam mengembangkan ekowisata secara optimal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, melalui pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Gunung Tumpeng, Desa Gerbo berpotensi menjadi desa wisata yang mandiri, berdaya saing, dan berkelanjutan. Serta memberikan kontribusi positif bagi pelestarian lingkungan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam mendukung terwujudnya visi pembangunan di Desa Gerbo.
II. METODE
Penelitian ini menggunakan metode wawancara berbasis kuanlitatif untuk mengidentifikasi dan menganalisis potensi serta tantangan dalam pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Gunung Tumpeng, Desa Gerbo. Pendekatan ini dipilih untuk memperoleh data yang terukur dan objektif mengenai persepsi serta tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan ekowisata.
A.Populasi
Populasi dalam penelitian ini mencakup sejumlah perangkat Desa Gerbo yang turut berperan, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam kegiatan ekowisata di Gunung Tumpeng.
1.Petani dan Pemilik Lahan.
2.Pelaku Usaha Wisata dan UMKM.
3.Perangkat Desa.
B.Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui metode kualitatif dengan analisis data wawancara dan observasi dari beberapa indikator utama:
1.Tingkat Kesadaran Masyarakat terhadap Ekowisata
2.Partisipasi dalam Pengelolaan dan Pengembangan Wisata
3.Dampak Ekonomi terhadap Masyarakat Lokal
4.Kendala dan Hambatan dalam Pengelolaan Wisata
5.Harapan dan Usulan Pengembangan Ekowisata
Wawancara dilakukan oleh tim peneliti dengan metode tatap muka untuk memastikan validitas jawaban serta menghindari kesalahpahaman.
C.Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif melalui wawancara dan observasi terhadap perangkat desa di Desa Gerbo. Wawancara bertujuan untuk memahami kondisi, tantangan, dan potensi ekowisata, sementara observasi dilakukan untuk melihat langsung infrastruktur serta partisipasi masyarakat. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif dan dikategorikan berdasarkan tema utama agar memberikan gambaran menyeluruh tentang pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Desa Gerbo. Dengan metode wawancara berbasis kuantitatif ini, diharapkan penelitian dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi ekowisata di Gunung Tumpeng serta strategi pengembangannya secara optimal.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil dari penelitian ini, ditemukan bahwa tingkat kesadaran dalam masyarakat terhadap ekowisata di Gunung Tumpeng Desa Gerbo ini tergolong tinggi, dengan sebagian besar narasumber menunjukkan bahwa pemahaman akan pentingnya pengelolaan ekowisata yang berkelanjutan. Mayoritas masyarakat yang tergabung dalam kelompok ANKER (Anak KEjoren) sadar wisata dan pelaku usaha lokal menyatakan kesiapan untuk berperan aktif dalam pengembangan wisata berbasis masyarakat. Namun, masih ada beberapa kendala utama dalam hal minimnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung, seperti akses jalan yang bbelum memadai, keterbatasan fasilitas umum, dan minimnya promosi wisata.
Dari sisi ekonomi, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan ekowisata memberikan dampak positif terhadap peningkatan pendapatan masyarakat setempat, terutama bagi pelaku usaha wisata dan UMKM yang menjual produk lokal. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan ekowisata juga meningkat seiring dengan adanya dukungan dari pemerintah desa dan akademisi. Meski demikian, masih dibutuhkan strategi yang lebih efektif untuk memperluas jangkauan pemasaran dan meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Gunung Tumpeng.
Dalam pengembangan fasilitas di Gunung Tumpeng memiliki beberapa kendala yang seharusnya bisa diatasi contoh nya seperti: pemasangan plang penunjuk arah yang kurang memadai, kurangnya tempat sampah sebagai pembuangan, dan yang terakhir fasilitas yang tidak kalah penting yaitu kamar mandi. Untuk penyelesaian masalah yang terjadi pada gunung tumpeng menurut Heriansyah, sebagai ketua divisi pariwisata ada beberapa penyelesaian masalah diantaranya.
A.Melakukan Observasi
Langkah pertama, kita melakukan observasi di Lokasi yang berpusat di gunung tumpeng didampingi oleh Bapak Kasun Kejoren (Terlihat pada gambar 1). Kita berkoordinasi untuk melakukan kegiatan selanjutnya mengenai pembuatan plakat dan pemasangan plakat di Mt Tumpeng. Setelah semua persiapan selesai kita pasang plang plakat di gunung tumpeng. Observasi yang dilakukan di Gunung Tumpeng bertujuan untuk memahami secara mendalam karakteristik medan pendakian dan menentukan jumlah serta penempatan plakat penunjuk arah yang optimal guna memudahkan pendaki mencapai puncak dengan aman dan efisien. Menekankan pentingnya informasi yang memadai bagi pendaki pemula untuk mengurangi potensi kecelakaan selama pendakian. Kurangnya pemahaman tentang prosedur pendakian dan kondisi medan dapat meningkatkan risiko kecelakaan di gunung [15]. Pemahaman yang komprehensif mengenai kondisi jalur pendakian sangat penting untuk mengidentifikasi titik-titik kritis yang memerlukan penandaan khusus, sehingga dapat meminimalkan resiko tersesat dan meningkatkan keselamatan pendaki.
Figure 1.Melakukan Observasi
B.Pembuatan Plakat
Setelah melakukan observasi, Langkah berikutnya yaitu membeli berbagai bahan material yang dibutuhkan untuk membuat plakat petunjuk arah. Material utama yang dibutuhkan adalah kayu sebagai dasar plakat dan cat untuk memberikan warna dan tulisan yang jelas. Plakat ini yang akan digunakan untuk memberi berbagai tulisan, seperti “Pos 1”, “Pos 2”, “Pos 3” hingga “Puncak”, yang bertujuan sebagai petunjuk arah bagi para pendaki maupun pengunjung lainnya. Pemilihan bahan dilakukan dengan sangat teliti agar hasilnya tahan lama dan dapat bertahan di berbagai kondisi cuaca.
Pembuatan plakat ini dilakukan dengan penuh semangat dan Kerjasama oleh mahasiswa terutama bagi divisi pariwisata yang tergabung dalam kelompok KKN-P 31 UMSIDA. Merreka bekerja sama dalam setiap tahapan, mulai dari perencanaan desain, pemilihan kayu, pembuatan tulisan, pengecatan, hingga tahap akhir penyelesaian. Selama proses pembuatan, mereka menunjukkan dedikasi tinggi untuk menghassilkan plakat yang sesuai dan fungsional. Kerja sama yang terjalin dalam pembuatan plakat ini juga mencerminkan semangat gotong royong, dimana setiap anggota kelompok berperan aktif dalam menyelesaikan tugas dengan hassil yang maksimal.
Figure 2.Pembuatan Plakat
C.Pemasangan Plakat
Setelah proses pembuatan plakat selesai, seluruh mahasiswa KKN-P 31 melanjutkan kegiatan pemasangan plakat di sepanjang jalur pendakian Mt. Tumpeng. Pemasangan plakat ini dimulai dari Pos 1 sebagai titik awal, kemudian dilanjutkan ke Pos 2 dan Pos 3, hingga mencapai puncak. Plakat ini ditempatkan di berbagai Lokasi yang strategis agar mudah terlihat oleh para pendaki, sehingga dapat membantu mereka dalam menavigasi jalur pendakian dengan lebih aman dan nyaman.
Selama proses pemasangan, semua mahasiswa KKN-P 31 menunjukkan rasa semangat yang tinggi dan tanggung jawab besar. Mereka bekerja sama dalam menyesuaikan posisi plakat, memastikan pemasangannya kuat dan tahan lama, serta memperbaiki jalur disekitar titik pemasangan agar terllihat lebih rapi. Selain itu, terdapat beberapa tantangan yang perlu diatasi, seperti medan yang terjal dan kondisi cuaca yang tidak menentu. Namun, dengan Kerjasama tim mahasiswa yang baik, mereka dapat menyelesaikan tugas ini dengan lancer dan rasah penuh rasa puas.
Kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari perangkat desa dan beberapa warga sekitar yang turut serta dalam membantu proses pemasangan. Kehadiran para perangkat desa dan beberapa warga sekitar tidak hanya memberikan arahan mengenai Lokasi yang tepat untuk pemassangan plakat, tetapi juga memastikan bahwa kegiatan ini selaras dengan kebutuhan Masyarakat setempat. Dukungan dari perangkat desa semakin memotivasi para mahasiswa KKN-P 31 untuk menyelesaikan tugas mereka dengan baik, sehingga plakat yang telah dipasang dapat memberikan manfaat jangka Panjang bagi para pendaki dan Masyarakat sekitar.
Figure 3.Pemasangan Plakat Di Bantu Oleh Warga
Tingkat kesadaran masyarakat terhadap ekowisata di Gunung Tumpeng cukup tinggi, terutama di kalangan kelompok sadar wisata ANKER dan pelaku usaha lokal. Meski demikian, masih terdapat kendala dalam hal sarana dan prasarana, seperti akses jalan yang kurang memadai, keterbatasan fasilitas umum, serta minimnya promosi wisata. Untuk mengatasi masalah ini, mahasiswa KKN-P 31 UMSIDA melakukan pemasangan plakat petunjuk arah guna mempermudah navigasi pendaki. Kegiatan ini tidak hanya meningkatkan keselamatan pendaki, tetapi juga mencerminkan semangat gotong royong antara mahasiswa, perangkat desa, dan masyarakat setempat dalam mendukung pengembangan ekowisata.
IV. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Gunung Tumpeng, Desa Gerbo, dapat disimpulkan bahwa desa ini memiliki potensi yang signifikan dalam pengembangan sektor ekowisata. Dengan keindahan alam yang dimiliki, serta tingginya kesadaran dan partisipasi masyarakat, ekowisata di Desa Gerbo berpotensi menjadi salah satu daya tarik wisata unggulan di Kabupaten Pasuruan. Namun, pengembangan ekowisata di Gunung Tumpeng masih menghadapi berbagai tantangan, seperti keterbatasan sarana dan prasarana, kurangnya promosi wisata, serta pengelolaan yang masih bersifat tradisional. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang lebih terfokus serta dukungan kolaboratif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah desa, kelompok sadar wisata (Pokdarwis), pelaku usaha, dan akademisi, guna meningkatkan kualitas serta daya tarik wisata di kawasan ini.
Melalui program KKN-P 31 UMSIDA, berbagai upaya telah dilakukan, seperti pemasangan plakat penunjuk arah guna meningkatkan keamanan dan kenyamanan pendaki. Langkah-langkah seperti observasi lokasi, pembuatan dan pemasangan plakat, serta keterlibatan aktif mahasiswa dan masyarakat dalam kegiatan ini menunjukkan adanya sinergi yang positif dalam pengembangan ekowisata. Dengan pengelolaan yang lebih terstruktur dan berkelanjutan, ekowisata di Gunung Tumpeng dapat menjadi model wisata berbasis masyarakat yang tidak hanya memberikan manfaat ekonomi bagi warga sekitar, tetapi juga berkontribusi dalam pelestarian lingkungan dan budaya lokal. Upaya peningkatan infrastruktur, promosi yang lebih luas, serta dukungan kebijakan dari pemerintah sangat diperlukan agar Desa Gerbo dapat berkembang menjadi desa wisata yang mandiri, berdaya saing, dan berkelanjutan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan penuh rasa syukur, kami menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam penelitian dan pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Gunung Tumpeng, Desa Gerbo. Penghargaan setinggi-tingginya kami sampaikan kepada Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA), khususnya Program Studi Ilmu Komunikasi dan Program Studi Teknik Informatika, atas dukungan dan kesempatan yang diberikan dalam pelaksanaan program KKN-P 31 UMSIDA. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada para dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan sepanjang proses penelitian ini.
Kami juga berterima kasih kepada masyarakat Desa Gerbo, Perangkat Desa, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), komunitas PlANKER, serta semua pihak yang telah berpartisipasi aktif dalam pengembangan ekowisata di Gunung Tumpeng. Dukungan dan keterlibatan masyarakat menjadi kunci utama dalam keberhasilan program ini.
Tak lupa, kami mengapresiasi seluruh anggota tim KKN-P 31 UMSIDA yang telah bekerja keras dalam pemasangan plakat penunjuk arah serta berbagai kegiatan lainnya guna meningkatkan daya tarik wisata di Gunung Tumpeng. Semoga penelitian dan program ini dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi pengembangan pariwisata dan kesejahteraan masyarakat Desa Gerbo.
References
- D. Nurdiansah et al., “Penerapan Video Iklan Layanan Masyarakat untuk Membangun Citra dan Meningkatkan Potensi Desa Tambak Lekok Kecamatan Lekok Kabupaten Pasuruan,” vol. 02, no. 01, pp. 29–37, 2024.
- M. Nafi, B. Supriyadi, and N. Roedjinandari, “Pengembangan ekowisata daerah. Buku Bunga Rampai,” Buku Bunga Rampai ISBN 9786026672414, pp. 38–45, October 2017.
- M. Aurelia, N. Kosmaryandi, and S. Amanah, “Potensi Ekowisata Berbasis Masyarakat Kampung Urug, Sukajaya, Bogor,” Media Konserv., vol. 25, no. 1, pp. 1–9, 2019.
- M. R. Mu’tashim and K. Indahsari, “Pengembangan Ekowisata di Indonesia,” J. Usahid Solo, vol. 1, no. 1, pp. 295–308, 2021.
- M. Andini, “Analisis Potensi dan Daya Tarik Wisata Taman Way tebabeng di Desa Jagang,” Pengabdi. Kpd. Masy. Cendekia, vol. 1, no. 2, pp. 54–63, 2022.
- M Fathurrahman Nurul Hakim, “Potensi Dan Pengembangan Obyek Pariwisata Curug Jeglong Kabupaten Kendal Kabupaten Plantungan Jawa Tengah,” J. Tour. Econ., vol. 2, no. 1, pp. 10–19, 2024.
- S. Gupta, S. Modgil, C. K. Lee, and U. Sivarajah, “The future is yesterday: Use of AI-driven facial recognition to enhance value in the travel and tourism industry,” Inf. Syst. Front., vol. 25, no. 3, pp. 1179–1195, 2023.
- W. Yang, Q. Chen, Y. Dao, X. Huang, and W. Shao, “Ecological Civilization and High-Quality Development: Do Tourism Industry and Technological Progress Affect Ecological Economy Development?,” Int. J. Environ. Res. Public Heal., vol. 20, 2023.
- E. Koçak, T. Dogru, K. Shehzad, and U. Bulut, “The economic implications of the COVID-19 outbreak on tourism industry: Empirical evidence from Turkey,” Tour. Econ., vol. 29, no. 3, pp. 742–758, 2023.
- A. Apriani, A. A. Akbar, and J. Jumiati, “Valuasi Ekosistem Mangrove di Pesisir Kayong Utara, Kalimantan Barat,” J. Ilmu Lingkung., vol. 20, no. 3, pp. 553–562, 2022.
- A. T. Tjitrawati, R. Amalia, and F. Z. Z. Hamdan, “Legalitas Perizinan Kawasan Wisata Sebagai Upaya Pengembangan Desa Wisata,” Media Iuris, vol. 5, no. 1, p. 1, 2022.
- Tingang, Nugroho, and Hanafie, “Tradisi Grebeg Suro Sebagai Ritual Religi Desa Gerbo Dengan Pendekatan Symbolic Convergence Theory Universitas Yudharta Pasuruan Grebeg Suro is an important tradition in Javanese culture which is carried out in Gerbo Village , Pasuruan Regency . This trad,” vol. 11, no. 2, pp. 112–119, 2022.
- A. Mardani, F. Purwanti, and S. Rudiyanti, “Strategi Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat Di Pulau Pahawang Propinsi Lampung,” Manag. Aquat. Resour. J., vol. 6, no. 1, pp. 1–9, 2018.
- K. Nisa’ and R. M. M. Wispandono, “Peran Kelompok Sadar Wisata Dalam Mengembangkan Taman Wisata Laut Labuhan Sepulu Bangkalan,” Kinerja, vol. 5, no. 01, pp. 37–48, 2022.
- A. Primanda and L. O. S. Maftuh, “PERANCANGAN MEDIA INFORMASI UNTUK PENDAKI GUNUNG PEMULA (Studi Kasus: Jawa Barat),” J. Vis., vol. 1, no. 1, pp. 1–11, 2022.