Abstract

General Background: The development of reading literacy is a fundamental aspect of improving the quality of basic education and fostering critical thinking skills among students. Specific Background: In response to low reading fluency and vocabulary comprehension among fifth and sixth-grade students, KKN-P Group 04 from Universitas Muhammadiyah Sidoarjo implemented an active reading movement at SDN 1 Kunjang, Ngancar District, Kediri Regency. Knowledge Gap: Despite nationwide literacy initiatives, structured and continuous programs that specifically address the dual challenges of reading fluency and vocabulary mastery in rural elementary schools remain limited. Aims: This study aims to enhance students’ reading skills and vocabulary understanding through a focused, participatory literacy intervention. Results: The program was conducted over four weeks, with daily sessions from Monday to Thursday and weekly evaluations on Fridays. Strategies included group reading activities, vocabulary discussions, and regular assessments. The intervention yielded significant improvements in both reading fluency and vocabulary comprehension, as evidenced by student progress charts and comprehensive activity documentation. Novelty: The program’s structured approach, combining daily engagement with continuous evaluation, offers a replicable model for literacy enhancement in elementary education. Implications: This initiative demonstrates that systematic literacy programs can effectively address foundational educational challenges and may serve as a practical reference for other schools aiming to improve student literacy outcomes through sustained and adaptive methods.

Keywords: Literacy, Reading Fluency, Vocabulary, KKN-P UMSIDA, Elementary Education

Highlights:

  • Daily structured reading activities boost student literacy.

  • Vocabulary discussions improve word comprehension significantly.

  • Replicable program model supports rural school literacy initiatives.

I.Pendahuluan

Kemampuan literasi merupakan dasar penting dalam perkembangan akademik dan sosial seseorang. Literasi tidak hanya terbatas pada kemampuan membaca secara teknis, tetapi juga mencakup pemahaman yang mendalam terhadap makna teks, analisis kritis, serta keterampilan berpikir reflektif dan kreatif. Dalam konteks pendidikan dasar, literasi memiliki peran krusial dalam membentuk kemampuan kognitif dan afektif siswa yang

secara signifikan mempengaruhi prestasi akademik mereka. Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, literasi yang kuat di tingkat sekolah dasar dapat memperkuat kemampuan berpikir kritis dan analitis, yang sangat diperlukan dalam menghadapi perkembangan informasi yang cepat di era digital saat ini [1].

Tingkat literasi di banyak negara, termasuk Indonesia, masih relatif rendah. Berdasarkan laporan Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2022, Indonesia berada di peringkat ke-62 dari 79 negara dalam hal kemampuan membaca [2]. Rendahnya tingkat literasi ini tidak hanya menunjukkan keterbatasan dalam kemampuan teknis membaca, tetapi juga mencerminkan lemahnya kemampuan memahami konteks, menganalisis makna, dan menghubungkan informasi secara kritis [3]. Kondisi ini menjadi perhatian serius, terutama pada jenjang pendidikan dasar yang seharusnya menjadi landasan kuat bagi penguasaan keterampilan literasi yang menyeluruh.

Permasalahan serupa juga terjadi di banyak sekolah dasar, di mana siswa sering mengalami kesulitan dalam membaca dengan lancar serta terbatas dalam pemahaman kosakata. Selain itu, mereka cenderung pasif dalam berdiskusi dan kurang mampu mengemukakan pendapat secara kritis. Rendahnya kemampuan literasi ini sering kali disebabkan oleh kurangnya kebiasaan membaca secara mandiri serta minimnya variasi metode pembelajaran yang interaktif dan partisipatif [4]. Berbagai pendekatan telah diupayakan untuk meningkatkan literasi di kalangan siswa sekolah dasar, salah satunya melalui program "Gerakan Aktif Membaca." Program ini dirancang untuk meningkatkan kemampuan literasi secara komprehensif, mencakup keterampilan membaca teknis, pemahaman kosakata, serta kemampuan berpikir kritis melalui metode pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan [5].

Program ini umumnya dilaksanakan secara terstruktur dan intensif, mulai dari sesi membaca aktif hingga kegiatan membaca kelompok yang bertujuan untuk mendorong interaksi sosial dan diskusi yang konstruktif antar siswa. Gerakan Aktif Membaca ini didasarkan pada kebijakan pendidikan yang menekankan pentingnya pembiasaan positif di lingkungan sekolah, termasuk kegiatan literasi [3]. Selain itu, program ini mengadopsi pendekatan pedagogis konstruktivis yang menitikberatkan pada keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar untuk membangun pemahaman yang lebih dalam dan bermakna. Dalam pelaksanaannya, peran aktif guru sebagai fasilitator serta dukungan orang tua sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan literasi yang berkelanjutan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengimplementasikan bagaimana efektivitas program Gerakan Aktif Membaca dalam meningkatkan kemampuan literasi siswa sekolah dasar. Secara khusus, penelitian ini akan mengkaji penerapan program terhadap kelancaran membaca, pemahaman kosakata, dan kemampuan berpikir kritis siswa. Diharapkan hasil penelitian ini tidak hanya memberikan kontribusi ilmiah dalam bidang pendidikan literasi, tetapi juga menjadi acuan praktis bagi sekolah dasar dalam mengembangkan program literasi yang inovatif dan efektif.

II.METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif untuk menganalisis efektivitas Gerakan Aktif Membaca dalam meningkatkan kemampuan literasi siswa kelas 5 dan 6 di SDN 1 Kunjang. Menurut [6], metode kualitatif bertujuan untuk meneliti objek dalam kondisi aslinya serta memahami dan menafsirkan fenomena beserta maknanya dalam kehidupan sehari-hari [7]. Kegiatan ini dilaksanakan selama 4 minggu di SDN 1 Kunjang, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, dengan kegiatan membaca aktif dari hari Senin hingga Kamis dan sesi evaluasi pada hari Jumat, melibatkan siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca lancar dan pemahaman kosakata, serta desain kegiatan yang mencakup waktu 15 menit sebelum pembelajaran untuk membaca mandiri dengan pendampingan guru, pembentukan kelompok membaca untuk diskusi, penggunaan buku bacaan yang menarik dan sesuai minat siswa

Pengumpulan data melalui observasi dan wawancara dengan guru dan kepala sekolah, serta evaluasi numerik setiap Jumat untuk menilai kemampuan membaca, pemahaman kosakata, dan analisis teks siswa, yang kemudian dianalisis secara deskriptif untuk membandingkan hasil sebelum dan sesudah pelaksanaan program, serta melampirkan dokumentasi foto kegiatan sebagai bukti visual, dengan harapan dapat memberikan gambaran

komprehensif mengenai efektivitas dan tantangan dalam penerapan Gerakan Aktif Membaca sebagai strategi peningkatan literasi di SDN 1 Kunjang.

III.HASIL DAN PEMBAHASAN

Gerakan Aktif Membaca adalah strategi pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa melalui kegiatan membaca yang terstruktur dan rutin. Program ini dijadikan sebagai sebuah inisiatif yang dirancang oleh pemerintah dengan tujuan untuk memperkenalkan, mengembangkan, dan meningkatkan pendidikan literasi secara menyeluruh dan berkelanjutan di masyarakat, terutama di kalangan siswa [7]. Gerakan aktif membaca tidak hanya fokus pada kemampuan teknis membaca, tetapi juga pada pemahaman kosakata dan analisis teks. Kegiatan literasi tidak hanya terkait dengan kemampuan membaca dan menulis, melainkan juga mencakup aspek-aspek lain yang melibatkan kemampuan berpikir. Komponen-komponen literasi tersebut mencakup literasi numerasi (kemampuan berhitung), sains, teknologi informasi dan komunikasi (TIK), keuangan, budaya, dan kewarganegaraan. Implementasi gerakan ini di SDN 1 Kunjang melibatkan pemberian buku bacaan yang menarik, pengalokasian waktu 15 menit untuk membaca sebelum pembelajaran dimulai, serta pembentukan kelompok membaca untuk mendorong interaksi sosial dan diskusi antar siswa.

Permendikbud No. 23 Tahun 2015 pasal 1 ayat 2 menjelaskan bahwa Penumbuhan Budi Pekerti adalah pembiasaan sikap dan perilaku positif di sekolah, dimulai dari hari pertama masuk hingga lulus, dari SD hingga SMA. Salah satu cara untuk menerapkannya adalah melalui Gerakan Aktif Membaca [3]. Upaya penerapan gerakan aktif membaca di SDN 1 Kunjang dilakukan dengan memberikan buku bacaan yang menarik bagi siswa. Buku yang disediakan dipilih secara cermat dan berwarna agar sesuai dengan minat dan usia siswa. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan minat baca sejak dini dan menjadikan kegiatan membaca sebagai aktivitas yang menyenangkan. Dengan menyediakan bacaan yang relevan dan menarik, diharapkan siswa semakin termotivasi untuk membaca secara aktif dan rutin setiap harinya.

Gerakan Aktif Membaca dialokasikan waktu selama 15 menit hingga 20 menit sebelum pembelajaran dimulai, sehingga memberikan kesempatan bagi siswa untuk membaca secara mandiri. Selama penerapan program ini, siswa diharapkan dapat mengembangkan kebiasaan membaca bersama bimbingan dari Mahasiswa/i KKN Umsida. Kemampuan berbahasa dapat ditingkatkan dengan melatih empat keterampilan dasar: berbicara, menulis, mendengar, dan membaca. Menguasai keempat keterampilan tersebut akan memperluas kosakata dan meningkatkan kefasihan dalam berbahasa [8]. Selain itu, siswa juga diajak untuk mendiskusikan hasil pemikiran mereka dan berbagi pendapat tentang isi bacaan. Hal ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman mereka serta mengasah kemampuan berpikir secara kritis. Kegiatan ini diharapkan dapat membantu siswa berpikir lebih analitis dan dapat meningkatkan keterampilan literasi mereka.

Mahasiswa KKN membagi ke dalam beberapa kelompok belajar untuk berdiskusi mengenai isi bacaan yang telah mereka baca. Diskusi ini memberikan kesempatan berpendapat bagi siswa untuk saling menukar pemahaman mereka tentang isi bacaan tersebut. Kemampuan berpikir kritis siswa juga dilatih dengan mendorong mereka untuk menganalisis serta memberikan pendapat tentang bacaan tersebut. Dengan cara ini, pemahaman dan kemampuan berpikir siswa dapat ditingkatkan. Membaca buku literasi non-pelajaran selama waktu sebelum pembelajaran dimulai dapat membantu siswa lebih cepat menangkap informasi baru, menambah wawasan, memperluas kosakata, meningkatkan daya ingat, dan memudahkan mereka dalam menyerap materi pelajaran [9]

Dalam pelaksanaan program Gerakan aktif membaca (GAM), terdapat beberapa faktor pendukung saat melaksanakan kelancaran program ini. Pertama, Keterlibatan aktif dari kepala sekolah dalam mendukung implementasi gerakan aktif membaca, Guru dan siswa yang berpartisipasi secara aktif dalam pelaksanaan program ini, dapat meningkatkan budaya minat baca di kalangan siswa yang ada di SD Negeri 1 kunjang dengan jumlah 18 siswa yang berpotensi besar keberhasilan selama penerapan program ini. Hasil penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa siswa dengan minat baca yang tinggi memiliki kemampuan literasi yang lebih baik [10]. Terakhir, lingkungan sekolah yang kondusif memberikan kenyamanan bagi siswa dalam proses belajar, sehingga fokus terhadap materi yang telah dipelajari. Namun, ada beberapa faktor penghambat yang dapat mempengaruhi penerapan program Gerakan Aktif Literasi (GAM) Seperti, kondisi buku yang sudah mulai rusak dan kurangnya variasi koleksi buku menjadi masalah utama yang mempengaruhi minat baca siswa. Hal ini jelas mempengaruhi turunnya minat siswa terhadap literasi. Hasil penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa kondisi buku dan koleksi buku yang kurang menarik dapat mengurangi minat baca siswa [11].Dalam implementasi program GAM,[12] menekankan peran faktor pendorong dan penghambat. Solusi untuk mengatasi hambatan meliputi peningkatan pengembangan diri siswa dan dorongan untuk membaca secara aktif, sejalan dengan [13] dan [14] yang menekankan pengaruh lingkungan terhadap perkembangan anak. Kendala fasilitas sekolah juga menjadi masalah utama; [15] menegaskan bahwa fasilitas pendidikan yang memadai mendukung proses belajar.

Keterlibatan aktif dari kepala sekolah dalam mendukung implementasi gerakan aktif membaca. Kepala sekolah tidak hanya mendukung secara administratif, tetapi juga berperan langsung dalam mendorong, mengawasi, memotivasi, dan memberikan fasilitas agar program yaNg diterapkan dapat berjalan dengan baik [16]. Misalnya, kepala sekolah dapat menyediakan anggaran untuk pembelian buku, mengadakan kegiatan literasi, atau memberikan motivasi kepada guru dan siswa selama proses pembelajaran. Guru memiliki peran penting dalam mendorong dan membimbing peserta didik untuk membiasakan diri membaca, sehingga mereka dapat memaksimalkan potensi akademik dan personal mereka. Implementasi gerakan literasi membaca di sekolah dasar memerlukan keterlibatan aktif dari guru untuk mencapai hasil yang optimal, membantu peserta didik menjadi pembelajaanr yang lebih baik dan individu yang lebih berpengetahuan. Kemampuan membaca dan literasi di Indonesia masih dikategorikan rendah [17].

Guru dan siswa yang berpartisipasi secara aktif dalam pelaksanaan program. Guru harus aktif membimbing siswa dalam membaca, membuat strategi pembelajaran yang menarik, serta memotivasi siswa agar gemar membaca [18]. Sementara itu, siswa juga perlu berpartisipasi dengan mengikuti kegiatan membaca, mendiskusikan buku yang telah dibaca, dan menunjukkan minat mereka dalam meningkatkan literasi. Meningkatnya budaya minat baca di kalangan siswa yang terlihat dari antusiasme mereka dalam meminjam buku di perpustakaan sekolah. Ditandai dengan semakin banyaknya siswa yang antusias meminjam buku di perpustakaan sekolah. Ini menunjukkan bahwa program berjalan dengan baik, siswa menikmati membaca, dan mereka secara mandiri mencari bahan bacaan untuk menambah wawasan dan hiburan.

Kurangnya ketersediaan buku bacaan yang menarik dan bervariasi di perpustakaan sekolah. Perpustakaan sekolah belum memiliki koleksi buku yang cukup beragam dan sesuai dengan minat serta kebutuhan siswa. Jika buku yang tersedia kurang menarik, siswa akan cenderung malas membaca. Selain itu, variasi buku yang terbatas juga dapat membatasi perkembangan literasi siswa karena mereka tidak. Masih ada siswa yang belum mampu membaca dengan lancar, terutama di kelas 5 dan 6 Menunjukkan bahwa masih ada kendala dalam kemampuan dasar membaca, meskipun mereka sudah berada di tingkat yang lebih tinggi. Hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya bimbingan dalam pembelajaran membaca sejak dini, metode pengajaran yang kurang efektif, atau kurangnya kebiasaan membaca di lingkungan sekolah dan rumah.

Kesulitan ini dapat berdampak pada pemahaman mereka terhadap berbagai mata pelajaran lain yang membutuhkan keterampilan membaca [19]. Keterbatasan pemahaman kosakata pada sebagian siswa sehingga menghambat pemahaman teks secara keseluruhan. Banyak siswa yang masih mengalami kesulitan dalam memahami makna kata-kata dalam teks. Hal ini menyebabkan mereka sulit mengerti isi bacaan secara keseluruhan. Dikutip pada [20] Kurangnya kosakata bisa terjadi karena minimnya interaksi dengan bahan bacaan

yang beragam atau kurangnya strategi pembelajaran yang membantu siswa memperkaya kosakata mereka. Akibatnya, pemahaman mereka terhadap teks menjadi terhambat, dan minat membaca pun bisa menurun.Hasil rata-rata peningkatan membaca pada siswa kelas 5 dapat dilihat pada diagram di bawah ini :

Figure 1. Diagram 1 Hasil Penilaian Kelas 5

Diagram Peningkatan kelas 6

Hasil rata-rata peningkatan membaca pada siswa kelas 6 dapat dilihat pada diagram di bawah ini :

Figure 2. Diagram 2 Hasil Penilaian Kelas 6

Berdasarkan hasil diagram yang diperoleh, terlihat adanya peningkatan signifikan dalam kemampuan membaca siswa setelah mengikuti Gerakan Aktif Membaca selama 4 minggu. Peningkatan ini terlihat dari peningkatan kelancaran membaca, pemahaman kosakata, dan kemampuan menganalisis teks. Sebelum program dilaksanakan, sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam membaca lancar dan memahami makna kata-kata dalam teks. Namun, setelah implementasi gerakan ini, terjadi peningkatan pada aspek-aspek berikut:

  1. Kelancaran Membaca: Siswa menunjukkan peningkatan dalam kecepatan membaca dengan pelafalan yang lebih jelas dan lancar. Peningkatan ini disebabkan oleh latihan membaca yang rutin dilakukan setiap hari Senin hingga Kamis.
  2. Pemahaman Kosakata: Terjadi peningkatan pada kemampuan siswa dalam memahami kosakata yang lebih kompleks. Hal ini terlihat dari hasil evaluasi pada hari Jumat, di mana siswa mampu menjelaskan arti dari kosakata yang sebelumnya dianggap sulit.
  3. KemampuanAnalisisTeks: Siswa mulai mampu mengidentifikasi ide pokok dan pesan moral dari teks yang dibaca, yang menunjukkan adanya peningkatan dalam kemampuan berpikir kritis. Selain itu, program ini juga meningkatkan minat baca siswa, ketepatan menyuarakan tulisan, kejelasan lafal, ketepatan intonasi, kelancaran membaca, yang terlihat dari meningkatnya antusiasme siswa dalam meminjam buku di perpustakaan sekolah.

Dokumentasi kegiatan berupa foto-foto pelaksanaan Gerakan Aktif Membaca dapat dilihat pada bagian berikut :

Figure 3. Lampiran 3.1 Kegiatan Aktif Membaca

Kegiatan Gerakan Aktif Membaca di SDN 1 Kunjang menunjukkan efektivitas dalam meningkatkan kemampuan membaca dan pemahaman kosakata siswa kelas 5 dan 6. Program ini tidak hanya memperbaiki kelancaran membaca dan pemahaman kosakata, tetapi juga mendorong minat baca siswa secara keseluruhan. Melalui metode pembacaan bersama, diskusi kosakata, serta evaluasi rutin, siswa menjadi lebih percaya diri dalam membaca dan lebih aktif dalam memahami isi bacaan. Pendekatan yang sistematis dan konsisten dari program ini berdampak positif pada suasana belajar di kelas, menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan literasi siswa. Dengan hasil yang didukung oleh dokumentasi dan analisis kegiatan yang menunjukkan peningkatan signifikan, program ini dapat dijadikan sebagai contoh bagi sekolah lain yang ingin mengadopsi metode serupa. Keberlanjutan program diharapkan terus mendorong peningkatan literasi siswa serta membangun budaya membaca sejak usia dini.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada SDN 1 Kunjang, para guru, dan siswa yang telah berpartisipasi aktif dalam program ini. Terima kasih juga kepada Universitas Muhammadiyah Sidoarjo atas dukungan yang diberikan dalam pelaksanaan KKN-P di Desa Kunjang. Selain itu, terima kasih kepada seluruh anggota KKN-P Kelompok 04 yang telah berkontribusi dalam keberhasilan program ini.

References

  1. S. Masitoh, “Blended Learning Berwawasan Literasi Digital Suatu Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran dan Membangun Generasi Emas 2045,” Proc. ICECRS, vol. 1, no. 3, pp. 13–34, 2018, doi: 10.21070/picecrs.v1i3.1377.
  2. N. Kurniawati, U. Suryakancana, U. Suryakancana, G. Ismiati, and U. Suryakancana, “Gerakan Literasi Menuju Neglasari Kahiji Melalui Program Read Aloud Untuk Meningkatkan Ipm Bidang,” PENMASKU Junal Pengabdi. Masy. Univ. Kuningan, vol. 1, pp. 13–21, 2021.
  3. Erni Iwayantari, “PENERAPAN GERAKAN LITERASI SEKOLAH DALAMMENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DANDAMPAKNYA TERHADAP UPAYA MENUMBUHKAN NILAI-NILAIKARAKTER DI SMPN 2 BOJONGSOANG,” 2021.
  4. Y. R. Sari, E. T. Ayuh, and H. Gunawan, “Pengembangan Minat Baca Anak Melalui Latihan Membaca Di Desa Padang Pelasan,” J. Pendidik. dan Pengabdi. Masy., vol. 8, no. 1, 2025.
  5. A. B. Citta, N. Ilmi, A. Muhammad, S. Idris, and U. Hasanuddin, “Pelatihan dan Pendampingan Literasi Bahasa Inggris Untuk Mendukung Kemajuan Masyarakat di Era Global Pada Masyarakat Kecamatan Manggala,” J. Pengabdi. Sos., vol. 2, no. 3, pp. 3486–3494, 2025.
  6. N. K. Denzin and Lincoln, “Handbook of Qualitative Research,” Thousand Oaks, 2000.
  7. N. Sari Burhan, I. Agus Basuki, and I. Artikel Abstrak, “Implementasi Tahap Pembiasaan Gerakan Literasi Sekolah,” J. Pendidik. Teor. Penelitian, dan Pengemb., vol. 5, no. 3, pp. 367–373, 2020. pelajaran Problem Based Learning (PBL) sebagai Sistem Belajar Mengajar Bahasa Indonesia Inovatif di Sekolah Dasar,” J. Basicedu, vol. 5, no. 5, pp. 3829–3840, Sep. 2021, doi: 10.31004/basicedu.v5i5.1415.
  8. S. Kirana, S. Wiwikananda, and A. Briansyah, “Peran Guru Terhadap Keterampilan Membaca Melalui Gerakan Literasi Sekolah Peserta Didik Sekolah Dasar,” 2024.
  9. W. Dwi Aryani and H. Purnomo, “Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Dalam Meningkatkan Budaya Membaca Siswa Sekolah Dasar,” J. Edukasi Madrasah Ibtidaiyah, vol. 5, no. 2, pp. 71–82, 2023.
  10. C. D. Rohim and S. Rahmawati, “Di Sekolah Dasar Negeri,” Kaji. Pendidik. Dan Has. Penelit., vol. 6, no. 3, p. 2, 2020.
  11. M. Pridayani and A. Rivauzi, “Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Program Penguatan Pendidikan Karakter Religius Terhadap Siswa,” An-Nuha, vol. 2, no. 2, pp. 329–341, 2022, doi: 10.24036/annuha.v2i2.188.
  12. F. Muzzamil, “Pengaruh Lingkungan Terhadap Perkembangan Sosial Emosional Anak,” MURANGKALIH J. Pendidik. Anak Usia Dini, vol. 2, no. 02, pp. 1–20, 2021, doi: 10.35706/murangkalih.v2i02.5811.
  13. M. Z. Rara, H. H. Liza, A. S. N. A. Asti, and R. R. F. Riri, “Challenges and Opportunities for Using Smartphones as Learning Media for Students of Islamic Education Study Program, State University of Jakarta,” J. Soc. Sci. Educ., vol. 1, no. 1, pp. 1–8, 2024, doi: 10.58230/josse.v1i1.30.
  14. M. Kanusta, Gerakan Literasi dan Minat Baca. CV. Azka Pustaka., 2021.
  15. A. B. Putra, I. Nasution, and Y. Yahfizham, “Manajemen kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia di sekolah menengah pertama islam terpadu madani,” J. Educ. J. Pendidik. Indones., vol. 10, no. 1, p. 435, 2024, doi: 10.29210/1202424376.
  16. A. Zahiroh, “Peningkatan Keterampilan Berbicara Menggunakan Media Visual Pada Peserta Didik Kelas V Sdn Mekarjaya 14 Depok Skripsi,” 2022.
  17. V. Safitri and F. Dafit, “Peran Guru Dalam Pembelajaran Membaca Dan Menulis Melalui Gerakan Literasi Di Sekolah Dasar,” J. Basicedu, vol. 5, no. 3, pp. 1356–1364, 2021, doi: 10.31004/basicedu.v5i3.938.
  18. Y. Suchyadi, “Analisis Bimbingan Belajar Siswa Berkesulitan Membaca,” J. Soc. Stud. Arts Humanit., vol. 2, no. 2, pp. 137–142, 2022, doi: 10.33751/jssah.v2i2.7146.
  19. A. Mahbubi, “Metode Pembelajaran Bahasa Arab Konvensional dan Kontemporer (Analisis Komparatif),” J. alfazuna, vol. 9, no. Desember, pp. 107–132, 2024.