Abstract

The purpose of this study is to examine the important role of finance in optimizing laboratory facilities. The research is using a qualitative-descriptive study with interview methods and triangulation techniques. Interviews were conducted with the Principal, Deputy Principal for Curriculum, Deputy Principal for Facilities and Infrastructure, and Treasurer of educational institutions. The results of this activity illustrate that the development of funding for educational institutions is expected to increase the ability of students in learning. One of them is the development of laboratory facilities.

PENDAHULUAN

Kegiatan proses belajar mengajar dilaksanakan oleh suatu lembaga pendidikan. Tugas kelembagaan pada lembaga pendidikan yang sesuai dengan fungsi dan tujuan telah di tetapkan berdasarkan ketentuan yang berlaku. Tingkat pendidikan, bentuk, isi, dan tujuan merupakan dasar dari tugas keilmuan. Selain kedua tugas diatas, ada juga tugas fungsional yang pada pengelolaan dan pelaksanaan pendidikan mendasarkan pada ketentuan jabatannya. (Tim, 2011)

Setiap lembaga pendidikan perlu memperhatikan unsur - unsur Manajemen Sekolah. Beberapa unsur sekolah yang perlu dikelola dalam penerapan manajemen berbasis sekolah diantaranya adalah kurikulum, tenaga kependidikan, kesiswaan, keuangan, sarana dan prasarana pendidikan, serta pengelolaan hubungan lembaga pendidikan dan masyarakat. (Mulyasa, 2002:40).

Keenam unsur tersebut akan saling mendukung dalam kegiatan pembelajaran. Di sisi lain, enam unsur itu akan memiliki peran dan fungsi yang saling menunjang. Keuangan sebagai modalitas utama dalam suatu kegiatan pendidikan itu akan menunjang berbagai macam kegiatan dan pengadaan sebagai sarana dan prasarana. Dengan adanya keuangan yang kuat, maka seluruh program yang sudah direncanakan oleh kepala sekolah akan bisa berjalan dengan lancar.

Dalam konsep pembelajaran maka kegiatan pembelajaran itu akan berjalan dengan mudah dan siswa akan memperoleh pemahaman yang maksimal apabila di tunjang dengan sarana dan prasarana. Dalam hal ini, sarana dan prasarana di SMA terdiri dari beberapa komponen. Pada jurusan IPA memerlukan adanya praktikum. Dengan adanya praktikum maka diperlukan suatu sarana dan prasarana yaitu laboratorium. Oleh sebab itu, laboratorium menjadi komponen penting dalam menunjang kegiatan pembelajaran.

Dengan demikian, maka antara pengelolaan keuangan di lembaga pendidikan dengan pengadaan sarana dan prasarana itu saling terkait. Hal ini menjadi suatu modal utama pencapaian tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan oleh lembaga pendidikan yang tertuang dalam visi dan misi lembaga pendidikan.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, penulis membuat sebuah artikel yang mengkaji tentang Pentingnya Peranan Keuangan Dalam Optimalisasi Fasilitas Laboratorium.

Adapun tujuan penyusunan artikel ini adalah untuk mengetahui bagaimana Pentingnya Peranan Keuangan Dalam Optimalisasi Fasilitas Laboratorium.

METODE

Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian kualitatif yaitu sebuah penelitian yang dialami langsung oleh subjek peneliti dengan menafsirkan suatu peristiwa / kejadian seperti persepsi, tingkah laku, motivasi, tindakan, dan sebagainya dengan menyeluruh. Selain itu, memaparkannya dengan kata-kata dan bahasa yang jelas serta mudah dimengerti dan menggunakan beragam metode alamiah. Pada bidang pendidikan, tujuan penelitian kualitatif adalah untuk mengetahui berbagai kejadian perilaku pendidik dan proses pembelajaran peserta didik. Akan tetapi pada bimbingan dan konseling, penelitian kualitatif dimaksudkan untuk mengetahui berbagai kejadian perilaku pendidik bimbingan dan konseling (konselor) serta klien pada proses bimbingan dan konseling dengan menyeluruh. (Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling, 2012)

Sejalan dengan objek kajian di atas, maka penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan pendekatan penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang secara langsung dilakukan pada responden. (Hasan, 2002) Penelitian ini adalah hasil kajian mendalam perihal kejadian, lingkungan serta kondisi yang digunakan untuk mengetahui suatu. (Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian, 2012)

Fokus Penelitian

Penelitian ini terfokus pada studi analisis tentang pentingnya peranan keuangan dalam optimalisasi fasilitas laboratorium di SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo, meliputi manajemen keuangan, sumber-sumber keuangan, proses pengelolaan keuangan, serta peran keuangan dalam optimalisasi laboratorium pada lembaga pendidikan.

Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo. Peneliti memilih lokasi ini dikarenakan ketersediaan dan kelengkapan serta pengelolaan fasilitas laboratorium.

Data pengamatan merupakan data primer dan sekunder yang diambil selama masa penelitian. Subyek penelitian merupakan sumber data yang didapat, diambil, dan di kumpulkan. Pada penelitian ini data primer yaitu semua bukti dan keterangan yang didapat dari Kepala Sekolah, Bendahara lembaga pendidikan, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, serta Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana. Data sekunder merupakan data yang tidak langsung dan tercatat, dalam hal ini adalah arsip/naskah. Arsip/naskah merupakan semua bahan tertulis atau film yang tercatat atau terekam (Fathoni, 2006). Dokumen resmi, dokumen pribadi, majalah ilmiah dan sumber buku merupakan sumber yang tertulis. Pada penelitian ini arsip/naskah yang digunakan adalah sumber buku besar pengelolaan keuangan di SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam mendapatkan data yang diinginkan, berkenaan dengan studi literatur maupun data yang diperoleh dari data yang dapat dibuktikan keakuratannya merupakan teknik pengumpulan data. Buku-buku, karya tulis maupun dokumen-dokumen yang berkaitan dengan tema pendidikan pada penelitian ini ditelaah oleh peneliti. Yang selanjutnya akan dijadikan referensi dan sarana utama bagi praktek penelitian lapangan.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa metode yaitu;

Metode Tanya Jawab

Metode Tanya Jawab merupakan teknik akumulasi data yang dilakukan dengan cara tanya jawab secara langsung dalam satu arah, dimana pertanyaan tersebut datang dari pihak penanya dan jawaban diberikan oleh pihak yang ditanyai. (Fathoni, 2006)

Metode Tanya Jawab adalah media pencari data yang dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari tanya jawab yaitu dengan pertemuan secara langsung antara peneliti dan sumber data.

Metode ini berlangsung dengan prosedur; peneliti mengajukan pertanyaan, mencatat, menilai jawaban, meminta penjelasan, dan melakukan penggalian lebih dalam. Di satu sisi, sumber data menjawab pertanyaan, memberikan penjelasan serta terkadang menjawab dengan mengajukan pertanyaan. (Hadi, 2004)

Dalam hal ini data diperoleh dari tanya jawab yang dilakukan terhadap Kepala Sekolah, Bendahara, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, serta Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo tentang pentingnya peranan keuangan dalam optimalisasi fasilitas laboratorium.

Metode Observasi

Pengamatan dan pencatatan sistematis pada hal yang nampak di obyek penelitian dilakukan dengan menggunakan metode observasi. (Prastowo, 2012, hal. 220) Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan sistematik tentang gejala yang muncul pada obyek penelitian. Observasi digunakan untuk mengukur perilaku individu maupun proses terjadinya aktivitas dengan cara mengambil data yang dapat diamati pada kondisi nyata maupun dalam kondisi buatan. (Ibrahim, 2001)

Teknik observasi yaitu suatu teknik pengambilan data yang dilakukan dengan pengamatan langsung. Kegiatan tersebut dilakukan melalui pengamatan yang meliputi: mengamati, mencatat, merekam, menghitung, mengukur semua kejadian yang terjadi di lapangan.

Observasi penelitian ini menggunakan teknik observasi secara langsung dimana peneliti melihat langsung dokumen resmi buku besar pengelolaan keuangan di SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo.

Metode Dokumentasi

Yaitu suatu metode yang menggunakan pencarian data mengenai suatu hal ataupun variabel yang meliputi buku transkrip, catatan, prasasti, surat kabar, agenda dan sebaginya. (Arikunto, 2002)

Ada dua dokumen yang digunakan yaitu meliputi dokumen pribadi dan dokumen resmi antara lain surat keputusan dan surat-surat resmi lainnya, data-data yang diperoleh tersebut selanjutnya dikumpulkan dengan cara memfotokopi atau difoto. (Tohirin, 2012, hal. 68)

Adapun yang dimaksud dengan dokumen dalam penelitian ini adalah dokumen yang resmi yaitu dokumen yang diperoleh dari Bendahara SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo.

Uji Keakuratan Data

Pengecekan data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang telah diperoleh tersebut dapat dipercaya atau tidak. Adapun maksud pengecekan data tersebut adalah untuk menjawab rumusan masalah penelitiannya.

Seperti yang dicuplik oleh Tohirin dari Mils dan Huberman menyatakan bahwa Kebenaran data atau keabsahan pada penelitian kualitatif mempunyai arti “sejauh mana kondisi subjek penelitian ditentukan untuk mewakili gejala yang diteliti”. (Tohirin, 2012, hal. 75) Apabila data yang didapat tepat dan konsisten menunjukkan keaslian data yang nyata.

Penelitian ini menggunakan 2 teknik pengujian keakuratan data diantaranya:

Triangulasi

Yaitu Teknik pengamatan keaslian data yang digunakan untuk pembanding terhadap data yang telah diperoleh. Tujuan teknik adalah untuk mensinkronisasikan keaslian data dari beberapa sumber yang diperoleh pada masa tertentu dan dengan teknik yang berbeda. (Tohirin, 2012, hal. 76)

Dua strategi pada triangulasi meliputi: a) triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan data dan meninjau kembali informasi dari observasi dan wawancara. b) triangulasi sumber. Dilakukan dengan cara peneliti mencari keterangan lain mengenai suatu tema yang digalinya dari lebih satu sumber yaitu wawancara dengan Kepala Sekolah, Bendahara, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, serta Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo. (Putra, 2012, hal. 103-104). Data yang diperoleh dari wawancara melalui Kepala Sekolah, Bendahara, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, serta Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo ditriangulasi dengan dokumen sekunder lainnya.

Kecukupan Referensial

Kelengkapan pengumpulan data dilakukan melalui perekam suara, kamera foto, dan kamera video. Teknik tersebut merupakan teknik pengujian keakuratan data. Selain deskripsi verbal dalam catatan kualitatif ada juga bukti lain yang dapat digunakan sehingga lebih meyakinkan dengan adanya banyak bukti. (Putra, 2012, hal. 103-104)

Proses pengumpulan dan uji keakuratan data dilakukan setelah dilakukan analisis data. Analisis data adalah kegiatan merumuskan data dengan sistematis catatan temuan melalui pengamatan dan tanya jawab yang terekam guna peningkatan pemahaman dan fokus kajian. Temuan tersebut selanjutnya diedit, diklasifikasi, direduksi, dan disajikan. Patton dan Kartini dalam Tohirin, menyatakan “proses mengatur data, menyusun atur data ke dalam pola, mengkategori dan kesatuan uraian yang mendasar adalah proses dalam analisis data”. (Putra, 2012, hal. 106-108)

Teknik Analisis Data

Proses pencarian dan penataan sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk peningkatan pemahaman peneliti terhadap kasus yang di teliti dan menyampaikannya sebagai temuan bagi orang lain merupakan upaya dalam analisis data.

Data yang terkumpul akan dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Kegiatan analisa data dilakukan pada awal dan selama proses penelitian berlangsung. Teknik analisis data menggunakan 3 tahapan, yaitu :

Data Reduction/ Reduksi Data

Struktur atau peralatan untuk memilah, memilih, memusatkan perhatian, mengatur, dan menyederhanakan data merupakan reduksi data. Proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan merupaka tahap-tahap dalam proses ini. Laporan akhir tersusun secara lengkap ketika proses ini telah berlangsung secara terus-menerus pada penelitian di lapangan. Kegiatan tersebut merupakan bentuk analisis dalam mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan menyusun data. Cara ini digunakan untuk menarik dan menentukan kesimpulan akhir. (Rohidi, 2011)

Data yang diperoleh dari kegiatann ini lalu ditransformasikan dan disederhanakan dengan bermacam cara meliputi penyeleksian yang ketat, dengani ringkasan, penggolongan dalam satu pola yang lebih luas, dan sebagainya. Inti dari reduksi data ialah meringkas dan memilih hal-hal pokok serta berfokus hal-hal yang penting mengenai hasil pengamatan yang muncul dari catatan lapangan. Catatan lapangan disusun secara sistematis dengan menekankan pokok-pokok yang penting sehingga data mudah dikendalikan dan mudah dicari sewaktu-waktu akan dipergunakan.

Penyajian Data

Penyajian data dilakukan setelah reduksi data dilaksanakan. Kegiatan ini merupakan penyajian sekelompok informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Melalui tahapan ini, akan diperoleh pemahaman tentang apa yang sedang terjadi dan tindakan apa yang harus dilakukan. (Rohidi, 2011)

Data pada penelitian kualitatif ditampilkan dengan bentuk tabel selanjutnya di deskripsikan atau di narasikan.. Hasil reduksi data dibaca berhati-hati untuk mengetahui pola dan tema kejadian yang diteliti. Setiap kalimat yang telah direduksi disebut sebagai unit. Kode berkaitan dengan pertanyaan penelitian serta definisi operasional dilakukan setelah data direduksi.

Dalam hal ini ialah penyampaian informasi berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara terhadap Kepala Sekolah, Bendahara, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, serta Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo tentang pentingnya peranan keuangan dalam optimalisasi fasilitas laboratorium, observasi, serta dokumen-dokumen dari bendahara SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo berkenaan dengan pentingnya peranan keuangan dalam optimalisasi fasilitas laboratorium untuk kemudian disusun secara baik, runtut, sehingga mudah dilihat, dibaca, dan dipahami.

Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Kegiatan analisis yang ketiga adalah menarik kesimpulan dan verifikasi. Dengan mengikuti pendapat Miles dan Huberman sebagaimana yang dikutip Tjetjep, bahwa kegiatan ini sesungguhnya hanya merupakan sebagian dari suatu kegiatan konfigurasi yang utuh. Artinya kesimpulan-kesimpulan yang telah diambil juga dilakukan verifikasi selama penelitian berlangsung. (Rohidi, 2011)

Peneliti mengambil kesimpulan yang bersifat umum didasarkan dari data-data yang diperoleh di lapangan pada berbagai sumber. Dengan bertambahnya data yang diperoleh melalui proses verifikasi secara terus-menerus, maka akan didapatkan kesimpulan secara terperinci dan mengarah. Selama penelitian berlangsung, seluruh kesimpulan terus dilakukan verifikasi. Melalui analitis data Kesimpulan yang diperoleh dijadikan pedoman dalam merumuskan rekomendasi dan implikasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keuangan Lembaga Pendidikan

Keuangan Lembaga Pendidikan merupakan salah satu substansi keuangan lembaga pendidikan dalam menentukan berjalannya kegiatan pendidikan di lembaga pendidikan. Diantara kegiatan yang dilakukan keuangan lembaga pendidikan yaitu meliputi proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan dan pengendalian seperti pada substansi manajemen pendidikan pada umumnya. Aktivitas tersebut antara lain yaitu memperoleh dan menetapkan sumber-sumber pendanaan, pemanfaatan dana, pelaporan, pemeriksaan dan pertanggungjawaban. (Thomas, 2011)

Proses perencanaan menjelaskan tentang dimana, kapan, untuk apa dan berapa lama akan dilaksanakan, serta bagaimana cara melaksanakannya. Pengorganisasian menjelaskan tentang bagaimana tata kerja dan aturan. Pelaksanaan menjelaskan tentang apa yang dilakukan, siapa saja yang terlibat serta tiap-tiap individu bertanggung jawab dalam hal apa. Pengawasan dan pemeriksaan menjalankan kriterianya, siapa yang akan melakukannya, bagaimana upaya melaksanakannya. Umpan balik bertujuan menyimpulkan dan memberi saran secara berkesinambungan demi tercapainya manajemen operasional lembaga. (Costa, 2000, hal. 75)

Menurut (Sinungan, 1993) menekankan pada penyusunan rencana (planning) pada setiap penggunaan anggaran. Langkah utama dalam penentuan rencana pengeluaran keuangan yaitu menganalisis berbagai aspek yang berhubungan erat dengan pola perencanaan anggaran/biaya yang didasarkan pertimbangan kondisi keuangan, line of business, keadaan para konsumen, organisasi pengelola, dan skill para pejabat pengelola.

Menurut manajemen berbasis sekolah (MBS), manajemen keuangan harus dikelola dengan baik dan teliti sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien agar tidak ada kebocoran-kebocoran dan terbebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme, baik itu dari tahap penyusunan anggaran, penggunaan, sampai pengawasan dan pertanggungjawaban. (Suryana D. , 2008)

Sumber-Sumber Keuangan Lembaga Pendidikan

Secara garis besar sumber keuangan atau pembiayaan pada suatu lembaga pendidikan dikelompokkan atas tiga sumber, yaitu :

Pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, atau keduanya

Dana dari pemerintah disediakan melalui jalur Anggaran Rutin yang dialokasikan kepada semua sekolah untuk setiap tahun ajaran. Dana ini lazim disebut dana rutin. Mata anggaran dan besarnya dana untuk masing-masing jenis pengeluaran sudah ditentukan Pemerintah. Pengeluaran dan pertanggungjawaban atas pemanfaatan dana rutin harus benar-benar sesuai dengan mata anggara tersebut. Selain dana rutin, pemerintah sekarang juga memberikan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Dana ini diberikan secara berkala yang digunakan untuk membiayai seluruh kegiatan operasional sekolah.

Orang tua peserta didik

Sumbangan dana dari orang tua siswa berasal dari sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) yang selanjutnya menjadi dana pembinaan pendidikan (DPP).

Masyarakat, baik yang mengikat ataupun tidak mengikat.

Dana ini biasanya merupakan sumbangan sukarela yang tidak mengikat dari anggota-anggota masyarakat sekolah yang menaruh perhatian terhadap kegiatan pendidikan di suatu sekolah. Sumbangan sukarela yang diberikan tersebut merupakan wujud dari kepeduliannya karena merasa terpanggil untuk turut membantu kemajuan pendidikan.Dana ini ada yang diterima dari perorangan, dari suatu organisasi, dari yayasan ataupun dari badan usaha baik milik pemerintah maupun milik swasta.

Proses Pengelolaan Keuangan di Lembaga Pendidikan

Setiap tahun lembaga pendidikan harus menyusun rencana kerja dan anggaran sekolah (RKAS). RKAS ini disusun berdasarkan rencana kerja lembaga pendidikan yang sifatnya tahunan. Dasar penyusunan rencana kerja tahunan lembaga pendidikan adalah hasil evaluasi diri tahunan lembaga pendidikan dan rencana jangka menengah lembaga pendidikan yang harus selaras dengan visi dan misi yang telah ditetapkan. Dari perumusan tesebut kemudian ditetapkan rancangan aktivitas dan berbagai layanan yang dilakukan lembaga pendidikan sesuai dengan fungsi jangka panjang dan jangka pendek serta target yang dicapai baik output maupun outcomes-nya, maka disusunlah anggaran keuangan sehingga jadilah perencanaan keuangan yang strategis sesuai kondisi lembaga pendidikan.

Penyusunan RKAS yang baik akan menentukan kelancaran dalam pelaksanaan kegiatan, oleh karena itu RKAS harus disusun bersama dibawah koordinasi kepala sekolah selaku manajer lembaga pendidikan. Kepala sekolah harus melibatkan seluruh stakeholders seperti komite lembaga pendidikan, dewan guru, pegawai, orang tua peserta didik, tokoh masyarakat dan pihak dinas pendidikan. Penyusunan RKAS diantaranya membahas mengenai Rencana Anggaran Pendapatan Dan Belanja Sekolah (RAPBS) untuk satu tahun pelajaran.

Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) harus merujuk pada rencana pengembangan lembaga pendidikan dan hal tersebut merupakan bagian dari rencana operasional tahunan. Penganggaran RAPBS meliputi pengembangan kompetensi guru, kegiatan pembelajaran, renovasi gedung, buku, alat-alat penunjang pembelajaran serta pemeliharaan.

RAPBS perlu disusun pada setiap tahun ajaran sekolah dengan memastikan bahwa alokasi anggaran bisa memenuhi kebutuhan lembaga pendidikan secara optimal. Prinsip penyusunan RAPBS, antara lain :

1. RAPBS harus benar-benar difokuskan pada peningkatan pembelajaran murid secara jujur, bertanggung jawab, dan transparan.

2. RAPBS harus ditulis dalam bahasa yang sederhana dan jelas, dan dipajang di tempat terbuka di sekolah.

3. Dalam menyusun RAPBS, sekolah sebaiknya secara saksama memprioritaskan pembelanjaan dana sejalan dengan rencana pengembangan sekolah.

Pelaksanaan anggaran sesuai dengan RKAS, lembaga pendidikan akan melakukan belanja sesuai dengan rencana kegiatan yang telah ditetapkan. RKAS bukan hanya berisi rencana kegiatan yang bersumber dari dana BOS saja, tetapi mencakup seluruh sumber dana yang diperoleh sekolah dalam satu tahun. Dokumen bukti transaksi dari pelaksanaan kegiatan menjadi dokumen sumber untuk melakukan pencatatan yang bermuara kepada laporan sumber dan penggunaan dana sekolah. Pengendalian internal yang baik, seharusnya memisahkan antara bagian pencatatan yang menyusun laporan keuangan sekolah dengan bagian pengelola keuangan atau bendahara sekolah. Sehingga tidak terjadi konflik kepentingan diantara kedua bagian ini.

Biaya pengeluaran keuangan lembaga pendidikan meliputi : biaya rutin dan biaya pembangunan. Biaya rutin yaitu biaya yang harus dikeluarkan setiap tahunnya, seperti pembayaran pegawai (pendidik dan tenaga kependidikan). Selain itu ada biaya operasional yang digunakan untuk kegiatan harian misalnya, fasilitas laboratorium, biaya pemeliharaan gedung dan alat-alat pengajaran (barang-barang habis pakai). Sedangkan biaya pembangunan, meliputi pembangunan gedung, biaya pembelian atau pengembangan tanah, perbaikan atau rehab gedung, penambahan furnitur, serta pengeluaran atau biaya lain untuk barang-barang yang tidak habis pakai. (Mulyasa, 2007)

Peran Keuangan Dalam Optimalisasi Laboratorium

Kepala Sekolah menyatakan bahwa pembiayaan sekolah menggunakan dana swadaya masyarakat dalam bentuk SPP. Keputusan ini sejalan dengan UUSPN yang menyatakan bahwa masyarakat membantu pembiayaan operasional sekolah. Pembiayaan ini digunakan antara lain untuk biaya rutin dan biaya pembangunan. Biaya rutin yaitu biaya yang harus dikeluarkan setiap tahunnya, seperti pembayaran pegawai (pendidik dan tenaga kependidikan). Selain itu ada biaya operasional yang digunakan untuk kegiatan harian misalnya, fasilitas laboratorium, biaya pemeliharaan gedung dan alat-alat pengajaran (barang-barang habis pakai). Sedangkan biaya pembangunan, meliputi pembangunan gedung, biaya pembelian atau pengembangan tanah, perbaikan atau rehab gedung, penambahan furnitur, serta pengeluaran atau biaya lain untuk barang-barang yang tidak habis pakai.

Pengembangan pembiayaan lembaga pendidikan diharapkan akan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pembelajaran. Salah satunya adalah pengembangan fasilitas laboratorium. Di Sekolah ini terdapat Laboratorium laboratorium komputer, laboratorium MIPA serta laboratorium bahasa. Perawatan dan pemeliharaan di setiap laboratorium ditangani oleh laboran. Terdapat 5 laboran untuk masing masing laboratorium, yaitu Lab bio, lab kimia, lab fisika, lab bahasa, lab komputer. Lab komputer terdiri dari 5 unit lab, yang dikepalai oleh koordinator lab komputer. Selain itu Lab MIPA juga dikepalai oleh seorang Kepala Unit Laboratorium IPA.

Dengan adanya laboratorium, maka diharapkan peserta didik lebih aktif dalam mengembangkan kemampuan akademik. Guru akan lebih termotivasi dalam menggunakan alat peraga, berbagai metode pembelajaran dan implementasi materi pembelajaran. Guru juga akan lebih kreatif dalam pembelajaran, sehingga kesiapan guru dalam pembelajaran akan meningkat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bendahara Sekolah menyatakan bahwa alokasi biaya pengeluaran keuangan lembaga pendidikan yang dikeluarkan seperti yang tersebut diatas, meliputi biaya pengembangan sarana dan prasarana dimana alokasi dana sebesar 70 % diperoleh dari Dana Pembinaan Pendidikan (DPP). Biaya pemeliharaan untuk seluruh sarana dan prasarana lembaga pendidikan 5,34 % berasal dari pemerintah, dan 2, 50 % berasal dari sumbangan pembinaan pendidikan (SPP). Sedangkan untuk belanja barang-barang habis pakai seperti alat-alat pengajaran alokasi dana berasal dari sumbangan pembinaan pendidikan sebesar 2, 88 %.

Sementara biaya pengembangan fasilitas seluruh laboratorium diperoleh dari dana lain-lain yang dibayarkan ketika daftar ulang/herregistrasi dan masuk pada uang kegiatan sekolah. Alokasi keuangan lembaga pendidikan dalam mengoptimalkan fasilitas laboratorium untuk kualitas pendidikan sesuai dengan program tahunan yang sudah terinci dalam RKAS, namun dalam pengajuan anggaran pemenuhan fasilitas laboratorium dilakukan setahun sekali.

Prosedur pengajuan anggaran fasilitas laboratorium dilakukan oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum dan Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana Dan Prasarana. Jika pengajuan itu berupa alat maka pengajuan tersebut ditujukan kepada Wakil Kepela Sekolah Bidang Sarana Dan Prasarana. Akan tetapi, jika pengajuan tersebut berupa bahan maka pengajuan ditujukan kepada Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum. Semua prosedur ini tertuang dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) pengajuan anggaran. Tahap - tahap pengajuan ini sudah melalui standarisasi URS ISO 9001:2015 yang terakreditasi dan dilaporkan secara periodik.

Dalam Pertanggung jawaban / pelaporan kepala lembaga pendidikan wajib menyampaikan laporan di bidang keuangan terutama tentang pengeluaran keuangan lembaga pendidikan. Pelaporan dan pertanggung jawaban keuangan lembaga pendidikan harus dilaporkan secara rutin sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pelaporan dan pertanggung jawaban pengelolaan keuangan lembaga pendidikan yang berasal dari orang tua siswa dan masyarakat dilakukan secara rinci dan transparan sesuai dengan sumber dananya. Begitu juga jika keuangan tersebut berasal dari pemerintah maka pelaporan / pertanggung jawabannya juga dilaporkan kepada pemerintah.

Kendala yang dihadapi oleh lembaga pendidikan diantaranya adalah alokasi keuangan yang terbatas, maka pengembangan fasilitas laboratorium juga terbatas. Oleh sebab itu beberapa usaha yang dilakukan adalah mencari alternatif bahan dan alat laboratorium yang lebih terjangkau dan berkualitas, pembelian alat dan bahan lebih banyak dengan harga lebih murah, memprioritaskan praktek yang seusai dengan materi pembelajaran. Beberapa langkah ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. Sehingga peningkatan kemampuan Peserta Didik dapat tercapai.

KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan laboratorium yang ada di SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo meliputi laboratorium komputer, laboratorium MIPA serta laboratorium bahasa. Setiap laboratorium dikelola oleh laboran selaku pelaksana kegiatan praktek. Biaya pengembangan fasilitas seluruh laboratorium diperoleh dari dana lain-lain yang dibayarkan ketika daftar ulang / herregistrasi dan masuk pada uang kegiatan sekolah. Pengelolaan alokasi keuangan lembaga pendidikan khususnya pada fasilitas seluruh laboratorium terbatas, sehingga dibutuhkan usaha usaha untuk tetap melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kami berikan kepada beberapa dosen pengasuh diantaranya adalah Dr. Istikomah, M.Ag, Dr. Reni Oktafia, M.E. Bpk. Dr. Kuswadi, M.Pd , Prof. Dr. Yatim Riyanto, M.Pd, dan Dr. Isa Anshori, M.Si, Dr. Ahmad Zuhdi DH, M.Fil. I dan Dr. Abdul Madjid M.Pd., M.M. Ucapan terima kasih juga saya ucapkan kepada SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo sebagai lembaga tempat saya melakukan penelitian dan semua personal didalamnya yang membantu hingga penulisan artikel ini selesai. Serta suami dan anak-anak yang selalu mendorong supaya artikel ini cepat selesai dan tidak lupa juga teman - teman seangkatan program Pasca Sarjana yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu., L. J. (2001). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mulyasa. (2007). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Prastowo, A. (2012). Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Prastowo, A. (2012). Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Putra, N. (2012). Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Putra, N. (2012). Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Rohiat. (2009). Manajemen Sekolah Teori Dasar dan Praktek. Bandung: PT. Refika Aditama.

Rohidi, T. R. (2011). Metodologi Penelitian Seni. Semarang: Cipta Prima Nusantara.

Sinungan, M. (1993). Dasar-Dasar Manajemen Kredit. Jakarta : Bumi Aksara.

Sugiyono. (2013). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suryana, D. (2008). Manajemen Keuangan Sekolah. Jakarta: Erlangga.

Suryana, D. (2008). Manajemen Keuangan Sekolah. Jakarta: Erlangga.

Suryobroto. (2004). Manajemen Pendidikan Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Komariah, N. (2018). KONSEP MANAJEMEN KEUANGAN PENDIDIKAN. Jurnal Al-Afkar, Vol.VI, hlm.67-93.

References

  1. Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
  2. Costa, V. P. (2000). Panduan Pelatihan untuk Mengembangkan Sekolah. Jakarta: Depdiknas.
  3. Fathoni, A. (2006). Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta.
  4. Hadi, S. (2004). Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset.
  5. Hasan, M. I. (2002). Pokok-pokok Materi Metode Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
  6. Ibrahim, N. S. (2001). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Bandung Sinar Baru.
  7. Indonesia, T. P. (t.thn.). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
  8. Indrawan, I. (2015). Pengantar Manajemen Sarana Dan Prasarana. Yogyakarta: Deepublish.
  9. Moloeng, L. J. (2001). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
  10. Mulyasa. (2007). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosda Karya.
  11. Prastowo, A. (2012). Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
  12. Prastowo, A. (2012). Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
  13. Putra, N. (2012). Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
  14. Putra, N. (2012). Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
  15. Rohiat. (2009). Manajemen Sekolah Teori Dasar dan Praktek. Bandung: PT. Refika Aditama.
  16. Rohidi, T. R. (2011). Metodologi Penelitian Seni. Semarang: Cipta Prima Nusantara.
  17. Sinungan, M. (1993). Dasar-Dasar Manajemen Kredit. Jakarta : Bumi Aksara.
  18. Sugiyono. (2013). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
  19. Suryana, D. (2008). Manajemen Keuangan Sekolah. Jakarta: Erlangga.
  20. Suryana, D. (2008). Manajemen Keuangan Sekolah. Jakarta: Erlangga.
  21. Suryobroto. (2004). Manajemen Pendidikan Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
  22. Komariah, N. (2018). KONSEP MANAJEMEN KEUANGAN PENDIDIKAN. Jurnal Al-Afkar, Vol.VI, hlm.67-93.
  23. Novita, M. (2017). SARANA DAN PRASARANA YANG BAIK MENJADI BAGIAN UJUNG TOMBAK KEBERHASILAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM. Jurnal Nur El-Islam, Vol.4, hlm.97-129.
  24. Steven Sumendap, R. A. (2019). STRATEGI PENGELOLAAN KEUANGAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO DI ERA BADAN LAYANAN UMUM. Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Daerah, Vol.20.
  25. Amac, B. S. (2016). OPTIMALISASI PERAN LABORATORIUM PERHOTELAN SEBAGAI PUSAT PELATIHAN DAN UNIT BISNIS KAMPUS. Jurnal Festiva, Vol.1, hlm. 1-64.
  26. Windarti. (2015). PENGARUH KARAKTERISTIK PENGELOLAAN KEUANGAN SEKOLAH DAN TRANSPARANSI TERHADAP EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SMA DAN SMK NEGERI DI KOTA MADIUN. Jurnal Akuntansi dan Pendidikan, Vol.4, hlm.23-36.